TIMES JATIM, PAMEKASAN – Minggu, 15 Desember 2024, Kemeriahan menyelimuti lapangan karapan sapi Asam Manis, Desa Murtajih, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, saat perlombaan karapan sapi digelar untuk memperingati Hari Ulang Tahun Tim LA-Lanyala 99.
Tradisi khas Madura ini kembali memikat hati ratusan penonton yang memadati arena, menjadi bukti betapa tradisi karapan sapi tetap hidup dan dihormati sebagai salah satu identitas budaya yang sarat makna.
Dua kategori, golongan atas dan bawah, memanaskan perlombaan. Dalam kategori golongan atas, persaingan sengit terlihat sejak babak awal. Gagak Rimang, sapi milik RHM Thohir dari Bangkalan, tampil memukau dengan kecepatan dan ketangkasan yang luar biasa, menobatkannya sebagai juara pertama. Keberhasilan ini tidak hanya menunjukkan superioritas Gagak Rimang, tetapi juga kerja keras tim di belakangnya.
Menyusul di posisi kedua, Merah Delima, milik Mayjen TNI Dr. Farid Makruf, MA, juga mencuri perhatian. Sapi ini menyuguhkan performa yang nyaris sempurna, menjadi bukti nyata kualitas pemeliharaan dan pelatihan yang optimal. Tempat ketiga diraih oleh BT Samurai, sapi milik Indra Bustomi, juga dari Bangkalan, yang tak kalah memukau dalam adu kecepatan di lintasan.
Di kategori golongan bawah, persaingan tak kalah seru. Melindos Muda, sapi milik Kepala Desa Lembung Ghunung, Bangkalan, berhasil meraih juara pertama dengan performa menakjubkan. Di posisi kedua, BT Portekah, sapi milik Kepala Desa Manggar, Pamekasan, tampil konsisten dan mengesankan. Sementara itu, juara ketiga diraih oleh Pisang Emas, sapi milik Deni Afrizal dari Pamekasan.
Hadiah fantastis menjadi salah satu daya tarik kompetisi ini. Juara pertama kategori golongan atas, Gagak Rimang, membawa pulang 1 unit mobil Grandmax. Juara kedua, Merah Delima, dianugerahi 1 unit Honda Vario 125 tahun 2024, sedangkan juara ketiga, BT Samurai, mendapat 1 unit Honda Beat tahun 2024.
Untuk kategori golongan bawah, juara pertama Melindos Muda menerima 1 unit mobil Ayla tahun 2016. Juara kedua, BT Portekah, mendapat 1 unit Honda Vario 125 tahun 2023, dan juara ketiga, Pisang Emas, membawa pulang 1 unit Honda Beat tahun 2023.
Bukan Sekadar Lomba, Tapi Tradisi Pemersatu
Lebih dari sekadar perlombaan, karapan sapi adalah tradisi yang merefleksikan semangat persatuan, sportivitas, dan kebanggaan budaya masyarakat Madura. Hal ini ditekankan oleh RHM Thohir, pemilik Gagak Rimang, yang merasa kemenangan sapinya adalah hasil dari dedikasi dan kecintaan terhadap tradisi ini.
"Ini lebih dari sekadar lomba, ini adalah tradisi yang membanggakan. Karapan sapi adalah bagian dari identitas kami, dan kami bangga dapat menjaga dan melestarikannya," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Mayjen TNI Dr. Farid Makruf, MA, pemilik Merah Delima, yang tidak hanya mengapresiasi jalannya perlombaan, tetapi juga perkembangan fasilitas di lapangan Asam Manis.
“Lapangan kerapan sapi Asam Manis ini menambah satu lagi arena yang layak untuk penyelenggaraan karapan sapi, meskipun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, seperti kerasnya permukaan tanah, area parkir, akses masuk, dan sarana pendukung lainnya.
Saya berharap Pemerintah Daerah Pamekasan dapat mendukung pembenahan lapangan ini sehingga semakin memenuhi standar dan memberikan kenyamanan bagi peserta maupun penonton," ujarnya.
Ia juga menambahkan, “Dengan adanya event seperti ini, tradisi karapan sapi akan semakin kuat. Saya optimis, event berikutnya pada tanggal 25 dan 26 Januari 2025 di Socah, Bangkalan, dalam rangka HUT Tim Sapi Gagak Rimang, akan menjadi momentum penting untuk terus melestarikan budaya Madura sekaligus memotivasi para peternak sapi untuk terus meningkatkan kualitasnya.”
Antusiasme Penonton dan Kebanggaan Lokal
Antusiasme penonton terlihat dari banyaknya masyarakat lokal yang memenuhi arena perlombaan sejak pagi. Salah satunya Acong, warga Pamekasan, yang datang bersama keluarganya.
“Saya sangat senang bisa menyaksikan karapan sapi hari ini. Ini bukan hanya soal menang atau kalah, tapi tentang bagaimana tradisi ini bisa menyatukan kita semua. Saya bangga sapi dari Pamekasan, seperti BT Portekah dan Pisang Emas, bisa bersaing di tingkat ini,” tuturnya dengan penuh semangat.
Masa Depan Karapan Sapi
Dengan hadiah yang semakin besar dan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun komunitas lokal, tradisi karapan sapi terus berkembang. Penyelenggaraan di lapangan Asam Manis menjadi bukti bahwa tradisi ini terus beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan esensi budaya yang melekat di dalamnya.
Perayaan HUT Tim LA-Lanyala 99 kali ini membuktikan bahwa karapan sapi bukan hanya sebuah perlombaan, melainkan juga simbol persaudaraan, sportivitas, dan kebanggaan Madura. Semangat ini diharapkan terus menyala, membawa tradisi ini tetap hidup dan semakin dikenal oleh generasi mendatang. Hingga acara ditutup, semangat kebersamaan dan cinta terhadap budaya terasa kuat di antara peserta, pemilik sapi, dan para penonton yang memenuhi arena.
Karapan sapi bukan hanya cerita tentang kecepatan, tetapi juga tentang kebanggaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi ini adalah wajah Madura, yang akan terus berdetak bersama semangat masyarakatnya. (*)
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |