TIMES JATIM, JAKARTA – Seniman batik Indonesia, Dave Tjoa, berbagi strategi untuk mengenalkan batik tulis tradisional kepada anak-anak generasi Z (lahir 1996-2010) dan generasi Alpha (lahir setelah 2010).

Menurut Dave, pendekatan yang tepat dapat membangkitkan minat dan rasa memiliki terhadap batik di kalangan generasi muda. "Berbicara batik dengan generasi anak - anak generasi saat ini tidak mudah tapi ada tips dan trik pendekatannya," ujar Dave Tjoa usai acara temu wicara Merdeka Berkarya - Pameran Batik "Kukila Khatulistiwa" di Gedung Antara Heritage Center, Jakarta, Jumat (6/9/2024).

Dave Tjoa menjelaskan bahwa langkah pertama untuk mengenalkan batik adalah melalui keterlibatan orang tua. Mengajak anak untuk mengunjungi pameran batik, galeri, atau pusat pembuatan batik bisa menjadi cara yang efektif.

Selain itu, kebiasaan sederhana seperti memakai atau melihat batik di rumah juga dapat membantu. "Biarkan mereka memilih warna dan motif batik tulis apa yang mereka sukai," tambahnya.

Menurut pengalaman Dave, generasi saat ini cenderung menyukai warna-warna lembut seperti monokrom atau pastel serta motif sederhana yang tidak terlalu padat. Dengan demikian, anak-anak dapat memadukan batik tradisional dengan pakaian modern seperti jaket, celana jeans, sepatu sneakers, atau boots sesuai dengan tren fesyen saat ini.

Dave juga menekankan pentingnya tidak memaksakan batik dengan motif lawas agar anak-anak tidak merasa bosan. Biarkan mereka terbiasa dengan batik sesuai pilihan mereka, dan mencintai batik akan tumbuh dengan sendirinya.

Pameran "Kukila Khatulistiwa" yang digelar dari 31 Agustus hingga 10 September 2024, merupakan hasil kerja sama antara Dave Tjoa dan Galeri Foto Jurnalistik Antara. Pada acara ini, Dave juga akan mengundang 50 siswa berprestasi Indonesia yang akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri untuk lebih mengenal batik. (*)