TIMES JATIM, KEDIRI – Kawasan Desa Wisata Keling, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, tidak hanya menyimpan keindahan eksotisme Gua Jegles. Tak jauh dari Gua Jegles terdapat arung atau terowongan air kuno yang menarik untuk dikunjungi.
Arung kuno desa Keling menawarkan sensasi unik. Dengan lebar terowongan 75-100 cm dan tinggi sampai 1,5 meter, arung ini cukup untuk dilewati orang dewasa secara bergiliran. Untuk yang takut gelap, tak perlu khawatir. Pasalnya tidak semua bagian arung kuno ini ada di bawah tanah.
Di bagian tengah, terdapat bagian yang terbuka lebar.Membuat nuansa petualangan menyusuri arung kuno ini makin terasa. Setelah melewati bagian terbuka ini, pengunjung dibawa kembali memasuki terowongan bawah tanah, dan menyapa kelelawar yang memang menghuni terowongan tersebut.
Beberapa kelelawar, terkadang turut balik menyapa para wisatawan. "Ada yang kadang menempel di pundak wisatawan," tutur Pengurus Pokdarwis Desa Wisata Keling Didin Saputro, Kamis (18/05/2023).
Rute yang dijelajahi sendiri sepanjang 150 meter. Didin mengungkapkan panjang arung kuno Desa Keling sebenarnya lebih dari itu. Banyak percabangan terowongan yang masih belum dijelajahi dan dibersihkan. Rute sepanjang 150 meter tersebut adalah panjang bagian arung yang telah dibersihkan sehingga bisa dijelajahi.
Panjang arung kuno Desa Keling sebenarnya diprediksi lebih panjang. Bahkan tidak menutup kemungkinan, arung kuno Desa Keling terhubung dengan arung kuno lain seperti di desa Brumbung,Kepung lalu Desa Canggu, Kecamatan Badas serta Kandangan.
"Masih panjang yang belum dibuka. Banyak percabangan, yang belum dibuka karena butuh tenaga. Bisa menuju sumber, tempat peribadatan, atau bahkan tembus ke desa lain (tempat penemuan arung lain). Tidak menutup kemungkinan saling terhubung," tambahnya.
Arung kuno desa Keling memang menarik. Berdasarkan catatan sejarah, arung biasanya berfungsi sebagai drainase, saluran air baik untuk irigasi ataupun pemukiman di masa kerajaan.
Berbeda dengan penemuan arung di wilayah lain, arung kuno desa Keling lebih tertata dengan model terowongan yang lebih simetris.
Sistem percabangan pada arung kuno desa Keling diduga kuat memiliki kemiripan dengan sistem pipanisasi besar pada masa sekarang. Membuat banyak orang penasaran, bagaimana warga di jaman lampau membuatnya. Apalagi posisi arung saat ini ada di bawah tanah.
"Bagaimana cara membuatnya, sehingga air bisa mengalir dari atas ke bawah. Saluran itu juga tidak menemui batu. Semacam infrastruktur konstruksi kuno," kata Didin.
Sebagai catatan, di wilayah Pulau Bali, arung juga banyak ditemui dan beberapa dimanfaatkan. Penelitian tentang fungsi dan konstruksi arung juga banyak dilakukan di Pulau Dewata. (*)
Pewarta | : Yobby Lonard Antama Putra |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |