https://jatim.times.co.id/
Berita

Pacitan Tanpa Chikungunya, Namun Nyamuk Aedes aegypti Masih Merajalela

Selasa, 21 Januari 2025 - 14:31
Pacitan Tanpa Chikungunya, Namun Nyamuk Aedes aegypti Masih Merajalela Kabid P2P Dinkes Pacitan, drg. Nur Farida saat berbicara soal perkembangan nyamuk Aedes aegypti. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PACITAN – Jangan khawatir soal chikungunya. Kabupaten Pacitan aman dari penyakit itu. Tapi jangan terlalu santai juga, karena musuh utama kita, nyamuk Aedes aegypti, masih berkeliaran mencari mangsa. 

"Kalau chikungunya tidak ada laporan di Pacitan. Ndak ada," tegas Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Pacitan, drg. Nur Farida, Selasa (21/1/2025).

Fokus Dinkes saat ini tertuju pada demam berdarah (DB) yang kasusnya mulai merangkak naik sejak awal tahun. Langkah darurat sudah digelar, salah satunya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). 

"Kita masih konsentrasi demam berdarah. Kita kawal perkembangannya dengan menggerakkan semua unsur selama seminggu ini masih proses," ujar Nur Farida.

Bukan pekerjaan mudah memang. PSN harus dikawal ketat, bukan hanya seminggu atau sebulan, tapi terus-menerus. 

"PSN kan harus terus menerus. Jadi ini kita sandingkan dengan kenaikan jumlah kasus. Saya yakin, ini sudah sangat optimal untuk minggu pertama," katanya.

Dari data terakhir, minggu pertama tahun ini mencatat ada 27 kasus demam berdarah, dengan total 88 kasus secara keseluruhan. Tidak berhenti di situ, minggu kedua menambah lagi sekitar 36 kasus. "Awal tahun baru kemarin baru kami update datanya, karena menunggu hasil lab," tambahnya.

Meski begitu, Nur Farida tak mau bicara muluk-muluk soal zero case. “Kami tidak berani targetkan zero kasus, hanya saja terbaca ada penurunan dengan adanya PSN. Kami berupaya meminimalisir angka kasus yang berisiko tinggi hingga kematian," tuturnya.

Nyamuk Pintar, Manusia Harus Lebih Pintar

Aedes aegypti ini bukan nyamuk sembarangan. Ia pintar, memilih tempat bersih untuk berkembang biak, bukan selokan bau atau kubangan kotor.

 "Nyamuk eides aegypti tidak mau bersarang di tempat kotor atau bau tanah, pasti pilih bertempat di tempat bersih. Bahkan potongan bambu yang terisi air pun berisiko," jelas Nur Farida.

Sayangnya, kebiasaan masyarakat yang sering abai justru membuka peluang nyamuk ini berkembang biak. Mulai dari botol bekas di lapangan sepak bola hingga ros-rosan bambu sisa penebangan jadi tempat favorit mereka.

Yang menarik, sebagian besar korban DB di Pacitan adalah usia produktif. Bukan anak-anak yang dilindungi kelambu dan obat nyamuk, tapi orang dewasa yang sering begadang tanpa perlindungan. 

"Anak-anak kan jika sudah tidur pukul 21.00 WIB, orang tuanya masih perhatian seperti memakaikan kelambu dan obat nyamuk. Obat nyamuk kan dijual bebas di warung. Pemakaian tidak ada masalah asal tidak alergi," ujarnya.

Dengan situasi ini, Dinkes kerjanya terus berupaya menyadarkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap demam berdarah.  "Kita masih proses untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, ini lho yang berisiko," katanya.

Nyamuk Aedes aegypti mungkin tak bisa kita usir sepenuhnya, tapi setidaknya kita bisa mempersulit mereka. Bersih-bersih lingkungan, jangan kasih celah sedikit pun, karena satu tetes air saja cukup untuk mereka berkembang biak. 

Kabupaten Pacitan memang aman dari chikungunya, tapi perang melawan demam berdarah masih jauh dari kata selesai. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.