https://jatim.times.co.id/
Berita

Marak Kasus Bunuh Diri, DPD RI Lia Istifhama Singgung Postvention dan Resiliensi

Sabtu, 12 Oktober 2024 - 17:35
Marak Kasus Bunuh Diri, DPD RI Lia Istifhama Singgung Postvention dan Resiliensi Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia Dr Lia Istifhama, M.E.I. (FOTO: dok Sahabat Ning Lia)

TIMES JATIM, SURABAYA – Kasus bunuh diri baik gantung maupun lompat dari gedung kian meningkat di Indonesia. Mirisnya, banyak kasus bunuh diri dilakukan oleh gen Z, yaitu remaja ataupun mahasiswa di Indonesia. Tak ayal, ini pun jadi keprihatinan banyak pihak, tak terkecuali anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia Dr Lia Istifhama, M.E.I. 

Menurutnya, pemerintah di sektor pendidikan maupun masyarakat harus segera merespons aksi-aksi remaja atau mahasiswa yang mengancam nyawanya.

Senator cantik itu mengungkapkan, mahasiswa yang mengalami transisi dari masa remaja ke dewasa awal termasuk ke dalam populasi yang berisiko tersebut.

Lia-Istifhama-2.jpg

"Banyak permasalahan umum yang dihadapi oleh mahasiswa, antara lain: keuangan, relasi dengan dosen, masalah akademis, hubungan pertemanan, percintaan, dan gangguan kesehatan," kata Ning Lia sapaan Lia istifhama.

Faktornya juga bervariasi yakni mulai depresi yang tinggi, memiliki kecerdasan emosi yang rendah, tipe kepribadian, rendahnya dukungan sosial yang diberikan, dan kesejahteraan psikologi.

Data menunjukkan bahwa ada semakin banyak orang yang melakukan bunuh diri, baik secara global maupun di Indonesia. Tidak sedikit remaja yang mengakhiri hidupnya karena berbagai masalah yang dihadapinya. Hal ini menjadikan kasus bunuh diri menempati urutan kedua penyebab kematian pada remaja.

"Saya pernah membaca sebuah penelitian jika ada sekitar 81,9 persen mahasiswa memiliki ide bunuh diri. Persentase ini menunjukkan jumlah yang cukup tinggi dan harus diantisipasi," kata senator muda yang merupakan Keponakan Gubernur Jatim 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa itu.

“Penyebab mereka memiliki ide untuk bunuh diri beraneka ragam, mulai dari masalah kesehatan, pertemanan, keluarga, ekonomi, akademik, percintaan, bullying, peristiwa yang menekan dan masalah sosial. Maka itu, langkah terkecil yang harus dilakukan yakni menguatkan modal sosial dan kebersaman dalam bangunan keluarga. Bagaimana anak-anak memiliki korelasi positif dengan  keluarga sehingga tidak pernah merasa kesepian ataupun tersudutkan,” imbuhnya.

Perempuan yang dikenal sebagai penulis itu juga menyampaikan bahwa pencegahan primer atas tindakan bunuh diri.

“Salah satu upaya preventif adalah pencegahan primer melalui penguatan mental atau karakter di dunia pendidikan. Seperti, program berbasis sekolah, krisis hotline, pembatasan metode yang mematikan, edukasi melalui media serta mengidentifikasi anak dan remaja dengan faktor risiko tinggi bunuh diri.”

“Selanjutnya bisa dilakukan dengan pencegahan tersier. Dalam upaya pencegahan ini, pemerintah maupun lembaga-lembaga pendidikan, termasuk kampus harus memiliki unit terapi yang tepat setelah melakukan percobaan bunuh diri.”

Menarik, ia pun menyebut istilah reseliensi, apa itu?

“Kalau kita bicara penguatan mental atau ketahanan mental, ada istilahnya resiliensi. Dalam hal ini, bagaimana seseorang mampu bertahan melalui masalah, menghadapi dan bangkit setelah terpuruk atau mengalami situasi tidak nyaman saat terjebak dalam masalah tersebut. Resiliensi ini yang utama adalah dari dukungan atau supporting orang-orang terdekat, seperti keluarga atau teman. dan tentu, faktor pendekatan pada sang Pencipta harus dikuatkan.”

Detail dan komprehensif, Lia Istifhama pun membeberkan poin penting dampak dari tindakan bunuh diri. Secara lugas, ia pun menyebtu istilah postvention, apa itu?

“Postvention adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan intervensi yang dilakukan setelah terjadi bunuh diri. Setelah anak atau remaja melakukan bunuh diri, sangat dianjurkan untuk melakukan krisis intervensi pada orang-orang terdekatnya karena mereka berisiko menderita depresi, gangguan stres pasca trauma atau reaksi duka cita yang patologis.

"Angka bunuh diri yang semakin meningkat pada kalangan anak dan remaja membutuhkan perhatian serius. Pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap faktor risiko bunuh diri pada anak dan remaja serta tindakan pencegahan yang komprehensif dan tepat sasaran diharapkan kasus yang terjadi pada remaja maupun mahasiswa tidak terjadi lagi," pungkasnya. (*)

Pewarta : Rudi Mulya
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.