TIMES JATIM, JOMBANG – Siapa yang menyangka, makanan tradisional berbahan dasar jagung bisa naik pamor. Di tangan dingin Sulistiyowati, warga Desa Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan, Jombang, nasi ampok, makanan khas tempo dulu, bertransformasi menjadi produk instan modern yang praktis dan diminati banyak orang, terutama kalangan yang membutuhkan makanan rendah gula seperti penderita diabetes.
“Ampok instan ini bahannya dari jagung. Dulu dikenal sebagai makanan jadul, tapi sekarang justru banyak dicari karena tidak mengandung gula, jadi aman untuk penderita diabetes,” ujar Sulistiyowati saat ditemui, Jumat (12/12/2025).
Produksi Sejak 2009, Konsumsi Jagung Hingga Satu Ton
Sulistiyowati bukan pemain baru dalam bisnis ini. Sejak 2009, ia konsisten memproduksi nasi ampok instan. Dalam sehari, ia mengolah rata-rata lima kwintal jagung, bahkan bisa mencapai satu ton pada musim permintaan tinggi.
Prosesi produksi nasi ampok instan di Desa Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan, Jombang. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Dari jumlah itu, lima kwintal jagung dapat menghasilkan sekitar empat kwintal ampok instan setelah melewati proses panjang: penggilingan, memasak adonan selama 2–3 jam, hingga pengemasan menjadi produk siap edar.
Dipasarkan ke Papua hingga Hong Kong
Meski berlabel pangan tradisional, pemasarannya kini justru merambah berbagai daerah di Indonesia, mulai Banyuwangi, Kalimantan, hingga Papua. Bahkan, produk Nasi Ampok Instan Dua Putra juga menembus pasar internasional seperti Malaysia dan Hong Kong.
“Permintaan dari Banyuwangi biasanya sudah pesan dua minggu sebelumnya. Sekali kirim bisa sampai 53 karung,” tuturnya.
Namun, ritme penjualan tidak selalu stabil. Ada hari pengiriman mencapai lima hingga enam kwintal, tetapi ada pula hari tanpa pesanan sama sekali.
Menurutnya, meningkatnya harga beras akhir-akhir ini turut memicu konsumen mencari alternatif makanan pokok. Meski begitu, persaingan antarprodusen ampok juga makin ketat, sehingga kenaikan permintaan tidak terlalu drastis.
“Paling naiknya sekitar 10 persen. Biasanya permintaan 3–5 karung, sekarang bisa 6–10 karung,” jelasnya.
Produk ampok instan Dua Putra dijual dengan harga ramah kantong: Rp2.000 untuk kemasan 120 gram, dan Rp2.500untuk kemasan 140 gram. Sebagian besar pemasarannya dilakukan dalam bentuk karung ke berbagai distributor.
Dengan konsistensi produksi yang terjaga, Sulistiyowati mampu meraih omzet sekitar Rp5 juta per bulan. Ia juga bersyukur hingga kini stok jagung sebagai bahan baku tidak pernah menjadi masalah.
“Alhamdulillah bahan baku jagung selalu tersedia. Tidak pernah terkendala,” ucapnya. (*)
| Pewarta | : Rohmadi |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |