TIMES JATIM, JAKARTA – Umur NU yang lebih satu abad tepatnya 102 tahun bukan umur yang pendek. Dinamika NU telah berjalan begitu panjang, mulai dari zaman penjajahan, kemerdekaan, Orde Baru, Masa Transisi hingga reformasi.
Nilai dan dasar perjuangan NU hingga saat ini tidak berubah, bahkan semua sepakat kalau Khittoh Nahdliyah dan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah adalah pegangan seluruh warga dan pengurus NU dalam mengabdikan dirinya pada masyarakat, bangsa dan negara.
Pertanyaannya, mengapa rasanya NU sudah tidak seperti dulu lagi? Cara berfikir dan bergerak elit NU yang dipusat kadang aneh, perilaku pengurus NU di semua tingkatan kelihatan tidak memegang Khittoh, perilaku kader NU yang berada di kekuasaan eksekutif dan legislatif kurang sesuai dengan nilai Islam Aswaja.
Sehubungan dengan kondisi tersebut, kami ingin memberikan analisis dan ulasan sebagai evaluasi untuk kejayaan NU di masa depan.
Pertama, sebagai organisasi sosial keagamaan NU memiliki tantangan globalisasi yang tidak bisa dipungkiri. Maka untuk mengikuti perkembangan zaman dan globalisasi nilai-nilai perjuangan NU mulai terkontaminasi oleh beberapa perilaku manusia modern yang katanya mengikuti perkembangan zaman. Kondisi tersebut akhirnya juga berimbas pada perilaku warga NU
Kedua, Gus Dur sebagai tokoh idola dan panutan warga NU pernah menyampaikan, jika suatu saat para kader NU berada di kekuasaan, maka NU akan maju, warga NU akan makmur dan perjuangan NU akan semakin mudah.
Realita dilapangan alhamdulillah NU secara organisasi sudah kelihatan maju walau warga NU belum banyak yang makmur. Namun para kader NU yang di politik dan kekuasan telah memberi warna dalam memperjuangkan aspirasi rakyat, walau disana sana ada cobaan yang menimpa para pejuang NU di kekuasaan eksekutif maupun legislatif
Ketiga, perilaku politik kader NU yang di kekuasaan telah memberikan pendidikan yang kurang baik pada warga NU dan pengurus NU. Politik kekuasaan yang menghasilkan finansial dan segala fasilitasnya telah merubah pola hidup mereka menjadi hedonis, tinggi hati bahkan mendekati sekuler.
Kondisi tersebut akhirnya ditiru oleh kader dan pengurus NU menjadikan uang sebagai tolok ukur setiap langkah dan gerak dalam organisasi. Cara berfikir dan bergerak selalu uang menjadi panglima, sudah merubah ruh perjuangan di NU yang ikhlas dalam mengabdi dan berjuang.
Keempat, permainan politik elit NU yang diam diam mengeksploitasi warga pada kompetisi politik entah itu legislatif maupun pemilu presiden telah merusak nilai Khittoh Nahdliyah yang di jadikan pedoman politik warga NU dalam kehidupan politik dan sosial. Akhirnya masyarakat menganggap NU sudah bermain politik praktis dan melanggar Khittoh NU
Kelima, gejala disharmoni antar kader dan warga NU karena masalah politik telah merusak kebersamaan dan kekompakan NU baik secara jamaah maupun jam’iyyah.
Maka untuk mengembalikan seperti semula menjadi pekerjaan berat kita semua. Semua harus belajar mengendalikan ego pribadi agar semua kembali baik baik saja
Dari semua catatan di atas menjadi renungan kita bahwa nilai luhur yang telah dirumuskan dan ditetapkan oleh pendiri NU harus kita jaga. Pedoman ber NU tidak akan pernah lapuk oleh waktu, namun moral, mental dan perilaku kita semua sebagai warga NU dan pengurus harus di upgrade agar kembali ke jalan yang benar sesuai dengan rumusan pendiri NU.
Politik dan kekuasan telah merubah sifat warga dan pengurus NU yang lillahi taala, rasa saling membenci yang tidak prinsip, rasa persaudaraan yang kuat dan hilangnya wirai, iffah dan Qonaah. Basa basi antar warga dan pengurus bukan pribadi yang dibentuk oleh NU, maka hal tersebut harus dihilangkan.
Sisi negatif perilaku warga dan pengurus NU telah dicatat dengan baik oleh masyarakat, maka pelan pelan trust masyarakat pada NU akan hilang. Perilaku warga dan kader NU yang tidak baik akan menurunkan simpati dan kepercayaan masyarakat kepada NU.
Maka mari kita perbaiki NU ini dari diri kita sendiri, tanpa menyalahkan yang lain. Rasanya hati ini teriris jika melihat NU yang baik ini menjadi korban keganasan sikap dan perilaku kader dan pengurus NU yang tidak bertanggungjawab.
Semoga mbah Hasyim, mbah Wahab dan mbah Bisri selalu mendapatkan kebahagiaan di alam kuburnya, karena apa yang dibuat telah memberi kemaslahatan bagi umat manusia dan menjadi peradaban yang baik bagi dunia.
Buat anda semua yang mendapatkan barokah dari NU tapi sikap dan perilakumu tidak sesuai dengan nilai luhur NU segera bertaubat sebelum terlambat. Pesta pasti berakhir kata bang Haji Roma Irama.
***
*) Oleh : HM. Basori, M.Si, Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Harlah NU ke-102: Hiruk Pikuk Politik dan Kekuasaan
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |