https://jatim.times.co.id/
Kopi TIMES

Hegemoni Frekuensi 440 Hz

Kamis, 17 Juli 2025 - 13:53
Hegemoni Frekuensi 440 Hz Gambar frekuensi 440 Hz vs 432 Hz bersanding dengan wajah Rockefeller karya Doddy Hernanto atau Mr D, seniman, praktisi musik dan ahli digital coding.

TIMES JATIM, SURABAYA – Sejarah mencatat bahwa berlakunya frekuensi 440 Hz di dunia musik terhubung dengan kepentingan konglomerasi dunia. Ada nama nama besar para pihak yang terkait. Dan hingga kini menjadi standar dunia. Siapa yang ada di dalamnya? 

Ya. Standar ini sebenarnya merupakan hasil dari lobi kuat keluarga Rockefeller, yang memiliki pengaruh besar di berbagai sektor termasuk budaya bahkan industri musik.

Keluarga Rockefeller menggunakan pengaruhnya untuk memastikan bahwa 440 Hz menjadi standar dunia. Langkah ini bukan hanya tentang musik, tetapi tentang menciptakan alat kontrol yang halus namun efektif. Bahkan, musik, yang berperan besar dalam membentuk emosi dan pola pikir manusia, dijadikan medium untuk mengarahkan masyarakat ke arah tertentu.

Tercatat, hasil konferensi di London tahun 1939 memutuskan bahwa 440 Hz akan menjadi standar untuk nada A4. Keputusan ini kemudian dilembagakan oleh International Organization for Standardization (ISO) pada tahun 1955. Ini lantas menjadikannya patokan bagi seluruh dunia. Pengaruh ini mendorong penggunaan 440 Hz untuk menggantikan frekuensi yang sebelumnya lebih umum, seperti 432 Hz, yang dikenal harmonis dengan alam dan tubuh manusia.

Mengapa 440 Hz?

Frekuensi 440 Hz dipilih bukan untuk meningkatkan kualitas musik, melainkan untuk tujuan lain yang lebih dalam. Musik dengan frekuensi ini, semgaja dirancang untuk menciptakan disonansi halus yang memengaruhi kondisi psikologis manusia. Efeknya meliputi:
1. Dominasi Budaya dan Industri: Standar ini memungkinkan seragamnya produksi musik global, tetapi dengan mengorbankan kedalaman emosional dan spiritual. Musik menjadi alat kontrol yang lebih mekanis daripada media harmoni.
2. Ketidakharmonisan Psikologis: Musik dalam 440 Hz dapat memengaruhi otak manusia, menciptakan rasa stres dan kegelisahan, serta memutuskan koneksi alami dengan harmoni tubuh.
3. Menghilangkan Koneksi Spiritual: Frekuensi alami seperti 432 Hz selaras dengan geometri alam semesta, menciptakan keseimbangan emosional dan spiritual. Menggantinya dengan 440 Hz bertujuan untuk memutus hubungan ini, menjadikan musik lebih komersial dan jauh dari sifat terapeutiknya.

Melalui fFrekuensi 432 Hz: Harmoni Alami

Musik dalam 432 Hz menciptakan ketenangan dan harmoni, beresonansi dengan tubuh manusia secara alami. Frekuensi 432 Hz dikenal sebagai “frekuensi kosmik” yang beresonansi dengan alam semesta. Dalam budaya kuno, frekuensi ini sering digunakan dalam berbagai ritual karena dianggap mampu menghubungkan manusia dengan alam dan dimensi spiritual yang lebih tinggi.

Beberapa studi juga mengamati penurunan kadar kortisol (hormon stres) setelah mendengarkan musik 432 Hz. Partisipan dalam beberapa studi melaporkan lebih fokus saat mendengarkan musik 432 Hz dan secara umum lebih puas dengan pengalaman mendengarkan tersebut dibandingkan dengan 440 Hz.

Studi awal menunjukkan bahwa mendengarkan musik yang disetel pada 432 Hz dapat menghasilkan penurunan detak jantung dan tekanan darah (baik sistolik maupun diastolik) yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan musik 440 Hz. Ini mengindikasikan efek relaksasi pada sistem saraf otonom.

Penggunaan 440 Hz secara global telah memengaruhi vibrasi kolektif manusia. Musik, yang seharusnya menjadi media harmoni dan ketenangan, berubah menjadi alat yang memengaruhi mental dan emosi manusia secara negatif. Dampaknya antara lain : Meningkatnya tingkat stres dan kegelisahan, menurunnya koneksi spiritual dengan alam, terjadinya dominasi budaya melalui musik yang cenderung mekanis dan komersial.

Standar 440 Hz adalah simbol bagaimana musik, yang seharusnya menjadi media kebebasan dan harmoni, digunakan sebagai alat kontrol oleh pihak-pihak tertentu. Dengan memanfaatkan pengaruhnya, Rockefeller dan jaringan globalnya berhasil mengubah musik menjadi sarana pengendalian psikologis dan spiritual.

Di balik semua ini, frekuensi alami seperti 432 Hz tetap menjadi pilihan untuk mereka yang mencari keseimbangan dan harmoni sejati. Kembali ke frekuensi ini bukan hanya tentang musik, tetapi tentang memulihkan hubungan manusia dengan alam dan vibrasi kosmik yang sebenarnya. Musik memiliki kekuatan besar untuk memengaruhi emosi dan fisiologi kita, dan preferensi tuning bisa jadi merupakan bagian dari pengalaman mendengarkan yang bersifat pribadi. (*)

Oleh. Doddy Hernanto (Mr D), Praktisi Musik dan Teknologi Digital Coding

Pewarta : XX
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.