TIMES JATIM, SURABAYA – Tak terasa, Fatayat NU Jawa Timur segera mengakhiri masa kepengurusannya. Beragam capaian telah ditorehkan oleh Dewi Winarti selama didapuk amanah sebagai Ketua PW Fatayat NU Jatim. Pun di akhir masa kepemimpinannya, kepedulian sahabat Dewi, sapaan akrab perempuan asal Kota Surabaya itu, terlihat kuat melalui rangkaian acara Konferensi Wilayah ke-XVI yang sarat akan kegiatan positif. Salah satu di antaranya adalah diskusi pararel yang digelar pada Jum’at, 6 September 2024. 

Tak tanggung-tanggung, diskusi yang terlaksana di Grand Swiss-Belhotel Darmo Surabaya tersebut, mengundang narasumber yang mumpuni di bidangnya dan terlahir dari embrio Fatayat NU. Sebut saja Hikmah Bafaqih yang merupakan Dewan Pembina PW Fatayat NU Jawa Timur yang sekaligus Anggota DPRD Propinsi Jatim. Dr. Lia Istifhama M.E.I Koordinator Bidang Dakwah PWFNU Jatim yang sekaligus Anggota DPD RI Terpilih Jatim, Anisatul Hamidah Sekretaris PCFNU Bondowoso yang sekaligus Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bondowoso, Lailatul Qodriyah Ketua PCFNU Lumajang yang juga Anggota DPRD Jawa Timur, dan Fifi Ekawati Rohmah yang merupakan Sekretaris Koalisi Perempuan Indonesia di wilayah Jawa Timur. 

Semua narasumber pun menyajikan materi yang menarik melalui tema besar ‘Meneladani Aktivis Perempuan Pejuang Gender’. 

Tak terkecuali Ning Lia, sapaan akrab Lia Istifhama, yang menyajikan materi 'Strategi Memperkuat Gerakan Perempuan Dalam Perpolitikan. Dalam diskusi gayeng yang dimoderatori oleh Koordinator Bidang Hukum Politik dan Advokasi Nur Khosi’ah tersebut, Ning Lia menyampaikan beberapa hal yang sayang dilewatkan. Salah satunya tentang keunggulan kaum perempuan.

“Salah satu keuntungan utama perempuan dalam politik adalah munculnya pemikiran yang lebih inklusif. Karena latar belakang dan pengalaman perempuan yang berbeda, mereka bisa membawa perspektif yang berbeda dan memberikan pengalaman unik yang mungkin tidak dimiliki oleh para politisi laki-laki. Ini merupakan keunggulan dan tidak boleh tidak, bagi perempuan untuk tidak memanfaatkan anugerah besar yang ia miliki," kata Ning Lia.

Keponakan Gubernur Jatim 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa itu juga menjelaskan tentang strategi membangun peran bagi kaum perempuan.

“Kaum perempuan, ayo bersemangat mengambil peran. Kita ini pemilik potret kesuksesan peran ganda, yaitu domestik dan publik, maka jadikan politik sebagai salah satu akses nyata dunia publik yang bisa kita warnai secara dominan,” ungkapnya.

Politisi berspirit CANTIK, cerdas, inovatif, kreatif ini menambahkan jika dalam mengambil peran dalam politik dengan tetap memiliki strategi positioning apa yang ingin kita ambil. 

"Kalau mengutip dari ungkapan ahli pertahanan US, yaitu Harry R. Yarger, bahwa ada tiga ahli berstrategi, yaitu leader yang berada di depan, practitioner yang ahli dalam bidang tertentu, dan seorang theorist yang memiliki keunggulan dalam keilmuan. Mari kita pilih mana dari ketiganya., karena 'Power is a means, not an end'. Kekuasaan, termasuk yang berasal dari politik, hanya sarana kebaikan hidup kita dan jangan jadikan akhir capaian semata," jelasnya.

Berbicara politik, Ning Lia menyebut jika politik sebagai seni.

“Kalau kita bicara politik secara holistic, maka jadikan politik sebagai yang disampaikan Duta Besar Republik Indonesia untuk Austria dan Slovenia, Darmansja Djumala, bahwa  politik adalah art of life.  Sedangkan oleh Otto von Bismarck, Kanselir Jerman, politik adalah ‘the art of the possible.’ Jadi politik memang sebuah seni," paparnya

“Sedangkan bagi saya sendiri, SENI dalam politik adalah paduan dari kata Strategy, Equity, Nation, dan Integrity. Kesemua unsur ini harus menyatu sehingga mampu menjaga idealisme kita bahwa politik adalah cara kita mencapai sejatinya khoirunnas anfauhum linnas. Jangan sampai kita terjebak mencari jabatan namun ternyata berakhir zonk karena tanpa strategi dan tanpa goal yang jelas,” sambung Dr. Lia Istifhama M.E.I.

Di akhir, senator terpilih yang meraih suara tertinggi nasional dalam kategori perempuan non petahana tersebut juga menyampaikan beberapa PR besar bagi politisi perempuan.

“Saat ini, PR besar kita diantaranya adalah mendorong pendidikan politik yang mengangkat inner beauty yaitu kecerdasan, keteguhan, kesungguhan, kepedulian, dan komitmen aktivis perempuan. jadi tidak ada tempat bagi beauty privilege karena itu hanya merendahkan semangat kiprah nyata kaum perempuan," katanya.

Selain itu, lanjut Ning Lia akan terus mendorong isu-isu gender seperti kesehatan reproduksi, persamaan gaji, perlindungan terhadap kekerasan seksual, dan sebagainya karena perempuan pondasi moral generasi berikutnya. Bagaimana anak-anak menjadi generasi emas, dipengaruhi seberapa emasnya seorang ibu dalam mendidik.

“Atensi pada dunia digital juga tetap mendapatkan porsi penting. Bagaimana kaum perempuan mampu memiliki karakter molecularization atau mudah beradaptasi, memanfaatkan internetworking dan mengkonvergensikan tiga sektor industri, yaitu: computing, communications, dan content. Tentu, goalnya adalah memicu innovation, competitive advantage, dan immediacy, yaitu secara simultan mampu menggali manfaat dari digital dalam hal mengetahui preferensi publik," tegasnya.

Ning Lia mengucapkan selamat atas terpilihnya, Siti Maulida sebagai Ketua Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur. 

"Alhamdulillah Konferwil XVI PW Fatayat NU Jatim berjalan sukses dan lancar. Selamat kepada Sahabat Siti Maulida terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Fatayat NU Jatim," pungkas Ning Lia, sabtu (7/9/2024). (*)