TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak menjadi fokus kunjungan Menteri PPPA RI Arifatul Choiri Fauzi di Desa Ngadas, Kecamatan Sukapura, Jumat (5/12/2025). Di hadapan masyarakat Tengger, terutama para perempuan, ia menggali langsung persoalan yang selama ini membelit keluarga di wilayah pegunungan itu.
Ia menegaskan perlunya kolaborasi lintas lembaga untuk memperkuat ketahanan keluarga. Dari analisis kasus hampir setahun, muncul lima faktor pemicu tingginya kekerasan yakni tekanan ekonomi, pola asuh, paparan gawai, lingkungan sosial, dan pernikahan usia anak.
“P enyelesaian persoalan ini harus dilakukan dari hulu, dengan memperkuat keluarga, terutama perempuan,” ujarnya.
Susana, Salah satu perempuan Tengger, menyampaikan aspirasinya. (FOTO: Sri Hartini/TIMES Indonesia)
Ia juga memaparkan program Ruang Bersama Indonesia, yang dirancang agar pendamping desa, pekerja sosial, dan tenaga kesehatan tidak bekerja sendiri-sendiri.
Kementerian PPPA berkomitmen menghadirkan mitra pemberdayaan ekonomi untuk melatih perempuan Tengger berbasis kebutuhan pasar. Setelah pelatihan, peserta akan mendapatkan modal usaha dan pendampingan mingguan.
“Pelatihannya menyesuaikan pasar, agar produk memiliki nilai jual kuat,” tambahnya.
Dalam dialog, Arifatul meminta para perempuan menyampaikan kendala langsung sebagai dasar kerja kolaboratif pemerintah. Ia kembali menegaskan peran strategis perempuan sebagai penopang keluarga dan desa.
Kunjungan itu turut dihadiri Peneliti BRIN Prof. Siti Zuhro, Wakil Bupati Probolinggo Fahmi Abdul Haq Zaini (Ra Fahmi), serta sejumlah tokoh daerah.
Wakil Bupati Probolinggo, Fahmi Abdul Haq Zaini (Ra Fahmi) menilai kehadiran Menteri PPPA memperkuat program pemberdayaan desa, termasuk inisiatif komunitas Mujadalah Kyai Kampung.
"Kami juga mengapresiasi arahan Kementerian Desa terkait pengembangan koperasi, termasuk rencana pembentukan enam koperasi percontohan di Kecamatan Sukapura, yang dinilai banyak manfaat bagi masyarakat," katanya.
Ra Fahmi menyebut perempuan memiliki peran kunci dalam penguatan ekonomi keluarga. Dengan potensi wilayah yang besar, mulai laut hingga pertanian, ia optimistis Probolinggo bisa keluar dari status daerah termiskin nomor empat di Jawa Timur.
“Dengan kerja sama seluruh pihak, mimpi mewujudkan Probolinggo Baru, Probolinggo Maju, dan Probolinggo Sejahtera dapat segera terwujud,” ujarnya. (*)
| Pewarta | : Sri Hartini |
| Editor | : Imadudin Muhammad |