TIMES JATIM, MALANG – Lepasnya Timor Timur dari Indonesia pada 20 Mei 2002 silam menyimpang cerita dalam perkembangan olah raga pencak silat di negara yang kini bernama Timor Leste.
Pencak silat, seni bela diri khas Indonesia dicap sebagai bela diri "berbeda" dan "mencederai" yang harus dijauhi, dicurigai, dan bahkan dilarang selama bertahun-tahun.
Namun, seiring berjalannya waktu, pencak silat Tapak Suci di Timor Leste yang dipandang sebelah mata justru melangkah maju. Dengan langkah lembut di atas matras, para atlet Tapak Suci meraih medali demi medali yang mengangkat pamor pencak silat dan nama negara di kancah intenasional.
“Harapan saya cuma satu, nama pencak silat kembali harum di Timor Leste. Kita tidak mau diklaim sebagai perguruan yang suka bikin rusuh. Di sini, dengan visi yang nyata, kami ingin menunjukkan bahwa ini bukan perguruan main-main. Bahwa silat merupakan kegiatan positif, bukan negatif,” ucap H. Muslim Maumoto, S.Sos., M.AP., Ketua Perwakilan Wilayah 38 Tapak Suci Timor Leste kepada TIMES Indonesia saat memimpin atlet Tapak Suci Timor Leste berlaga di Kejuaraan Dunia Tapak Suci ke-2 2025 di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, 31 Juli hingga 3 Agustus 2025.
“Kami di sini berusaha belajar mengharumkan nama negara supaya dikenal di dunia. Saya berani membawa nama saya di sini. Urusan kalah menang belakangan, namun setidaknya saya mewakili negara saya untuk hadir dalam acara ini,” lanjutnya dengan suara yang bergetar serta sorot mata penuh semangat dan harapan.
Tim Timor Leste befoto bersama dalam perjalanannya menuju Universitas Brawijaya untuk bertanding di Kejuaraan Dunia Tapak Suci ke-2 (FOTO: Chindy Rosianty Chu Yatung)
Terbukti, perjuangan mereka pun terbayarkan. Tapak Suci Timor Leste berhasil membawa pulang tujuh medali dalam Kejuaraan Dunia Tapak Suci ke-2. Dengan membawa 5 atlet, mereka membawa pulang 1 emas, 2 perak, dan 4 perunggu. Mereka tak hanya mengharumkan nama negara, tetapi juga nama pencak silat yang sempat tercoreng oleh ulah orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Kembalinya tim Tapak Suci ke Timor Leste bukan hanya soal keikutsertaan mereka dalam kompetisi, tapi membuka jalan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa pencak silat adalah persabatan, bukan alat untuk menciptakan permusuhan, apalagi untuk merenggut nyawa. (*)
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |