https://jatim.times.co.id/
Ekonomi

Ngasak, Buruh Tani di Banyuwangi Berbagi Kebahagiaan Saat Panen Padi

Selasa, 24 September 2024 - 19:19
Ngasak, Buruh Tani di Banyuwangi Berbagi Kebahagiaan Saat Panen Padi Buruh tani Banyuwangi Sa'diyah berjibaku mengais sisa padi yang tertinggal di Petak sawah seluas 4 hektar yang terletak di Desa Pandarungan, Kecamatan Kabat, Banyuwangi (Foto: Ikromil Aufa/ TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Di tengah hamparan sawah yang menguning, para buruh tani di Banyuwangi menyambut datangnya musim panen dengan penuh makna dan kebahagiaan, mereka datang untuk mencari sisa-sisa padi yang tidak terambil oleh pemilik lahan atau dikenal sebagai "Ngasak". 

Ngasak, yang secara harfiah berarti memungut sisa panen, dilakukan oleh buruh tani ketika atau setelah pemilik lahan memanen padi mereka. Para buruh tani diizinkan untuk mengumpulkan sisa-sisa padi yang tertinggal di sawah. Kegiatan ini biasanya didominasi oleh buruh tani perempuan dari golongan ekonomi menengah kebawah.

Dari sisi pemilik lahan pertanian, adanya buruh tani yang ngasak dianggap tidak merugikan dan sudah lumrah.

Meskipun hasilnya tidak sebanyak panen utama, kegiatan ini sangat dinanti-nanti karena memberikan tambahan penghasilan dan membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka.

Kali ini para buruh tani yang mengasak terlihat di Petak sawah seluas 4 hektare yang terletak di Desa Pendarungan, Kecamatan Kabat, Banyuwangi.

Sa’diyah (83), salah satu buruh tani yang telah lama berkecimpung di pekerjaan mengais sisa ini selama lebih dari enam dekade, menggambarkan ngasak sebagai momen yang sangat berharga. 

“Ngasak adalah waktu dimana saya bisa mengais sisa-sisa gabah yang tertinggal. Meskipun hanya mendapatkan sedikit, tetapi ini sangat berarti bagi kami,” ungkapnya dengan nada bersyukur, Selasa (24/09/2024).

Ketika musim panen padi tiba, Sa’diyah bisa mengumpulkan gabah hingga cukup untuk makan satu bulan bahkan bisa sampai dijual.

“Sekali berangkat ini saja kadang bisa mengumpulkan hingga 5 Kg,” ujarnya.

Suasana kebersamaan terasa kental, di mana mereka saling bercanda dan membantu satu sama lain. Tidak jarang, ngasak juga menjadi ajang untuk saling bertukar cerita dan pengalaman selama bekerja di sawah.

Hal senada juga diungkapkan oleh Supiyatun (79), hasil dari ngasak ini cukup membantu baginya. Ia mengumpulkan sedikit demi sedikit dari setiap sawah yang didatanginya.

“Ketika sudah terkumpul banyak, kemudian saya jual atau saya olah sendiri,” ungkapnya.

Sementara itu, Munirik (60), pemborong hasil panen mengatakan, ngasak ini sudah menjadi hal yang lumrah di Banyuwangi atu bahkan di jawa. Ia tidak sama sekali tidak mempermasalahkan dengan keberadaan para buruh tani yang mengais sisa-sisa panen.

“Ya. Anggap saja berbagi kebahagiaan dengan sesama petani. Biar mereka juga merasakan hasil dari panen ini meskipun tidak seberapa,” katanya.

Ngasak, dengan segala kesederhanaan dan keunikannya, merupakan cerminan dari kekayaan budaya Banyuwangi yang patut dihargai. Di balik setiap butir padi yang dipungut, tersimpan cerita tentang kerja keras, kebersamaan, dan rasa syukur yang tulus dari para buruh tani.(*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.