https://jatim.times.co.id/
Berita

Fakta Menarik Debat Pilkada Banyuwangi antara Ipuk-Mujiono dan Ali-Ali

Senin, 28 Oktober 2024 - 19:23
Fakta Menarik Debat Pilkada Banyuwangi antara Ipuk-Mujiono dan Ali-Ali Debat publik Cabup Cawabup Pilkada Banyuwangi. (Foto : Dokumentasi TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Debat publik calon Bupati dan Wakil Bupati Pilkada Kabupaten Banyuwangi yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Minggu malam (27/10/2024) diwarnai dengan strategi komunikasi unik dari para kandidat.

Disiarkan langsung oleh JTV Surabaya, debat ini bukan hanya soal adu visi dan misi, tetapi juga tentang bagaimana kandidat mampu merangkul beragam budaya dan bahasa di Bumi Blambangan.

Pada sesi closing statement, pasangan nomor urut 01, Ipuk Fiestiandani dan Mujiono, mencoba mendekati hati masyarakat Banyuwangi dengan menyebut hampir semua profesi yang ada di wilayah tersebut. Mulai dari petani, nelayan, hingga pelaku wisata disebut satu per satu dalam ungkapan apresiasi mereka.

"Bismillahirrahmanirrahim, terima kasih kepada seluruh masyarakat Banyuwangi, tokoh agama, para kiai, Bu Nyai, tokoh masyarakat, petani, nelayan, peternak, pedagang pasar, pelaku wisata, ojek dan transportasi umum, ibu-ibu, anak muda, santri, ASN, guru, nakes, pengusaha, seniman, dan semuanya yang telah ikut membangun kabupaten ini,” ucap Ipuk, yang menunjukkan perhatian luas terhadap semua kalangan.

Sementara itu, Mujiono menyampaikan pesan yang menekankan kebersamaan.

"Bapak, Ibu, mas, mbak, besty-besty, dulur-dulur, tretan-tretan, pilkada ini bukanlah segalanya. Persaudaraan dan persahabatan adalah selama-lamanya," ujarnya, sambil menekankan bahwa pilkada ini lebih dari sekadar kontestasi politik.

Namun, pasangan nomor urut 02, Gus Makki dan Ali Ruchi, tak mau kalah dalam membangun kedekatan dengan warga.

Mereka memilih cara berbeda yang mengundang perhatian—yaitu menyampaikan pesan dalam empat bahasa yang banyak digunakan di Banyuwangi: Indonesia, Madura, Osing, dan Jawa. Cara ini menunjukkan bahwa mereka memahami dan menghargai keberagaman bahasa serta budaya Banyuwangi.

Gus Makki memulai dengan bahasa Indonesia, kemudian berpindah ke bahasa Osing yang khas Banyuwangi: "Konco-konco lan dulur teng pundi mawon ndiko wonten yah, ndiko dongakaken nggih, kulo ambi Ali Ruchi" (Kawan-kawan dan saudara di mana pun berada, mohon doa restunya ya, saya dan Ali Ruchi).

Setelah itu, ia beralih ke bahasa Jawa, “Sederek-sederek kulo, pangapunten engkang kathah selama kampanye kami berdua sering mengganggu sering mengadakan kegiatan-kegiatan, nyuwun pangestu, nyuwun pandongo” (Saudara-saudaraku, mohon maaf yang sebesar-besarnya jika selama kampanye kami sering mengganggu dengan kegiatan-kegiatan, kami mohon doa restu).

Dalam bahasa Madura, ia menutup dengan memohon dukungan masyarakat, “Abhâka' sangkâng kônco, kabhé jâjânga riyâa, pangesto' giyâ bik pandhông.” (Kami berdua sangat berharap doa restu dan dukungan dari semuanya).

Dari adu pantun hingga penggunaan beragam bahasa, debat kali ini memperlihatkan bagaimana kandidat mengutamakan pendekatan yang merangkul keberagaman budaya di Banyuwangi.

Tak heran, debat publik ini terasa lebih dari sekadar politik, melainkan sebuah cerminan persatuan dan kekayaan budaya lokal.

Bagi warga Banyuwangi, acara ini bukan hanya menjadi ajang untuk mengenal calon pemimpin, tetapi juga sebuah perayaan atas keberagaman yang menjadikan Banyuwangi lebih istimewa.(*) 

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.