https://jatim.times.co.id/
Berita

Tren Detoksifikasi Medsos di Kalangan Remaja Kian Marak

Selasa, 24 September 2024 - 02:29
Tren Detoksifikasi Medsos di Kalangan Remaja Kian Marak Ilustrasi digital detoksifikasi.(Dok.Shutterstock)

TIMES JATIM, SURABAYA – Di era digital yang serba cepat dan memusingkan ini, sejumlah remaja telah belajar pentingnya menyeimbangkan kehidupan antara dunia maya dan dunia nyata.

Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah dengan melakukan detoks media sosial.

Tren ini telah mendapatkan momentum dan sangat populer di kalangan anak muda yang ingin mengurangi ketergantungan mereka pada platform digital.

Di tengah derasnya arus informasi dan interaksi yang tidak pernah berhenti, banyak remaja mulai melakukan detox media sosial.

Fenomena ini tidak hanya populer, tetapi juga membawa dampak positif bagi kesehatan mental mereka.

Alasan di Balik Detoksifikasi Media Sosial

Banyak remaja yang merasa tertekan oleh ekspektasi sosial yang muncul di media sosial. Mereka mengungkapkan bahwa detox memberikan kesempatan untuk merelaksasi pikiran dan mengurangi kecemasan.

“Saya merasa lebih tenang dan bisa fokus pada hal-hal yang lebih penting,” ungkap Fira, seorang remaja berusia 19 tahun yang baru saja menyelesaikan detox selama 4 bulan, Senin (23/9/2024).

Hasil pengamatan menyatakan bahwa remaja melakukan detoksifikasi dari media sosial karena stres dari lingkungan sosial dan informasi yang berlebihan.

Dalam hal ini, detoksifikasi memberikan mereka kesempatan untuk beristirahat, merefleksikan diri, dan menyegarkan pikiran.

Pengalaman Remaja

Setelah menjalani detoksifikasi selama 4 bulan, Fira umur 19 tahun, mengatakan bahwa ia merasa lebih fokus dan produktif.

"Awalnya sulit, tapi kemudian saya mulai menemukan hobi baru seperti billiard dengan hanya teman-teman dekat saya," ucapnya.

Fira juga menyadari bahwa interaksi langsung dengan teman-temannya lebih bermakna.

Aktivitas Selama Detox

Selama detox, banyak remaja beralih ke kegiatan offline, seperti berolahraga, berkumpul dengan keluarga, atau mengeksplorasi hobi baru. 

“Saya mulai belajar main billiard bersama teman-teman dekat saya. Rasanya menyenangkan bisa kembali ke aktivitas yang saya sukai tanpa gangguan," ungkap Fira.

Setelah menjalani detox, banyak remaja berkomitmen untuk menggunakan media sosial secara lebih bijak.

“Saya ingin lebih selektif dalam memilih konten yang saya konsumsi,” kata Fira.

Manfaat Kesehatan Mental

Menurut para ahli, detoksifikasi dari media sosial akan berdampak positif pada kesehatan mental. Sebagai hasil dari berkurangnya waktu di depan layar, kecemasan dan depresi akan berkurang, dan kualitas tidur pun akan membaik.

Dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri, remaja dapat lebih mudah mengatasi stres dan menemukan kegembiraan dalam hal-hal sepele.

Stefani Virlia, S.Psi., M.Psi., psikolog, menjelaskan, bahwa detox media sosial bisa menjadi alat yang efektif untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan mental.

"Antara lain dengan membatasi penggunaan media sosial dengan membuat jadwal yang teratur setiap harinya, sehingga lebih fokus dengan prioritas tugas yang perlu dikerjakan terlebih dahulu daripada hanya bermain media sosial," ujarnya.

Kemudian juga melakukan filter informasi yang diakses sehingga tidak banyak terpapar informasi negatif yang memicu ketakutan dan kecemasan yang berlebihan.

Memperkuat hubungan interpersonal di dunia nyata daripada di dunia maya turut menjadi langkah penting.

Karena hal ini juga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi, berempati, dan kemampuan penyesuaian diri di lingkungan sosial.

Psikolog Stefani juga menambahkan, bahwa detox ini memberi kesempatan bagi remaja untuk menjalin hubungan lebih dalam dengan orang-orang di sekitar mereka.

“Terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan positif yang melibatkan relasi interpersonal dengan orang lain. Membangun suatu hubungan interpersonal yang berkualitas memerlukan waktu dan proses sehingga tetap konsisten untuk mau aktif melibatkan diri di kegiatan-kegiatan tersebut," jelasnya.

Stefani menyarankan kegiatan yang dapat dilakukan selama detox sosial media. Contohnya kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan. Seperti belajar alat musik, belajar bahasa asing, dan lain-lain.

"Lakukan kegiatan yang menyenangkan. Misalnya menonton, berjalan-jalan, dan lain-lain. Kegiatan yang dilakukan bersama-sama. Menikmati liburan bersama keluarga, memasak bersama keluarga, dan lain-lain. Bergabung dalam komunitas atau organisasi yang positif dan sesuai dengan minat," terangnya.

Meskipun ada kalanya rasa ketakutan kehilangan informasi, update dan momen penting saat kebosanan melintas di waktu luang tanpa aktivitas dapat memantik perasaan untuk bermain media sosial kembali.

Mengatasi hal tersebut, Stefani menekankan pentingnya kesadaran bagi remaja setelah menjalani detox sosial media.

Memperhatikan pengaruh lingkungan terutama teman sebaya yang dapat menganggu kebiasaan baik yang sudah terbentuk. 

Detox media sosial adalah langkah positif bagi remaja untuk menemukan kembali diri mereka di tengah kehidupan yang serba cepat.

Dengan dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar, diharapkan lebih banyak remaja dapat merasakan manfaat dari pengalaman ini dan menjalani kehidupan yang lebih seimbang.

Banyak remaja juga menggunakan waktu detoksifikasi ini untuk melibatkan diri mereka dalam kegiatan offline, seperti olahraga, menghabiskan waktu bersama keluarga, atau mempelajari keterampilan baru.

Hal ini tidak hanya menjauhkan mereka dari layar, tapi juga membuat mereka merasa lebih positif dan puas.

"Detoksifikasi dari media sosial bukan hanya tentang menjauhkan diri dari gadget, tetapi juga tentang menemukan kembali diri kita dan membangun hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitar kita. Sebuah langkah kecil yang dapat membawa perubahan besar dalam kehidupan kita sehari-hari," jelasnya. (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Yatimul Ainun
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.