TIMES JATIM, JAKARTA – Pemilihan kepala daerah tahun 2024 sudah tinggal menghitung hari lagi. Berbagai upaya partai politik dan calonnya berupaya untuk meyakinkan pemilih melalui kegiatan kampanye. Semua dilakukan tidak lain untuk mendapatkan suara dari masyarakat. Salah satunya yaitu suara pemilih pemula dimana banyak calon yang berupaya untuk mencari simpati dari pemilih pemula.
Dalam konteks Pilkada 2024 yang semakin mendekat, pemilih pemula menjadi sorotan utama. Mereka adalah generasi baru yang baru pertama kali memasuki kotak suara, dan sikap mereka bisa menjadi penentu arah kebijakan daerah kita.
Bagaimana sikap pemilih pemula dalam Pilkada 2024. Apa yang membuat mereka berbeda dari pemilih yang sudah berpengalaman. Dan kenapa sikap mereka sangat penting untuk pilkada kali ini. Tentu saja akan sangat menarik untuk dibahas sehingga tulisan ini akan bermanfaat bagi pemilih pemula nantinya.
Pertama, kesadaran politik yang menggeliat. Kita semua tahu pemilih pemula, yang sebagian besar adalah generasi milenial dan Gen Z, memiliki karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tumbuh di tengah arus informasi yang begitu deras dan beragam.
Dengan internet sebagai sumber utama berita, mereka cenderung lebih cepat terpapar pada isu-isu politik terkini. Namun, informasi yang melimpah juga sering kali membuat mereka bingung dan skeptis.
Dalam menghadapi Pilkada 2024, kesadaran politik mereka akan diuji. Apakah mereka akan memanfaatkan pengetahuan ini untuk membuat keputusan yang bijak, atau justru terjebak dalam berita hoax dan opini yang tidak jelas sumbernya.
Kedua, kritis terhadap calon. Pemilih pemula dikenal lebih kritis terhadap calon-calon kepala daerah. Mereka tidak lagi hanya memandang calon dari segi popularitas atau slogan-slogan bombastis, tetapi juga menilai berdasarkan rekam jejak dan komitmen mereka terhadap isu-isu yang penting bagi mereka.
Misalnya, mereka sangat peduli dengan isu-isu lingkungan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Jika calon-calon kepala daerah tidak menunjukkan komitmen yang nyata terhadap isu-isu ini, kemungkinan besar mereka akan kehilangan dukungan dari pemilih pemula.
Ketiga, peran media sosial memainkan peran besar dalam mempengaruhi sikap pemilih pemula. Platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok bukan hanya tempat mereka bersosialisasi, tetapi juga sumber utama informasi politik.
Calon-calon yang ingin menarik perhatian pemilih pemula harus pintar memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan pesan mereka. Namun, ini juga berarti bahwa informasi yang beredar di media sosial sering kali tidak diverifikasi dengan baik, sehingga pemilih pemula perlu lebih berhati-hati dalam menilai kebenaran informasi yang mereka terima.
Keempat, mereka berekspektasi terhadap perubahan, tidak bisa kita pungkiri bahwa pemilih pemula memiliki harapan yang tinggi terhadap perubahan. Mereka seringkali merasa bahwa generasi mereka harus membawa pembaharuan dan perbaikan yang signifikan.
Dalam Pilkada 2024, mereka cenderung mencari calon yang menawarkan solusi inovatif dan konkret, bukan hanya janji-janji kosong. Mereka ingin melihat langkah nyata dalam meningkatkan kualitas hidup, memperbaiki sistem pendidikan, dan menangani masalah sosial yang mendesak.
Meskipun pemilih pemula seringkali memiliki semangat yang tinggi, mereka mungkin masih kurang pengalaman dalam memilih calon yang tepat. Di sinilah pendidikan politik berperan penting.
Program-program sosialisasi dan pendidikan politik di sekolah atau kampus dapat membantu mereka memahami proses demokrasi dan pentingnya suara mereka. Dengan pengetahuan yang lebih baik, mereka akan lebih siap untuk membuat keputusan yang berdampak positif.
Tentu saja, menjadi pemilih pemula tidak tanpa tantangan. Selain menghadapi informasi yang berlebihan dan seringkali membingungkan, mereka juga mungkin merasa tidak memiliki cukup pemahaman tentang cara kerja pemerintahan lokal.
Namun, di balik tantangan ini, terdapat harapan besar. Pemilih pemula memiliki potensi untuk membawa perspektif baru dan inovatif ke dalam politik daerah. Jika mereka dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan bijak, mereka bisa menjadi kekuatan pendorong perubahan yang signifikan.
Sikap pemilih pemula dalam Pilkada 2024 adalah indikator penting dari arah politik masa depan kita. Mereka membawa semangat perubahan, kritis terhadap calon, dan memanfaatkan media sosial dengan cara yang unik. Namun, mereka juga perlu dibekali dengan pendidikan politik yang memadai agar dapat membuat keputusan yang tepat.
Dengan memahami karakteristik dan harapan pemilih pemula, kita bisa lebih siap menyongsong Pilkada 2024 dengan penuh percaya diri bahwa generasi muda kita akan berperan aktif dalam membentuk masa depan yang lebih baik.
***
*) Oleh : Hery Setyawan, M.Pd., Guru di SMPN 42 Jakarta dan Guru Penggerak Angkatan 8 Jakarta Utara.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sikap Pemilih Pemula dalam Pilkada 2024
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |