https://jatim.times.co.id/
Berita

Sumpah Pemuda di Tengah Pilkada Serentak, Anggota DPD RI Lia Istifhama: Culture Of Peace

Senin, 28 Oktober 2024 - 13:43
Sumpah Pemuda di Tengah Pilkada Serentak, Anggota DPD RI Lia Istifhama: Culture Of Peace Dr. Lia Istifhama M.E.I, Anggota DPD RI Periode 2024-2029. (FOTO: dok Sahabat Lia)

TIMES JATIM, SURABAYA – Peran pemuda dalam sangat penting dan dibutuhkan keterlibatannya dalam membangun Culture Of Peace atau budaya damai di tengah tahun politik di Indonesia. 

Hal itu disampaikan Dr. Lia Istifhama M.E.I, Anggota DPD RI saat memaknai Hari Sumpah Pemuda ke 96 tahun 2024 yang bertema Maju Bersama Indonesia Raya.

"Hari Sumpah Pemuda tahun 2024 diperingati berbarengan dengan Pesta Demokrasi di Daerah atau Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada Serentak). Kalangan Muda  harus sebagai anak bangsa dan putra daerah tentu harus menjadi agen dalam membangun Culture Of Peace atau budaya damai di gelaran Pilkada Serentak tahun ini," kata Ning Lia sapaan akrab senator dapil Provinsi Jawa Timur ini, Senin (28/10/2024).

Lia-Istifhama-2.jpg

"Politik adem, aman damai dan tentrem menjadi dambaan masyarakat luas. Maka sebagai anak bangsa, Pemuda harus ikut berperan," sambung Ning Lia.

'Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia' perkataan melegenda dari Bung Karno tersebut, tentu menjadi lecutan semangat agar pemuda benar-benar membangun peran sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of social control (agen pengawas sosial). Dengan membangun peran maka nasib kedamaian bangsa akan sangat terwujud di atas pundak para pemuda.

"Maka Pemuda jangan apatis di dunia politik, harus berperan. Di Pilkada, sosok Pemuda harus menentukan pilihan untuk berkontribusi perubahan dan dorongan untuk kemajuan daerahnya dan khususnya kemajuan bangsa dan negara kita," ungkapnya.

Anggota Komite III DPD RI ini menambahkan jika saat ini Pemuda mendominasi kancah perpolitikan Indonesia, tak ayal membuat pemuda pun memiliki tanggung jawab menjaga spirit persatuan yang digaungkan Sumpah Pemuda 28 Oktober silam, yaitu dengan menjadi sosok penting terwujudnya budaya damai (culture of peace).

Jika Bung Karno menyampaikan peran sentral pemuda untuk menggoncangkan dunia, maka pendiri NU KH M Hasyim Asy’ari, menekankan pentingnya pemuda menjaga persatuan dan menghindari perdebatan.

“Pendiri Nahdlatul Ulama, KH M Hasyim Asy'ari berpesan, janganlah kalian jadikan perdebatan itu menjadi sebab perpecahan, pertengkaran dan permusuh-musuhan. Ataukah kita teruskan perpecahan, saling menghina dan menjatuhkan; saling mendengki kembali kepada kesesatan lama? Padahal agama kita satu: Islam. Madzab kita satu: (Imam) Syafi’i. Daerah kita juga satu: Indonesia (waktu itu sebutannya, Jawa). Dan kita semua ini juga serumpun Ahlussunnah wal Jamaah. Demi Allah hal semacam itu merupakan musibah dan kerugian yang amat besar," 

Pemikiran tersebut selaras dengan teori siklus sosial Ibnu Khaldun (1377 M), bahwa sebuah bangsa mengalami tiga siklus. Situasi sosial pertama adalah masyarakat dengan segala kesederhanaan dan solidaritas di bawah otoritas kekuasaan yang didukungnya.

Kedua, masyarakat yang diuntungkan secara ekonomi dan politik dalam sistem kekuasaan menjadi tidak peka lagi terhadap kepentingan bangsa dan negara.

