TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Pesona Gunung Bromo yang biasanya ramai pengunjung jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kini terlihat berbeda. Penurunan jumlah wisatawan terjadi, seiring dengan kebijakan kenaikan tarif tiket masuk kawasan wisata yang berada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tersebut.

Penyedia jasa pariwisata, seperti Choirul Umam, turut merasakan dampaknya. Sebagai penyedia transportasi jeep, ia mengungkapkan reservasi jelang akhir tahun ini jauh dari penuh.

“Kalau Desember tahun lalu, pemesanan sudah penuh sejak awal bulan. Tapi sekarang, pengunjung sepi,” ucap Umam, Kamis (19/12/2024).

Meski ada sedikit peningkatan dibanding hari biasa, Umam menyebut jumlah pengunjung tetap jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu. 

“Armada kami pernah kekurangan saking ramainya turis. Tapi sekarang, kondisinya sangat berbeda,” tambahnya.

Keluhan Pelaku Pariwisata

Menurut Umam, kenaikan tarif tiket menjadi salah satu alasan turunnya kunjungan. Ia berharap pemerintah pusat dan pengelola TNBTS mengevaluasi kebijakan tersebut demi mendukung keberlangsungan sektor pariwisata di Gunung Bromo.

Penjabat (Pj) Bupati Probolinggo, Ugas Irwanto, turut menanggapi situasi ini dengan rasa prihatin.

“Kenaikan tarif tiket memang berpengaruh besar. Wisatawan akan mempertimbangkan biaya tambahan seperti penginapan dan transportasi. Ini membuat mereka berpikir ulang untuk berkunjung,” ujarnya.

Tiket masuk kawasan Gunung Bromo saat ini dipatok Rp54 ribu untuk wisatawan domestik pada hari biasa, dan Rp79 ribu pada hari libur. Adapun wisatawan asing dikenakan tarif Rp 255 ribu.

Pemerintah daerah berharap kebijakan ini dapat ditinjau ulang agar pariwisata Bromo tetap menjadi daya tarik utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. (*)