TIMES JATIM, MALANG – Tim Dosen Universitas Negeri Malang (UM Malang) menggandeng tim peneliti dari Rajamangala University of Technology Krungthep (RMUTK) Thailand, mengembangkan aplikasi self help for trauma care.

Aplikasi ini hadir untuk menyikapi fenomena kekerasan seksual yang kerap terjadi pada remaja dan minimnya akses pemulihan psikologis bagi remaja penyintas kekerasan seksual.

Tim Dosen UM terjadi dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM) meliputi Arbin Janu Setiyowati sebagai ketua tim, Otto Fajrianto, dan Rully Zandra Aprilia, Penelitian pengembangan aplikasi self help for trauma care ini didanai oleh UM dan RMUTK Thailand melalui skema matching fund.

Pengembangan aplikasi self help for trauma care untuk penguatan psikologis remaja penyintas kekerasan seksual ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya kasus kekerasan seksual pada remaja dan minimnya akses pemulihan psikologis mereka yang berbasis self help.

Ketua tim, Arbin Janu Setiyowati, mengatakan, seringkali remaja penyintas kekerasan seksual enggan memanfaatkan layanan pemulihan psikologi yang disediakan oleh sekolah, pemerintah dan lembaga professional.

"Keengganan ini dilatarbelakangi adanya stigma bahwa kekerasan seksual adalah aib yang tidak pantas untuk diceritakan kepada orang lain," ucapnya.

Kondisi ini tentunya membuat pemulihan psikologis remaja penyintas kekerasan seksual berjalan lambat sehingga berpotensi memberikan dampak terhadap seluruh aspek kehidupannya.

"Aplikasi MIRACLE merupakan solusi inovatif yang dirancang untuk memperkuat psikologis remaja penyintas kekerasan seksual melalui pendekatan self-help yang komprehensif," imbuh wanita yang juga sebagai Wakil Dekan 3 FIP UM ini.

Aplikasi ini menawarkan berbagai fitur yang membantu pengguna dalam proses pemulihan, baik secara personal maupun sosial.

Salah satu keunggulan utamanya adalah fitur Tes Pre dan Post, yang memungkinkan remaja memantau kondisi mental mereka sebelum dan setelah intervensi, memberikan gambaran yang jelas mengenai progres emosional.

Selain itu, fitur Tolong Diri melalui kategori "Pikiranku, Perasaanku, dan Aktivitasku" menawarkan ruang refleksi pribadi yang membantu pengguna untuk mengelola trauma dengan lebih baik, memberikan akses langsung ke strategi coping yang relevan.

Aplikasi ini juga menyajikan konten edukatif yang mudah dipahami, yang memberikan panduan langkah demi langkah dalam memahami trauma dan menemukan teknik penyembuhan yang tepat.

"Fitur Literasi Psikologis yang tersedia, menyediakan berbagai artikel dan video yang mengedukasi pengguna tentang pentingnya kesehatan mental, serta cara menjaga kesejahteraan psikologis secara berkelanjutan," jelasnya.

Lebih dari itu, fitur komunitas dalam MIRACLE memungkinkan remaja terhubung dengan sesama penyintas dalam lingkungan virtual yang aman, di mana mereka bisa berbagi pengalaman, saling mendukung, dan memotivasi satu sama lain.

Fitur yang ditawarkan tidak monoton melainkan pengguna bisa menggunakan mulai dari audio, visual dan juga kinestetik. Audio pada aplikasi ini dikemas dalam bentuk relaksasi yang mana setelah pengguna mendengarkan relaksasi.

Visual yang menarik juga dapat menggugah pengguna untuk tetap stay pada aplikasi ini. Dan yang terakhir kinestetik dalam fitur aplikasi bisa mengunggah aktivitas yang kamu lakukan.

"Dengan seluruh fitur ini, MIRACLE berfungsi sebagai pendamping setia dalam perjalanan pemulihan, membantu remaja bangkit dan membangun kembali kekuatan serta kontrol atas hidup mereka," pungkas Dr Arbin. (*)