TIMES JATIM, BLITAR – Siti Purwanti berusaha membangkitkan geliat usaha saat pandemi. Ia tak mau menyerah meskipun badai Covid 19 tidak kunjung reda. Ia membuat inovasi untuk tetap bisa memiliki penghasilan di tengah lesunya usaha yang ia jalani. Perempuan warga Dusun Tumpuk Desa Tangkil, Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar itu membuat mi instan dengan bahan dasar ikan patin.
Purwanti menjajal usaha mi instan dari ikan patin itu mulai lima bulan terakhir. Tepatnya pada Oktober 2020. Meski tergolong usaha baru namun, siapa yang sangka produknya banyak digemari oleh banyak orang di luar daerah.
Bentuk kemasan Mi instan dari ikan patin buatan Siti Purwanti (FOTO: Siti Purwanti For TIMES Indonesia)
Purwanti menceritakan asal mula ia berinovasi membuat mie instan ikan patin tersebut. Yakni berawal dari turunnya omset usaha jual ikan patin yang dijalani suaminya. Ia mencari cara bagaimana supaya persedian ikan patin bisa cepat terjual dengan cara yang berbeda.
"Suami saya kan penjual ikan patin dan lele. Penjualan sangat turun karena corono, tapi stoknya banyak. ya sudah kita putar otak supaya bisa terjual. Sampai ketemu bikin produk mi instan dari ikan ini," urai Purwanti, Rabu (3/2/2021).
Purwanti sebelumnya juga berjualan Frozen food di rumahnya. Namun karena pandemi usaha itu juga mengalami penurunan omzet yang tajam. Baginya, membuat olahan mie instan adalah suatu peluang usaha yang menjanjikan saat pandemi.
"Kan banyak masyarakat yang memilih untuk banyak kegiatan di rumah. Tak sedikit juga orang yang menjadikan mi instan sebagai persedian wajib di rumah," katanya.
Mi instan buatan Purwanti dibuat sepraktis mungkin seperti halnya mi instan buatan prabrik. Karena ia membidik masyarakat yang gemar mengkonsumsi mi instan sebagai pangsa pasar.
"Saya mengemasnya harus menarik karena bersaing dengan mi buatan pabrik yang sudah terkenal," tambahnya.
Purwanti mengatakan, mi instan buatannya lebih sehat dibandingkan dengan buatan pabrik. Dalam proses memasak, mi tidak digoreng tetapi dipanggang memakai oven. Sehingga lebih tahan lama meskipun tidak menggunakan pengawet.
"Terus untuk daging ikannya itu dicampur dengan bumbu lainnya. Bumbuny asli dari daging ikan yang saya haluskan. Setelah itu dibuat serbuk bumbu kering pelengkap mi," jelas Purwanti.
Dalam sekali produksi, Purwanti menghabiskan hampir 4 kilogram lebih ikan patin untuk menghasilkan 60 - 90 pcs mi instan. Harganya pun cukup terjangkau yakni Rp 10 ribu untuk satu bungkus mi instan dengan berat 70 gram. Ia memasarkan produknya melalui media sosial.
"Kebanyakan pelanggan itu dari Kediri, Madiun, Solo, pernah juga kirim ke Tanggerang. Justru kalau di Blitar sendiri malah belum banyak yang tahu," urainya. (*)
Pewarta | : Muhammad Sholeh |
Editor | : Irfan Anshori |