https://jatim.times.co.id/
Berita

Menengok Potret Suram Transportasi Umum di Pacitan

Jumat, 25 Oktober 2024 - 09:08
Menengok Potret Suram Transportasi Umum di Pacitan Suparno menanti angkutan umum di perempatan Bliruk Punung ke arah Pacitan sejak pukul 06.00 WIB. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PACITAN – Jumat pagi (25/10/2024) yang cerah di Desa Wareng, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan.

Waktu baru menunjukkan pukul 06.00 WIB, namun Suparno, 69 tahun, sudah berdiri di perempatan Bliruk, menanti angkutan umum yang tak kunjung lewat. 

Raut wajahnya yang lelah namun penuh kesabaran menunjukkan betapa ia sudah terbiasa dengan situasi ini.

Suparno, seorang pensiunan guru SMP, menghela napas panjang. “Tidak seperti dulu, sekarang jarang ada angkutan,” ucapnya sambil memandangi jalan yang sepi.

Di masa mudanya, Suparno mengenang bagaimana bus-bus umum hilir mudik di jalanan, mengantarkan warga dari satu desa ke desa lain, dari kecamatan ke kota. Namun, zaman telah berubah. 

“Orang sekarang lebih pilih naik motor daripada naik bus,” katanya.

Parno menilai, bagaimana sepeda motor kini menjadi raja jalanan, sementara bus-bus yang dulu berkuasa, kini harus tunduk pada roda dua yang lebih fleksibel dan murah.

Kondisi ini membuat banyak perusahaan otobus (PO) di Pacitan gulung tikar. Seperti yang diutarakan Suparno, hilangnya penumpang berakibat langsung pada matinya operasional banyak angkutan umum.

 “Dulu orang ke kota naik bus, sekarang sudah ada sepeda motor,” ujarnya getir.

Suparno berharap pemerintah kabupaten Pacitan memperhatikan kembali kebutuhan transportasi umum di daerahnya, terutama untuk warga yang masih membutuhkan. 

“Harapannya sih pemerintah juga memperhatikan kembali fungsi angkutan umum antar kecamatan,” pintanya. 

Kondisi jalan Pacitan-Solo yang biasanya ramai dengan angkutan umum kini terasa lengang. Sepi, tak ada tanda-tanda bus yang melintas. 

PO Aneka Jaya, yang dulu menjadi andalan masyarakat, kini hanya melayani trayek Pacitan-Solo dan Pacitan-Surabaya. Itu pun dengan penumpang yang kian hari kian menyusut. 

“Tiap hari tetap jalan seperti biasa, rata-rata satu bus isi 20 penumpang. Kalau menjelang Nataru, paling cuma nambah satu dua penumpang,” ungkap Kuncoro, salah satu pengemudi PO Aneka Jaya.

Tak hanya itu, PO ini juga masih setia melayani trayek Pacitan-Sumatra PP, dengan keberangkatan setiap Senin. Meski seringkali bus berangkat dalam kondisi setengah penuh, Sumarno, pengemudi lainnya, tetap optimistis.

 “Walaupun tak mesti penuh tetap berangkat, seat-nya sama seperti patas AC,” katanya.

Langkanya angkutan umum di Pacitan sebenarnya bukan fenomena baru, bahkan sudah sampai ke telinga Tri Rismaharini, mantan Menteri Sosial RI. Beberapa waktu lalu, Risma sempat menyinggung masalah ini. 

Menurutnya, transportasi yang tidak memadai menjadi salah satu penghambat perkembangan daerah.

“Ada masalah transportasi memang, tapi saya percaya suatu saat itu akan bisa diselesaikan. Saat diselesaikan, masyarakat Pacitan harus siap,” kata Risma. 

Namun, kata-kata penuh harapan itu tetap menjadi mimpi bagi Suparno dan warga lain yang masih setia menanti bus di pinggir jalan. 

Di satu sisi, pemerintah mungkin tengah mencari solusi, di sisi lain, Suparno dan mereka yang membutuhkan angkutan umum harus rela menjadi saksi sepinya jalan yang dulu ramai.

Sementara sepeda motor melaju kencang, angkutan umum seperti bus tampak makin tertinggal di belakang.

Dan begitulah. Di pagi yang sepi, Suparno masih berdiri di perempatan Bliruk Pacitan. Menanti. Ia sabar menunggu bus yang mungkin tak akan datang lagi. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.