https://jatim.times.co.id/
Berita

Anomali Cuaca Picu Penurunan Populasi Penyu di Pacitan

Kamis, 03 Oktober 2024 - 20:00
Anomali Cuaca Picu Penurunan Populasi Penyu di Pacitan Seorang anak sesaat menatap tukik sebelum dilepasliarkan di kawasan Teluk Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PACITANPopulasi penyu di Pacitan terus mengalami penurunan akibat anomali cuaca. Aktivis satwa, Cuboh Hember, menyebut perubahan iklim menjadi faktor utama yang memengaruhi proses reproduksi penyu di wilayah Teluk Pacitan.

"Saat ini kami mencatat ada 111 jejak dan 107 sarang penyu. Dari jumlah tersebut, 87 sarang telah kami pindahkan ke lokasi konservasi," ujar Cuboh saat diwawancarai, Kamis (3/10/2024). 

"Namun, kami tidak bisa memindahkan semua sarang karena keterbatasan ruang di lokasi konservasi," tambahnya. 

Meski ada upaya konservasi, Cuboh menyatakan bahwa tren penurunan populasi penyu tetap terjadi setiap tahunnya. 

Menurut dia, konservasi hanya dapat memperlambat penurunan, tetapi tidak menghentikan sepenuhnya.

"Grafik penyu tiap tahun justru turun. Kita hanya bisa memperlambat penurunan tersebut," tegasnya.

Faktor utama yang memicu penurunan populasi penyu di Pacitan adalah perubahan iklim dan pemanasan global.

Cuboh menjelaskan, suhu yang semakin panas mempercepat proses penetasan telur penyu. Ini berdampak pada perbandingan kelamin tukik, di mana sebagian besar telur menetas sebagai betina dan kekurangan pejantan.

"Jika bumi semakin panas, telur-telur penyu akan cepat menetas, dan kebanyakan yang menetas adalah betina. Padahal, satu induk penyu membutuhkan enam pejantan untuk proses reproduksi yang optimal," ungkapnya.

Cuboh juga menambahkan bahwa perburuan penyu di Pacitan telah menurun drastis berkat pendekatan persuasif kepada masyarakat setempat. "Perburuan penyu di sini sudah berkurang. Kami menggunakan pendekatan dari hati ke hati dengan masyarakat," jelasnya.

Pada tahun ini, hanya ada satu kasus pencurian telur penyu yang dilaporkan. Cuboh mengklaim bahwa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melindungi penyu, terutama dari aspek kesehatan mulai meningkat. 

"Telur penyu mengandung risiko kesehatan, seperti potensi memicu kanker hati dan usus jika dikonsumsi. Masyarakat perlu sadar akan bahaya ini," ujar Cuboh.

Selain perburuan, sampah juga menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan penyu. 

Tak hanya itu, sampah plastik yang mencemari habitat penyu juga dapat mengganggu proses perkembangbiakan dan merusak ekosistem laut.

Awal Oktober 2024 ini, sedikitnya 290 tukik dilepasliarkan ke habitat alaminya pada kawasan Teluk Pacitan. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.