TIMES JATIM, KEDIRI – Untuk mempercantik kawasan monumen Simpang Lima Gumul, terutama yang dekat dengan pintu masuk monumen, Pemkab Kediri bakal menata dan merelokasi pedagang kaki lima (PKL) yang ada di kawasan tersebut.
Pendataan terhadap para PKL sudah dilakukan, dan relokasi kemungkinan akan dilakukan pada akhir tahun 2022 atau akhir tahun 2023 nanti. PKL-PKL itu sendiri nantinya akan direlokasi ke tempat khusus, yang menjadi sentra PKL kawasan Monumen SLG. Sentra PKL itu saat ini tengah dalam pembangunan dan terletak tak jauh dari Monumen SLG.
Nantinya sentra PKL baru itu bisa menampung hingga 400 PKL. Saat ini sendiri menurut Kepala Bagian (Kabag) Perekonomian Pemkab Kediri Dyah Saktiana terdapat kurang lebih 900 PKL di kawasan monumen SLG. Sosialiasi sendiri sudah dilakukan sejak bulan Juli lalu.
"Monumen SLG sendiri memang kawasan wisata yang nanti akan dilakukan penataan. kita sosialisasi di kelompok-kelompok PKL yang ada di SLG," tutur Dyah Saktiana beberapa waktu lalu.
Konsep relokasi dan siapa yang akan diprioritaskan masih terus didiskusikan, namun tidak menutup kemungkinan para pkl yang biasa berjualan di Pasar Tugu dan Car Free Day SLG menjadi yang pertama direlokasi. Begitu juga dengan pelaksanaan relokasi sendiri masih terus di diskusikan. "Itu yang masih dibahas," tambahnya lagi.
Penataan Itu sendiri selain untuk memberikan tempat yang lebih layak bagi para pedagang juga agar kawasan Monumen SLG bisa menjadi kawasan yang lebih indah, lebih bersih dan lebih nyaman untuk dikunjungi wisatawan terutama jelang beroperasinya Bandara Dhoho Kediri pada tahun 2023 nanti. Selama ini, dituturkan Dyah Saktiana, penataan dirasa perlu karena banyak faktor. Mulai dari ketertiban pedagang, kebersihan, serta juga parkir. Para pedagang sebelumnya diizinkan untuk berjualan di kawasan SLG dengan catatan harus mematuhi peraturan dan tata terti.
Seperti jam buka. Namun hal tersebut tidak dipatuhi oleh sejumlah oknum PKL. Awalnya jam buka PKL kawasan SLG adalah jam 4 sore. "Namun kenyataannya pagi itu sudah ada yang buka. Karena di situ juga ada perkantoran juga, ada band daerah. Jam tutup juga tidak ditaati," tutur Dyah.
Sementara faktor kebersihan. Menurut Dyah, para pedagang kaki lima ini sudah berusaha menjaga kebersihan dengan membawa tempat sampah sendiri namun hal berbeda terjadi para pengunjung. Kesadaran kebersihan pengunjung yang masih rendah, membuat sampah menumpuk dan bertebaran.
"Mereka (pengunjung) membuang sampahnya itu di sembarangan. Dan ini yang menjadi PR kita bersama. Artinya Pemkab Kediri betul-betul ingin SLG menjadi tempat tujuan wisata," ujar Dyah.
Saat ini sendiri di kawasan SLG menurut catatan ada sekitar 900 PKL yang tersebar di sejumlah kawasan wisata monumen SLG, dan pinggiran jalan setempat.
Rencana relokasi ini mendapat tanggapan dari para pedagang. Salah satu pedagang yang akrab disapa Mbah No mengungkapkan dirinya akan mengikuti jika dilakukan relokasi ke sentra PKL yang baru. Mbah No sudah berjualan di tempat tersebut sejak monumen SLG pertama dibangun sekitar tahun 2001.
Mulai dari menggunakan lampu minyak, sampai sekarang berjualan dengan menggunakan penerangan lampu neon. Mbah No yang utamanya berjualan nasi pecel setiap harinya mengaku berjualan mulai sekitar pukul 3 sore dan tutup sekitar pukul 11 malam. "Kalau kita ikut yang mengatur. Yang penting kita masih bisa dikasih tempat jualan, rejeki masih ada yang mengatur," pungkasnya.
Pewarta | : Yobby Lonard Antama Putra |
Editor | : Irfan Anshori |