https://jatim.times.co.id/
Berita

Desa Tunggul Menyulam Harapan Lewat Ekowisata dan Ekonomi Hijau

Kamis, 07 Agustus 2025 - 19:58
Desa Tunggul Menyulam Harapan Lewat Ekowisata dan Ekonomi Hijau Kegiatan Field Trip FEB Unisla kolaborasi antara Desa Tunggul yang digelar di Tuwung Cafe dan kawasan Pantai Tunggul, Kamis (7/8/2025). (Foto: Unisla for TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, LAMONGAN – Di tengah ancaman nyata perubahan iklim dan wacana transisi energi nasional, secercah harapan justru tumbuh dari pesisir utara Lamongan. Desa Tunggul, Kecamatan Paciran, mulai merintis jalan menuju ekonomi hijau dan konservasi lingkungan berbasis masyarakat.

Warga Desa Tunggul, bersama berbagai elemen, mulai membangun ekowisata berbasis konservasi dan pemberdayaan ekonomi hijau. Mereka aktif menanam mangrove, menyusun program berkelanjutan, hingga mengelola potensi alam sebagai sumber kesejahteraan dan edukasi.

Langkah progresif ini mendapat dukungan nyata melalui kegiatan Field Trip Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Lamongan (FEB Unisla) Berdampak. Bertajuk “Unisla Berdampak: Kolaborasi Kampus untuk Ekonomi Hijau, Wirausaha, dan Pesisir Berdampak”, kegiatan ini digelar di Tuwung Cafe dan kawasan Pantai Tunggul, Kamis (7/8/2025).

Kepala Desa Tunggul, H. Moh. Yasin, mengapresiasi kolaborasi tersebut sebagai bentuk kepercayaan yang harus dijaga bersama-sama.

Kegiatan-11.jpg

“Kami merasa bersyukur Desa Tunggul dipercaya menjadi mitra pembangunan berdampak oleh Unisla. Ini peluang emas untuk membangun desa dari berbagai aspek, baik lingkungan, ekonomi, maupun pendidikan,” ucap Yasin.

Kegiatan dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan perjanjian kerja sama (MoA) antara Unisla, FEB Unisla, Pemerintah Desa Tunggul, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokmaswas) MASKOT. 

Setelah itu, dilanjutkan dengan penanaman 10 pohon pule di depan Cawe Tuwung dan 100 pohon mangrove di kawasan Pantai Tunggul sebagai bentuk pelestarian dan edukasi lingkungan.

Yasin menyatakan pihaknya menyambut terbuka inisiatif lanjutan yang bisa memperkuat sinergi dengan kampus.

“Kami berharap Unisla terus hadir, mendampingi desa tidak hanya saat kegiatan berlangsung, tapi juga dalam proses panjang pembangunan yang berkelanjutan,” tuturnya.

Sementara Wakil Rektor II Unisla, Dr. Nurul Badriyah, menjelaskan bahwa kampus hadir bukan hanya di ruang kelas, tetapi juga di tengah masyarakat. Menurutnya, mahasiswa harus mengalami langsung kehidupan nyata agar mampu menawarkan solusi bagi permasalahan sosial.

“Unisla ingin berkontribusi dalam pembangunan yang berkelanjutan. Kami ingin mahasiswa mengalami langsung kehidupan masyarakat dan ikut membangun solusi dari bawah,” ujarnya.

Senada, Dekan FEB Unisla, Dr. H. Abid Muhtarom, menyebut kegiatan ini sebagai bentuk nyata kepedulian kampus terhadap tantangan zaman.

“Ekonomi hijau perlu diwujudkan melalui kolaborasi. Mahasiswa harus belajar sambil mengabdi, menggali potensi desa, dan mendukung kemandirian masyarakat,” kata Abid. 

Dengan semangat gotong royong dan partisipatif, kegiatan ini menjadi titik tolak dari rangkaian transformasi berkelanjutan. Field Trip FEB Unisla Berdampak sendiri dirancang sebagai bagian dari portofolio Unisla Berdampak yang akan dikembangkan ke desa-desa lain di kawasan pesisir Lamongan.

Abid menegaskan bahwa pihaknya akan menjadikan Desa Tunggul sebagai laboratorium ekonomi hijau, tempat mahasiswa bisa belajar langsung mengenai green entrepreneurship dan socio-ecopreneurship.

“Menanam pohon itu menanam harapan. Kami percaya, perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang dilakukan bersama,” ucap Abid.

Kegiatan-12.jpg

Dukungan juga datang dari DPRD Lamongan. Anggota Komisi C Fraksi PDI Perjuangan Achmad Umar Buwang, menyatakan pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dan masyarakat.

“Pendidikan dan masyarakat harus berjalan bersama. Kampus seperti Unisla harus terus terlibat dalam upaya perubahan sosial, apalagi di wilayah pesisir yang rentan,” tutur Buwang. 

Pantai Tunggul sendiri dikenal memiliki vegetasi mangrove alami yang kini tengah dikembangkan sebagai laboratorium alam terbuka. Mahasiswa diajak belajar dari lapangan secara langsung menggali data, berdiskusi dengan warga, dan merancang inovasi yang aplikatif dan membumi.

Tak hanya penanaman pohon, kegiatan ini juga dilengkapi dengan diskusi terbuka. Dosen, mahasiswa, perangkat desa, hingga tokoh masyarakat duduk bersama menyusun rencana kerja lanjutan. 

Sejumlah program pun disiapkan, mulai dari pelatihan branding produk lokal, pendampingan UMKM pesisir, digitalisasi promosi wisata, hingga penyusunan dokumen pembangunan desa berbasis potensi lokal.

“Kami ingin para pemuda desa dan mahasiswa tidak ragu menjadi penggerak. Kolaborasi ini harus bisa membangun peradaban desa yang tangguh,” ujar Buwang. (*)

Pewarta : Moch Nuril Huda
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.