TIMES JATIM, MALANG – Profesor termuda yang dimiliki oleh Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. Ahmad Taufiq, S.Pd., M.Si masuk masuk dalam daftar World’s Top 2% Scientists 2023 yang dirilis oleh Stanford University. Prestasi ini tentu menjadi sebuah pencapaian prestisius bagi Guru Besar idang fisika itu dan bagi seluruh keluarga besar UM di tingkat internasional.

Penghargaan ini diberikan berdasarkan kontribusi keilmuwan yang selama ini digelutinya, yang menjadi bukti pengakuan atas kualitas riset dan inovasi Prof. Taufiq di bidang fisika, terutama dalam riset nanosains dan nanoteknologi berbasis bahan alam lokal Indonesia.

Prof Taufiq mengaku sangat bersyukur karena bisa meraih penghargaan ini. Dia mengaku, hal ini akan dia jadikan sebagai motivasi untuk bisa terus meningkatkan kualitas riset yang dia lakukan.

"Ini bukanlah tujuan akhir, melainkan titik awal untuk meningkatkan kualitas riset dan publikasi ilmiah, baik secara individu maupun dalam kelompok riset di Departemen Fisika FMIPA UM,” ujar Prof. Taufiq.

Dia mengaku, selama perjalanan karier akademiknya, tidak jarang dia menghadapi tantangan, terutama terkait keterbatasan fasilitas penelitian di awal kariernya. Namun, kekuatan kolaborasi dan semangat membaca menjadi kunci dalam mengatasi hambatan tersebut.

“Tidak ada tantangan yang tidak bisa diatasi. Kolaborasi dan terus belajar adalah cara kami menghadapi berbagai kesulitan,” tuturnya.

Dijelaskan bahwa penelitian yang dilakukan Prof. Taufiq bersama tim risetnya di Departemen Fisika UM banyak mencakup pengembangan nanosains dan nanoteknologi untuk aplikasi biomedis, anti radar, energi terbarukan, dan sensor.

Beberapa temuan penting dari riset yang dia lakukan tidak hanya berkontribusi bagi Indonesia, tetapi juga diakui di dunia internasional. Dalam konteks Sustainable Development Goals (SDGs), penelitian yang dia lakukan berpotensi besar untuk mendukung tujuan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta energi bersih dan terjangkau sebagai bagian dari target utama SDGs.

Prestasi ini berdampak signifikan bagi perkembangan akademik di UM, terutama dalam meningkatkan kualitas riset dan kolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga riset ternama di dunia. Harapannya, temuan Prof. Taufiq dapat terus menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan peneliti muda Indonesia untuk bersaing di tingkat dunia. (*)