TIMES JATIM, SURABAYA – Kampung Peneleh Surabaya telah menjadi kampung bersejarah yang mengingatkan kembali jejak para tokoh pergerakan organisasi Islam Indonesia. Termasuk nama besar HOS Tjokroaminoto yang kini diangkat menjadi sebuah nama museum kebanggan Kota Surabaya. Tepatnya berlokasi di Jalan Pandean IV nomor 15, Surabaya.
Sebagai Kota Pahlawan, kenangan yang muncul tidak hanya perobekan bendera atau pertempuran tentara Belanda dengan Arek Suroboyo yang menewaskan Jenderal Malaby di Jembatan Merah. Pergerakan Arek Suroboyo menentang tentara sekutu cukup terkenal di masanya.
Rumah Tjokroaminoto dikenal sebagai penggerak ormas Islam, kediamannya seringkali menjadi jujugan para tokoh muda, diskusi seringkali dilakukan di rumah tersebut. Terlebih lagi, rumah Tjokroaminoto menerima kos pelajar yang sedang sekolah di Kota Surabaya. Jejak sejarah yang tersimpan rapi, kini dijadikan museum oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Kunjungan dari berbagai kalangan membanjiri museum. Termasuk Ketua Kelompok Fraksi Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Bambang Haryo Soekartono dalam kegiatan reses mengunjungi museum HOS Tjokroaminoto.
“Potensi wisata bersejarah yang berupa museum atau budaya sangat penting, dikarenakan museum harus ditampilkan baik yang ada di Kota, Kabupaten maupun provinsi harus digencarkan. Turis mancanegara lebih suka museum daripada wisata alam,” tuturnya saat kunjungan museum HOS Tjokroaminoto, Kamis (7/8/2025).
Ia mencontohkan dengan negara Thailand yang tidak mempunyai alam hanya ada sungai, namun dapat menggaet wisatawan mancanegara hanya melalui sejarah dan budaya Thailand. Eksplorasi sejarah dan budaya Thailand mampu mendongkrak wisatawan mancanegara.
“Thailand tidak punya gunung, kita mempunyai gunung 200 yang berapi dan 200 yang tidak berapi, air terjun banyak. Tapi kita kalah dengan Thailand yang ngga punya gunung tapi hanya sungai saja, melainkan hanya eksplorasi museum saja,” ungkapnya.
Mengenalkan sejarah dan budaya mendorong pendapatan negara setempat, selain Thailand ia mencontohkan Malaysia saat ini turis mancanegara mencapai 29 juta dibanding turis mancanegara Indonesia yang saat ini masih di angka 14 juta.
“Budaya kita sangat banyak, cerita perjuangan maupun cerita mengenai kerajaan kita juga banyak. Indonesia mempunyai 400 lebih kerajaan, sedangkan Thailand mempunyai 3 dan Malaysia mempunyai 9 kerajaan,” katanya.
Minimnya Transportasi Publik Antar Museum
Meski minim kebudayaan dan sejarah, mereka dapat mengeksplor melalui museum, sehingga kebudayaan mereka semakin terkenal di publik internasional melalui kunjungan di museum.
“Indonesia jauh lebih kaya dari mereka, dari sisi budaya. Keberadaan museum di Indonenesia kita dorong untuk lebih maju. Museum di Indonesia harus lebih dinikmati generasi muda,” tuturnya di sela-sela kunjungan.
Sadar akan sejarah dan budaya, menurutnya harus diperkenalkan sejak kecil, mulai dari pelajar hingga dewasa. Semakin banyak yang berkunjung, hal ini akan mendorong perkembangan museum di Indonesia.
Bambang juga menyarankan infrastruktur antar museum di Indonesia lebih tertata. Kemudahan transportasi inilah yang membuat pengunjung makin tertarik datang ke museum.
Terkait transportasi, pihak Pemerintah Kota Surabaya akan menggunakan transportasi air yang melewati museum.
“Jadi nanti menggunakan perahu yang melewati wilayah museum. Jadi sudah ada dermaga, hanya sampai sekarang belum terlaksana karena terkendala debit air,” kata Saidah, Kepala UPTD Museum dan Budaya Pemkot Surabaya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Anggota DPR RI Bambang Haryo Dorong Keberadaan Transportasi Publik Menuju Museum
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Deasy Mayasari |