TIMES JATIM, SIDOARJO – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda) Sidoarjo launching buku berjudul "Sidoarjo Bumi Aulia". Buku tersebut tidak hanya menceritakan sejarah para ulama, melainkan juga memuat perjuangan dan karomah-nya.
Buku yang ditulis Mohammad Subhan dan Fathur Roziq itu membahas 18 aulia, situs dan tradisi di Kabupaten Sidoarjo. Mulai dari KH Ali Mas'ud atau Mbah Ud, Mbah Ibrahim Al-Jaelani atau Mbah Bungur hingga situs sejarah santri Markas Besar Oelama di Waru.
Mohammad Subhan menceritakan bahwa di Kabupaten Sidoarjo memiliki sejarah yang hebat, terutama dari sisi spiritualitas dengan banyaknya para aulia. Sehingga bisa disebut Sidoarjo Bumi Aulia.
"Ditempat kita ini ternyata banyak aulia (wali), sehingga tidak harus ketempat lain. Yang ditulis dalam buku ini masih 17 aulia, dan sebenarnya masih banyak belum dimasukan," kata Subhan usai launching Buku Sidoarjo Bumi Aulia di Pendopo Delta Wibawa, Senin (22/12/2025).
Subhan yang berlatar belakang wartawan dan penulis ini mengatakan selama proses buku selama empat bulan banyak pengalaman berharga.
Ia menyebutkan sejarah panjang pondok pesantren seperti di Ponpes Al-Hamdaniyah Siwalan Panji yang didirikan pada tahun 1787, dua tahun setelah perjanjian giyanti, perpecahan antara Surakarta dan Yogyakarta.
"Hampir semua kiai dan tokoh besar di Indonesia ini pernah belajar di pondok Siwalan Panji di Sidoarjo," ujarnya.
Wakil Ketua LTN PBNU 2016-2021 itu berharap buku Sidoarjo Bumi Aulia ini bisa menjadi referensi dan pengetahuan oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama anak-anak muda kota delta.
"Jadi makam aulia ini bukan hanya sekedar sejarah, tetapi juga berkaitan dengan wisata religi untuk masyarakat," imbuhnya.
Sementara, Ketua DPRD Sidoarjo, Abdillah Nasih yang menjadi inisiator lahirnya buku Sidoarjo Bumi Aulia ini ingin Kabupaten Sidoarjo dikenal tidak hanya sebagai kota bandeng, kota UMKM atau kota delta.
Cak Nasih ingin Kabupaten Sidoarjo juga dikenal sebagai daerah Bumi Aulia, karena hampir di setiap desa banyak situs atau makam para wali.
"Disisi lain ini juga bisa menjadi kekuatan tersendiri, selain kekuatan kerohanian juga bisa menjadi wisata religi dan edukasi, sehingga dapat menumbuhkan semangat dan juga meningkatkan perekonomian masyarakat," katanya.
Ketua DPC PKB Sidoarjo itu menambahkan buku tersebut juga menjadi bagian referensi untuk mengenal daerahnya. Terutama dalam sisk spritualitas atau religi. Generasi sekarang dan mendatang bisa mengetahui melalui buku ini.
"Harapan kami nanti Bappeda bisa berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Disporapar agar branding baru ini terus dikumandangkan, dan bisa menjadi kurikulum local wisdom. Santri anak muda harus tahu, agar tidak kehilangan sejarah," tutupnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Buku 'Sidoarjo Bumi Aulia': Ungkap Sejarah, Perjuangan, dan Karomah Para Ulama
| Pewarta | : Syaiful Bahri |
| Editor | : Deasy Mayasari |