Ketiga, masyarakat yang tidak lagi memiliki hubungan emosional dengan negara sehingga melakukan apa saja yang mereka sukai tanpa memperdulikan nasib negara.

Cikal bakal siklus ketiga atau potret disintegrasi bangsa tersebut adalah adanya yang rentan terjadi di tengah masyarakat. Sedangkan, pemuda seharusnya menjadi khoirunnas anfauhum linnas, yang oleh Anayet Hossain memiliki tujuan menghadirkan hidup bahagia di tengah masyarakat. (The ultimate goal of society is to promote good and happy life for its individuals).

"Bertanggung jawab menjaga perdamaian dan harmonisasi bangsa tak lepas dari prinsip bahwa pemuda adalah syubbanul yaum rijalul ghod, bahwa pemuda adalah pemimpin hari esok," tegas Ning Lia.

Pada akhirnya, pemuda memiliki peran penting yang mewujudkan culture of peace dengan membangun paradigma integralistik, yaitu saling toleran dan menghargai berbagai perbedaan, terutama perbedaan akibat konsekuensi pertarungan para peserta pemilu di tahun politik ini.

Ning Lia melanjutkan jika pemuda harus selalu mengutamakan akal sehat agar tidak terjebak segala bentuk hoaks ataupun hate speech yang sejatinya hanyalah kamuflase oknum tertentu untuk meraih simpatik masyarakat.

Tentunya, dalam menyambut Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024, peran aktif pemuda menjadi kunci untuk memastikan proses pemilihan berjalan dengan damai dan adil. Tidak hanya sebagai pemilih, generasi muda juga diharapkan dapat turut serta sebagai pengawas, pemantau, dan penyebar edukasi terkait pemilihan.

"Partisipasi generasi muda dalam proses demokrasi dapat diwujudkan melalui keterlibatan di kegiatan kampanye, menjadi relawan pemilu, atau ikut serta dalam organisasi masyarakat sipil yang mengawasi jalannya Pilkada. Keterlibatan ini tidak hanya meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, tetapi juga memberikan pengalaman berharga dalam berdemokrasi yang sehat,” jelas Ning Lia. 

Lebih lanjut, Ning Lia menyebut jika pemuda saat ini yakni mereka Generasi Milenial dan Generasi Z. Memiliki potensi suara yang besar dalam Pilkada 2024.

“Saya melihat para anak muda di pemilu kali ini terlihat memiliki pandangan yang lebih luas, sikap yang antusias, dan ketertarikan yang tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Terlebih, kini generasi muda terkenal lebih adaptif dengan perkembangan. Salah satu perubahan paling menonjol yang dapat dikaji pada pemilu kali ini adalah cara berkampanye untuk menarik suara generasi muda melalui media sosial,” paparnya.

Naiknya dominasi anak muda sebagai pemilih memengaruhi dinamika atensi masyarakat terhadap pesta rakyat pemilu tahun ini. Pemilu kali ini tidak luput dari peran media sosial dan kenaikan popularitas berbagai platform, seperti Tiktok, X, dan Instagram. 

Partisipasi pemilih muda dan preferensi memilih mereka yang terkesan mudah untuk dipengaruhi menjadi sebuah gotcha moment bagi para pasangan calon pemilu untuk terus menggaungkan kampanye lewat media sosial. 

'Meningkatnya minat berpolitik pada generasi yang mendominasi peserta pemilu tentunya memberi harapan pada cerahnya masa depan perpolitikan di Indonesia. Namun, minat tersebut harus disertai oleh kesadaran akan bias yang ada untuk menghasilkan partisipasi politik yang sehat dan tepat sasaran," ujarnya

“Hal ini sudah sepantasnya menjadi perhatian kita selaku anak muda untuk menggunakan hak suara dengan bijak dan cerdas dalam memilih calon pemimpin negeri berdasarkan pertimbangan yang matang agar target pemerintah menuju Indonesia Emas 2045 bisa terealiasasi,” ucapnya. (*)

Pewarta : Rudi Mulya
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.