TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Gus Haris, calon Bupati Probolinggo, tak hanya menyoroti soal potensi tembakau lokal. Dia juga turut memperhatikan kondisi kopi lokal yang sejatinya cukup berpotensi untuk bersaing dengan kopi-kopi daerah lain. 

Hal itu disampaikan Gus Haris dalam dialog bersama para petani kopi di Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, Minggu (27/10/2024). Ia menyoroti potensi besar perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Probolinggo.

"Kita punya tujuh kecamatan dengan perkebunan kopi yang cukup luas," jelasnya. 

Lanjutnya, perkebunan kopi itu tersebar di Pegunungan Tengger, khususnya Kecamatan Sumber, Lumbang, dan Sukapura, serta di Pegunungan Argopuro yang meliputi Kecamatan Krucil, Tiris, Pakuniran, dan Gading.

"Kita punya kekayaan alam yang luar biasa. Produksi kopi kita terus meningkat, dan ini terbukti dengan banyaknya pengusaha kopi dari luar daerah yang mengambil stok kopi dari sini," tambahnya.

Berdasarkan data BPS 2022, Kabupaten Probolinggo menempati urutan kedelapan di Jawa Timur sebagai daerah penghasil kopi dengan luas perkebunan mencapai 4.064 hektar. Gus Haris optimis bahwa luas perkebunan ini terus meningkat seiring tren konsumsi kopi yang makin populer di kalangan masyarakat.

"Kecamatan Tiris dan Krucil menjadi sentra terbesar penghasil kopi jenis robusta, meskipun kopi arabika juga banyak ditemukan. Sedangkan di Pegunungan Tengger, Kecamatan Sumber dan Sukapura lebih banyak menghasilkan kopi jenis arabika," lanjutnya. 

Menurutnya, perbedaan ini dipengaruhi oleh ketinggian dan kondisi geografis masing-masing daerah. Kabupaten Probolinggo, tambah Gus Haris, memiliki sejarah panjang sebagai penghasil kopi yang sudah terkenal sejak era kolonial Belanda, terbukti dengan adanya gudang-gudang kopi peninggalan Belanda di Krucil dan Sukapura. 

"Ini bukti bahwa kita memiliki potensi unggul dalam komoditas kopi. Berbagai jenis kopi, mulai dari arabika, robusta, liberika, hingga excelsa, tumbuh subur di sini," ucapnya dengan bangga.

Gus Haris juga menekankan bahwa kopi robusta mendominasi produksi kopi di Kabupaten Probolinggo dengan 60%, diikuti oleh arabika (30%) dan liberika serta excelsa (10%). "Kualitas rasa kopi kita tidak kalah dengan daerah lain. Beberapa kali kopi Probolinggo masuk dalam 10 besar kompetisi kopi spesialty berskala nasional," tutupnya.

Dirinya pun telah menyiapkan program untuk mengembangkan potensi kopi lokal tersebut, yakni Sae Pendapatan Keluarga dan Sae Pendapatan Daerah. Program ini merupakan program yang telah disiapkan untuk mendorong para pengusaha kecil untuk naik kelas.

"Para petani juga terus didorong untuk bisa mengembangkan produknya untuk lebih berkualitas. Bahkan bisa memproduksi sendiri hingga menjadi bahan jadi. Artinya Probolinggo punya potensi yang luar biasa dan itu peru dikembangkan," paparnya. (*)