TIMES JATIM, SURABAYA – Selama berpuasa, tubuh akan mengalami perubahan pola makan yang meliputi perubahan frekuensi. Makan yang semula tiga kali sehari, berubah menjadi dua kali makan utama saat sahur dan berbuka.
Perubahan pola makan ini harus dibarengi dengan adanya asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Menanggapi hal itu, Dosen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Lailatul Muniroh SKM MKes mengatakan, kecenderungan masyarakat mengonsumsi minuman dan makanan tinggi gula merupakan hal yang keliru.
Pemilihan makanan dan minuman seperti itu cenderung berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.
“Saat berpuasa, metabolisme tubuh juga akan terjadi perubahan. Tubuh akan menggunakan cadangan energi dari glikogen dan lemak untuk beraktivitas. Metabolisme juga akan melambat apabila pola makan tidak seimbang dan kurang aktif bergerak. Kemungkinan terjadi perubahan berat badan, tergantung pada keseimbangan asupan kalori dan aktivitas fisik,” ungkapnya, Senin (3/3/2025).
Perubahan pola makan selama Ramadhan dapat memberikan manfaat kesehatan jika dilakukan dengan baik, seperti detoksifikasi tubuh, pengelolaan berat badan, dan peningkatan kesehatan metabolik.
Namun, jika tidak dikontrol bisa berdampak negatif seperti dehidrasi, gangguan pencernaan, dan peningkatan berat badan.
“Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan asupan gizi, cukup minum air, dan tetap aktif agar tubuh tetap sehat selama Ramadhan. Selain itu, penting untuk tetap aktif agar tubuh tetap bugar. Apabila tidak melakukan aktivitas fisik alias mager, bukan tidak mungkin berat badan dapat meningkat,” ungkapnya.
Selain mengalami perubahan pola makan, mengatur porsi makan juga sangat penting. Laila menjelaskan mengatur porsi makan secara bertahap dan seimbang untuk berbuka puasa bertujuan agar nutrisi terserap optimal.
Selain itu, mengatur pola makan saat berbuka juga bertujuan untuk mengurangi risiko peningkatan gula darah secara drastis saat berbuka.
“Awali dengan makanan ringan, porsi kecil dan makanan yang mudah dicerna. Ikuti pola ‘Isi Piringku’ dan hindari makan berlebihan saat berbuka puasa. Batasi gula dan lemak berlebih, serta pastikan asupan cairan cukup untuk menghindari dehidrasi saat berpuasa,” ungkapnya.
Saat berbuka puasa, sebaiknya hindari makanan tinggi gula, gorengan, makanan tinggi garam, minuman berkafein, makanan pedas, dan makanan tinggi santan agar tubuh tidak mengalami lonjakan gula darah, dehidrasi, atau gangguan pencernaan. Pilih makanan alami dan bergizi seperti buah segar, makanan yang direbus, dikukus atau dipanggang, serta minuman sehat.
“Mulai dengan air putih atau infused water, kurma, dan buah segar sebelum makan utama yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, serta sayur dan buah. Hindari makanan tinggi gula, gorengan, dan minuman bersoda agar tidak menyebabkan lonjakan gula darah atau gangguan pencernaan,” tambahnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Hindari Makanan Tinggi Gula Saat Berbuka Puasa
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Deasy Mayasari |