TIMES JATIM, ACEH – Transformasi pendidikan tinggi dan vokasi di Indonesia merupakan langkah strategis untuk menghadapi tantangan globalisasi dan revolusi industri 4.0. Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, pendidikan harus beradaptasi dengan cepat terhadap kebutuhan pasar dan perkembangan teknologi. Dengan visi Indonesia Maju, pendidikan tinggi dan vokasi diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam pembangunan ekonomi dan sosial bangsa.

Pentingnya Transformasi Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi di Indonesia sering kali dikritik karena kurikulumnya yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan industri. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, perlu ada perubahan mendasar dalam sistem pendidikan tinggi. 

Hal ini mencakup peningkatan kualitas pengajaran, integrasi teknologi, dan pengembangan soft skills. Menurut penelitian oleh (Setiawan, 2020) yang menyatakan bahwa kolaborasi antara universitas dan industri dapat meningkatkan relevansi kurikulum dan kesiapan lulusan di dunia kerja.

Kurikulum pendidikan tinggi perlu dirancang ulang dengan melibatkan pemangku kepentingan dari sektor industri. Kolaborasi ini penting untuk memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Beberapa universitas di Indonesia telah mulai menerapkan program dual-system education yakni mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar di kampus dan di tempat kerja.

Dikutip dalam Kompas edisi 4 Oktober 2024, Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi menyatakan bahwa berbagai kajian menunjukkan masalah kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia industri. 

Hal tersebut mengakibatkan banyaknya presentase anak muda yang menganggur, terdata satu dari lima anak muda tidak memiliki pekerjaan. Disamping itu, pada sisi perusahaan juga kesulitan mencari lulusan perguruan tinggi. 

Melihat keadaan nyata yang terjadi tersebut, maka penting bagi Kemdikbudristek untuk melakukan transformasi pada pendidikan tinggi dan vokasi. Transformasi ini penting dilakukan untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. 

Pendidikan Vokasi sebagai Solusi

Pendidikan vokasi di Indonesia memiliki potensi besar untuk mengurangi angka pengangguran dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil. 

Sektor vokasi menyumbang hampir 30% dari total lapangan pekerjaan di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2021). Namun, stigma negatif terhadap pendidikan vokasi masih ada, di mana banyak orang menganggapnya sebagai pilihan terakhir.

Pemerintah perlu melakukan revitalisasi terhadap lembaga-lembaga vokasi, seperti politeknik dan sekolah tinggi kejuruan untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi. Hal ini termasuk peningkatan fasilitas, pelatihan untuk pengajar, dan penyusunan kurikulum yang berbasis kompetensi. Program magang dan kerja sama dengan industri juga harus diperkuat agar lulusan dapat dengan mudah beradaptasi di dunia kerja. 

Dalam menyelaraskan kebutuhan industri dengan kurikulum yang ada di perguruan tinggi, Direktur Jenderal Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto menyebutkan perlu ada beberapa aspek yang dipersiapkan. Hal yang paling utama adalah menyusun program magang, kurikulum, dan studi secara bersama dan selaras.

Program Kebijakan Pendidikan

Program-program seperti "Kampus Merdeka" yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat menjadi model dalam meningkatkan relevansi pendidikan tinggi. Program ini memungkinkan mahasiswa untuk belajar di luar kampus dan mendapatkan pengalaman langsung di dunia kerja. 

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kemdikbudristek adalah dengan menghadirkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Salah satu pengembangan yang dilakukan melalui MBKM adalah memfasilitasi program magang dan pembelajaran diluar kampus.

Terdapat beberapa jenis kegiatan dalam MBKM, antara lain: magang bersertifikat yang langsung diawasi oleh Kemdikbudristek, studi independen yang memungkinkan mahasiswa mempelajari kompetensi spesifik dari pakarnya, Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Kampus Mengajar, Praktisi Mengajar, dan beberapa kegiatan lainnya yang tentu ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat.

Dampak dari pelaksanaan MBKM ini cukup signifikan. Dilansir dari Koran Kompas, mahasiswa yang terlibat dalam pembelajaran diluar kampus berhasil mendapatkan pekerjaan 2,4 bulan lebih cepat dan menerima gaji 1,4 kali lebih tinggi dibanding dengan mereka yang tidak turut berpartisipasi.

Selain itu, kerjasama internasional dalam pendidikan juga dapat membuka peluang bagi mahasiswa untuk belajar dari sistem pendidikan yang lebih maju. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan tinggi dan vokasi perlu ditingkatkan. 

Masyarakat harus memahami bahwa pendidikan adalah investasi untuk masa depan. Oleh karena itu, sosialisasi mengenai manfaat pendidikan vokasi dan jalur karier yang dapat ditempuh harus dilakukan secara berkesinambungan.

Media dan komunitas lokal dapat berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan vokasi. Melalui kampanye informasi dan program pelatihan keterampilan, masyarakat akan lebih terbuka untuk menerima pendidikan vokasi sebagai pilihan yang layak.

Revolusi Pendidikan 

Pemerintah memiliki peran penting dalam merumuskan kebijakan yang mendukung transformasi pendidikan tinggi dan vokasi. Kebijakan yang mendukung peningkatan anggaran pendidikan, pengembangan infrastruktur, dan pelatihan bagi pengajar akan sangat membantu mencapai tujuan transformasi. 

Saat ini peran Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mengubah proses pembelajaran dan transfer pendidikan. Platform pembelajaran daring memungkinkan mahasiswa mengakses sumber belajar dari mana saja. Namun, untuk memanfaatkan teknologi dengan baik, pengajar perlu dilatih agar mampu menggunakan alat-alat ini secara efektif.

Selain memanfaatkan teknologi, tentu juga perlu adanya metode yang efektif dalam proses pembelajaran dan perkuliahan. Pembelajaran berbasis proyek dapat menjadi metode yang efektif untuk meningkatkan keterampilan praktis mahasiswa. Pembelajaran berbasis proyek adalah bentuk pembelajaran konstruktivis dan kolaboratif, yang memungkinkan beberapa mahasiswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada pendidikan vokasi agar pencapaian kompetensi mahasiswa sesuai dengan kebutuhan dunia, baik employability skills maupun hard skills karena pembelajarannya memadukan antara pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran berbasis produksi yang muaranya lebih mendekatkan peserta didik pada kondisi dunia nyata (Sunardi & Hasanuddin, 2019). 

Transformasi pendidikan tinggi dan vokasi menuju Indonesia maju adalah langkah yang tidak dapat dihindari. Dengan mempersiapkan generasi muda yang terampil, inovatif, dan siap menghadapi tantangan global, kita dapat memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional. 

Melalui kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat, diharapkan pendidikan tinggi dan vokasi dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pembangunan ekonomi dan sosial bangsa. Sinergi yang kuat akan menjadi kunci untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Maju.

***

*) Oleh : Ikrima Maulida, Akademisi Universitas Samudra.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.