TIMES JATIM, PACITAN – Anggota Komisi II DPRD Pacitan, dr Warkim Sutarto, meminta Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan (Dinkes Pacitan) melakukan evaluasi menyeluruh terhadap ketersediaan tenaga dokter spesialis dan sikap tenaga kesehatan (nakes) dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Menurutnya, keluhan masyarakat terhadap pelayanan RSUD dr Darsono Pacitan tidak semata-mata disebabkan oleh kualitas layanan yang buruk, melainkan karena keterbatasan jumlah dokter yang bertugas, terutama di poli-poli rawat jalan yang ramai pasien.
“Jadi memang bukan pelayanan RSUD dr Darsono Pacitan yang jelek, tapi kekurangan personel dokter. Yang paling menonjol antrean itu di Poli Syaraf,” ungkap dr Warkim, Kamis (17/7/2025).
Ia menyebutkan, tingginya jumlah penderita hipertensi dan stroke di Pacitan membuat poli tersebut selalu dipadati pasien. Namun, jumlah dokter yang tersedia sangat terbatas. Hal ini berdampak pada antrean panjang dan keluhan dari masyarakat.
“Di Pacitan ini orang hipertensi juga tinggi, kena stroke lagi. Satu pasien bisa sampai 20 menit lebih periksanya. Yang sini belum selesai, yang antre kontrol sudah datang lagi. Belum lagi yang visit, dokternya hanya satu. Saat di bangsal, yang di poli komplain, ini kok nggak dicek-cek,” terang Warkim.
Idealnya Dua Dokter Spesialis di Tiap Layanan
Lebih lanjut, politisi yang juga seorang dokter ini menegaskan bahwa idealnya rumah sakit tipe C seperti RSUD dr Darsono memiliki dua dokter spesialis di setiap layanan—satu untuk poli rawat jalan dan satu lagi untuk pelayanan di ruang rawat inap.
“Yang satu di ruangan, satu di pelayanan. Ini biar nggak terlalu lama antre dan penanganan pasien juga bisa lebih cepat,” katanya.
Warkim juga menyoroti pentingnya proses rekrutmen dokter yang selektif. Menurutnya, calon dokter tidak bisa asal disekolahkan tanpa mempertimbangkan kualitas dan dedikasinya di masa depan. Ia menyebut, ada kecenderungan sejumlah dokter spesialis menjadi arogan setelah menyelesaikan pendidikan mereka.
“Perlu ada rekrutmen yang pas, jangan sampai nyekolahkan calon dokter asal-asalan. Jangan sampai setelah jadi dokter spesialis justru semakin angkat dada dan semaunya sendiri,” ujarnya tegas.
Pentingnya Etika dan Budaya 5S
Tak hanya dari sisi jumlah dan distribusi dokter, Warkim juga mengingatkan pentingnya etika pelayanan. Ia menyoroti adanya keluhan masyarakat soal tenaga kesehatan yang kurang ramah dan cenderung judes saat melayani pasien.
Menurutnya, aspek sikap dan keramahan menjadi bagian penting dalam membangun kepercayaan publik terhadap pelayanan kesehatan.
“Ini yang perlu diperhatikan, prinsip Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun atau 5S,” ujarnya.
Ia menilai, budaya kerja 5S bukan sekadar formalitas, melainkan pondasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan pelayanan yang optimal. Keramahan dan empati tenaga kesehatan menjadi hal yang tak bisa ditawar.
“Kualitas layanan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh fasilitas atau peralatan canggih, tetapi juga harus ditopang oleh keramahan dan sikap hangat dari para nakes,” tandas Warkim.
Dinkes Pacitan Buka Opsi Mutasi Nakes Tak Ramah
Sebelumnya, Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, Sugeng Retyono, mengakui bahwa pihaknya telah menerima sejumlah keluhan terkait sikap tenaga kesehatan yang kurang menyenangkan.
Ia mengatakan, Dinkes tidak tinggal diam. Salah satu upaya yang sedang dipertimbangkan adalah rotasi atau mutasi unit kerja bagi nakes yang dinilai tidak ramah.
“Adapun nakes yang masih judes akan dilakukan pembinaan lebih intensif dan tidak menutup kemungkinan akan dilakukan rotasi ke unit kerja lain,” ujar Sugeng.
Menurutnya, pembinaan sumber daya manusia (SDM) kesehatan sebenarnya telah menjadi agenda rutin Dinas Kesehatan. Melalui pelatihan-pelatihan peningkatan kapasitas, diharapkan seluruh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan publik bisa memberikan layanan yang profesional dan humanis.
“Peningkatan kapasitas dan pembinaan SDM kesehatan sebenarnya telah dilakukan secara rutin agar para nakes kompeten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” imbuhnya.
Sugeng juga menambahkan, pihaknya selalu membuka ruang evaluasi kinerja nakes secara periodik. Masyarakat juga diimbau untuk menyampaikan keluhan atau masukan melalui kanal resmi pengaduan Dinkes agar bisa ditindaklanjuti secara profesional.
Warga Dukung Evaluasi Total Pelayanan RS
Sementara itu, sejumlah warga yang ditemui secara terpisah menyambut baik rencana evaluasi terhadap kinerja tenaga kesehatan. Mereka berharap agar pelayanan di RSUD dr Darsono bisa lebih cepat, humanis, dan tidak terkesan pilih kasih.
“Saya pernah nunggu antrean hampir dua jam di poli, padahal nomor sudah panggilan pertama. Tapi karena dokternya visit ke bangsal, ya tertunda,” ujar Darmi (54), warga asal Kecamatan Sudimoro.
Warga lainnya, Tumari (62), menyampaikan harapannya agar tidak hanya kuantitas dokter yang ditambah, tetapi juga kualitas pelayanannya.
“Biar cepat, tapi jangan asal. Tetap diperiksa dengan teliti dan ramah. Kadang pasien itu stres juga karena sikap nakes,” katanya.
Evaluasi menyeluruh terhadap layanan rumah sakit, baik dari sisi jumlah tenaga medis maupun sikap pelayanan, menjadi kebutuhan mendesak di tengah meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih baik. Kritik dari legislatif dan keluhan warga seharusnya dijadikan bahan introspeksi oleh seluruh pihak yang terlibat dalam sistem kesehatan daerah.
Dengan kombinasi pembinaan SDM, rekrutmen yang berkualitas, serta penerapan budaya kerja 5S secara konsisten, harapan akan hadirnya pelayanan kesehatan yang profesional dan humanis di Pacitan bukan hal yang mustahil. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |