https://jatim.times.co.id/
Berita

Ini Makna Hari Santri Nasional bagi Anggota DPD RI Lia Istifhama

Selasa, 22 Oktober 2024 - 18:16
Ini Makna Hari Santri Nasional bagi Anggota DPD RI Lia Istifhama Anggota DPD RI Provinsi Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama M.E.I. (Foto: dok sahabat lia)

TIMES JATIM, JAKARTA – Peringatan Hari Santri Nasional memiliki makna penting tersendiri bagi Anggota DPD RI Provinsi Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama M.E.I.

Anggota Komite III DPD RI yang pernah nyantri di PP Al Haqiqi Sidosermo saat menempuh pendidikan di SMAN 16 Surabaya tersebut menceritakan jika menjadi santri adalah kebanggaan sendiri baginya. 

Bagaimana saat itu, Ning Lia sapaan akrabnya belajar kitab-kitab ponpes salafiyah atau memperdalam khazanah Islam sesuai warisan luhur ulama NU. Selain itu ia juga belajar tentang kesederhanaan dan tenggang rasa.

"Saya juga belajar kemandirian, kesederhanaan, tenggang rasa atau tepo seliro, tawadlu’ atau hormat dalam arti belajar mengabdikan diri pada kiai dan keluarga ndalem, dan tentunya manajerial ilmu,” kata Ning Lia, kepada TIMES Indonesia, Selasa (22/10/2024).

Dilanjutkan Ning Lia, saat nyantri di PP Al Haqiqi Sidosermo dirinya juga menempuh pendidikan formal.

"Dari pesantren dirinya bisa mengatur waktu dan beradaptasi dalam dua lingkungan yang berbeda," ungkapnya.

Dengan dua modal yang berbeda itulah, Ning Lia menilai seorang perempuan pesantren bisa dikatakan berhasil ketika bisa mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajarinya di pesantren untuk memberikan warna terhadap dinamika kehidupanya. 

"Perempuan pesantren dapat dikatakan berhasil ketika bisa mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan di dunia pendidikan pesantren dan pendidikan formal (sekolah-red)," paparnya.

Begitu juga saat Ning Lia mengambil dunia politik. Warna dan ruh yang didapat di Pesantren juga banyak mempengaruhinya saat terjun di perpolitikan Indonesia. Menurutnya, keterlibatan dalam kontestasi politik tidak hanya dimaknai sebagai memberikan dukungan tapi juga bagaimana mampu mengagregasi dukungan menjadi modal politik serta mampu mengkonversikan modal tersebut menjadi sebuah kursi di parlemen atau lembaga politik. 

"Sehingga keterlibatan para perempuan pesantren dalam politik tidak hanya pendorong bagi sebuah kendaraan. Akan tetapi lebih dari itu yakni sebagai decision maker atau pengambil kebijakan yang nantinya akan membawa kemaslahatan umat ataupun pesantren melalui produk-produk politiknya," harapnya.

"Dari perempuan pesantren, terjun ke politik, maka perempuan politik harus masuk dan terlibat dalam lembaga politik untuk meneruskan perjuanganya. Dan saat ini, saya berjuang melalui lembaga DPD RI, peran besar kaum perempuan untuk Indonesia dan untuk Indonesia Emas 20245," sambung Ning Lia.

Ditanya terkait dunia pesantren dan dunia politik, Ning Lia mengatakan harus ada dua pilihan yang harus dilakukan bagi perempuan pesantren. Yang pertama, sebagai pressure grup, bahwa perempuan pesantren harus mampu mengorganisir diri agar menjadi kekuatan sosial politik yang aspirasinya didengar dan diperhitungkan.

 Kedua, dengan duduk sebagai wakil rakyat di parlemen atau lembaga eksekutif, tentunya power yang dimilikinya sangat besar sehingga dalam proses pengambilan keputusan atau kebijakan menjadi penentu.

“Jumlah pemilih perempuan cenderung lebih besar daripada pemilih laki-laki. Bonus vote ini harus mampu dioperasikan para perempuan pesantren untuk bisa memproduk ide dan gagasan secara cerdas dan inovatif yang mampu menjadi solusi segala problematika keumatan dan tentu untuk membangun bangsa,” tegasnya.

Politik Tahun 2024 di Luar Prediksi

Ning Lia merasakan politik tahun 2024 menyuguhkan sebuah realita di luar prediksi, yaitu dalam proses meraih kursi parlemen. Diantaranya adalah sebuah potret nyata pemilihan yang bisa dimenangkan oleh siapapun tanpa rekam jejak yang nyata dan terbuka.

"Realita Politik tahun 2024 luar biasa. Tapi, ini kenyataan yang sangat menstimulus saya bahwa gerakan kaum perempuan untuk selalu mengangkat kecerdasan, kesungguhan, dan ketangguhannya dalam menjalani pengabdian sebagai aktivis, kadang diuji dengan preferensi yang dimiliki sebagian publik yang cenderung menilai kontestasi politik sebagai entertaint atau hiburan sehingga memilih hanya berdasarkan unsur tertentu dan mengabaikan unsur proses politik yang obyektif,” paparnya.

Lebih lanjut Anggota Panitia Perancang Undang-Undang DPD RI ini menilai ada PR besar baginya untuk menunjukkan beauty privilege seyogyanya tidak lagi diagungkan di negeri ini. Namun keberhasilannya meraih simpatik 2.739.123 suara atau tertinggi nasional untuk kategori senator perempuan non petahana.

Menurutnya, ada tantangan tersendiri menyuarakan kepentingan rakyat adalah ketika bertemu dengan kepentingan penguasa dan pemilik modal, para wakil rakyat saya lihat bisa saja memiliki potensi pada kebimbangan untuk menentukan keberpihakan.

“Namun proses panjang saya selama menjadi aktivis dan akademisi serta dalam haturan doa orang tua suami dan semua orang yang tulus, relawan dan seluruh banyak pihak serta masyarakat Jawa Timur mengantarkan saya ke senayan menjadi Dewan Perwakilan Daerah dari Provinsi Jawa Timur.  Insya Allah saya yakini semuanya sebagai bekal doa bahwa semoga saya ke depan selalu dalam perlindungan Allah SWT untuk tetap menjaga idealisme dan konsistensi menjaga ikhtiar kemaslahatan, aamiin,” syukurnya.

Khofifah Indar Parawansa Panutan Ning Lia

Dipaparkannya, sangat menghormati dan membanggakan Khofifah. Ning Lia mengaku, Khofifah merupakan panutan dan tidak sedikitpun atas tudihan domplengan nama besar beliau, justru bersyukur menjadi saksi betapa banyak inspirasi didapatkan dari sosok Perempuan Pesantren Jawa Timur yang penuh prestasi nasional (khofifah-red).

"Ibu Khofifah adalah panutan, guru dalam segala hal di karir saya," tegasnya.

Sebagai Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Jawa Timur, saat ini fokus Ning Lia Istifhama adalah menjalin komunikasi dengan perangkat daerah di Pemprov Jatim dalam menjadi katalisator untuk kesejahteraan Jawa Timur.

“Ini bekal penting bagi saya untuk memiliki gambaran tentang inovasi apa yang bisa saya realisasikan setelah terlantik 1 Oktober di Senayan. Tentu, yang pasti secara detail akan terlihat secara nyata di lapangan dan grand desainnya tak lepas dari prinsip saya untuk menjadi senator dengan visi katalisator Pemprov Jatim," pungkasnya. (*)

Pewarta : Rudi Mulya
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.