https://jatim.times.co.id/
Berita

Puncak HSN 2025, Ribuan Siswa MI At-taqwa Bondowoso Pawai Sejauh 4 KM

Senin, 27 Oktober 2025 - 16:24
Makna Putih dan Sarung dalam Pawai Hari Santri Nasional 2025 di Bondowoso Sejumlah siswa MI At-taqwa Bondowoso saat mengikuti pawai Puncak HSN 2025 (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BONDOWOSO – Puncak peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025 di MI At-Taqwa Bondowoso berlangsung meriah. Ribuan siswa mengikuti pawai sejauh empat kilometer pada Senin (27/10/2025).

Pawai dimulai dari depan Masjid Agung At-Taqwa, melewati Monumen Gerbong Maut, Kantor Pos, Jalan Pecinan, Stasiun Kereta Api Bondowoso, lalu berbelok ke kiri menuju POM Tamansari, dan berakhir di halaman MI At-Taqwa.

Para peserta tampak kompak mengenakan baju putih, sarung batik, dan sandal jepit. Tak sedikit dari mereka yang membentangkan poster berisi foto ulama dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bentuk penghormatan kepada para pejuang agama dan bangsa.

Kepala MI At-Taqwa Bondowoso, Muhammad Zakariya, mengungkapkan bahwa total peserta pawai mencapai 2.137 siswa, ditambah 113 guru dan tenaga kependidikan.

“Itu dari kelas I sampai kelas VI. Jaraknya sekitar empat kilometer. Ini bentuk penghormatan kepada perjuangan para ulama dan tokoh terdahulu. Perjuangan kami tentu tidak seberapa dibandingkan dengan perjuangan para kiai,” ujarnya.

Menurut Zakariya, baik siswa laki-laki maupun perempuan diwajibkan mengenakan sarung agar merasakan suasana seperti santri di pesantren. Ia juga menuturkan, pemilihan pakaian putih memiliki makna tersendiri.

“Dulu para kiai mewajibkan santrinya memakai baju putih agar tak tampak perbedaan antara yang berpakaian baru dan lama. Apalagi Nabi Muhammad SAW juga menyukai warna putih,” jelasnya.

Selain sarung dan baju putih, seluruh peserta juga mengenakan sandal jepit atau bakiak, termasuk para guru. “Kami bahkan membuat seragam khusus Hari Santri untuk guru,” imbuhnya.

Zakariya menambahkan, beberapa pekan terakhir dunia pesantren kerap menjadi sasaran hoaks. Karena itu, dalam kegiatan HSN ini para siswa juga membentangkan foto para kiai sebagai bentuk pembelaan dan penghormatan terhadap ulama.

“Santri tidak seperti yang dibayangkan sebagian orang. Pesantren bukan lembaga feodal seperti yang sering difitnahkan,” tegasnya.

Sebagai bagian dari pembiasaan, lanjut Zakariya, siswa kelas VI juga diajarkan kegiatan bermalam di sekolah sebagai latihan sebelum melanjutkan ke pesantren.

“Selama satu tahun ada empat kali kegiatan bermalam, setiap tiga bulan sekali. Kegiatannya antara lain khataman Al-Qur’an, pembacaan Burdah, istighosah, dan Ratibul Haddad. Tujuannya agar mereka terbiasa dengan suasana kehidupan pesantren,” pungkasnya. (*)

Pewarta : Moh Bahri
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.