TIMES JATIM, MALANG – Tercatat sejumlah 85 bangunan SD Negeri di Kabupaten Malang mengalami kerusakan. Kondisi sekolah rusak ini, satu persatu ditinjau langsung Bupati Malang bersama jajarannya.
Salah satu sekolah rusak ini seperti di SDN 02 Wringinanom, Poncokusumo, Kabupaten Malang. Kondisi bangunan bagian atas dengan tiga lokal ruang kelas ini, didapati banyak alami kerusakan dan mengkhawatirkan keselamatan warga sekolah.
Satu lokal ruang kelas didapati paling paling parah kerusakannya, sehingga tak lagi ditempati untuk aktivitas pebelajaran siswa. Beberapa reruntuhan plafon asbes dan genteng tampak jatuh, dan dibiarkan begitu saja dalam ruangan ini.
"Ada 85 sekolah rusak se Kabupaten Malang, semuanya SDN. Rata-rata kerusakannya (bagian atap) resiko nyaris ambruk. Sudah dimasukkan perencanaan (bantuan rehab), sudah dianggarkan, paling cepat penanganannya bulan Maret 2025," kata Bupati Malang, HM Sanusi, usai mengunjungi SDN 02 Wringinanom, Poncokusumo, saat Sambang Desa, Rabu (15/1/2025) kemarin.
Terkait penyebab kerusakan, kata Bupati Malang, dikarenakan kondisi bangunan bagian atas sudah tidak kuat dan kayunya mulai keropos.
"Sudah saat memang direhab, karena memang usia bangunan sudah tua. Kerangkanya sudah banyak yang lapuk," terangnya.
Disinggung soal anggaran rehab SDN rusak, Bupati menyebut rata-rata mendapatkan bantuan Rp 70 juta tiap sekolah. Namun, dalam pengerjaannya nanti dengan sistem swakola oleh Komite Sekolah masing-masing.
Dalam peninjauan fasum SDN rusak ini, juga ada Ketua DPRD Kabupaten Malang, Darmadi, dan Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Malang, Amarta Faza.
Ditanya terkait penanganan 85 sekolah rusak seperti disampaikan Bupati Malang, Ketua DPRD Kabupaten Malang Darmadi menyampaikan, akan mendukung sepenuhnya sesuai kondisi kerusakan yang dialami.
"Nanti kita melihat skala prioritas, sekolah mana yang benar-benar harus kita segerakan untuk perbaikan. Itu yang kita kejar (disegerakan) di tahun ini, selebihnya di tahun depan," kata Darmadi.
Kepala SDN 02 Wringinanom, Wijiasmani mengungkapkan, lebih dari setahun terakhir, terutama saat musim hujan, kerusakan dialami semakin parah.
"Atap plafonnya jebol, dan beberapa gentengnya jatuh. Kayu atap sudah rapuh, dan ada yang jatuh," terangnya.
Ketua Komite Sekolah, Supriyanto menambahkan, sudah 2 tahunan lalu, kerusakan sudah pernah diperbaiki saat masih rusak sedang, secara swadaya.
"Tetapi, atap kembali ruak parah. Terlebih musim hujan. Kayu sudah rapuh, tidak kuat diinjak.
Tukang tidak mau, tidak berani kerjakan perbaikan," terangnya.
Akibat kondisi bangunan yang mengkhawatirkan ini, satu lokal ruang kelas akhirnya tidak boleh lagi ditempati belajar siswa, karena bisa membahayakan. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |