TIMES JATIM, PACITAN – Subuh yang biasanya tenang di Dusun Semanding, Desa Tahunan Baru, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, berubah mencekam pada Jumat (12/12/2025). Sekitar pukul 05.40 WIB, dentuman keras memecah keheningan. Getarannya terasa hingga beberapa ratus meter. Tiga rumah roboh seketika. Dinding runtuh, atap terbang, dan serpihan kayu berhamburan. Warga berhamburan keluar, sebagian masih mengenakan sarung dan pakaian tidur.
Di tengah kepanikan itu, lima orang terkapar dengan luka-luka. Empat di antaranya perlu penanganan medis intensif. Pagi itu, suasana Semanding tidak hanya porak-poranda tetapi juga dipenuhi tanda tanya besar, apa sebenarnya yang meledak?
Bagaimana Ledakan Terjadi?
Sumber dentuman kuat itu berasal dari rumah milik pasangan Sugiyanto dan Sutini. Menurut keterangan keluarga, beberapa menit sebelum ledakan, Sutini baru saja mematikan kompor setelah merebus air untuk membuat kopi. Aktivitas sederhana yang sehari-hari dilakukan. Tapi kali ini, detiknya bersambut petaka.
Tanpa peringatan, rumah mereka “meletus” dari dalam. Jendela terlempar, dinding jebol, dan bagian tengah bangunan ambruk rata tanah. Tetangga langsung berdatangan, sementara sebagian lainnya melapor ke perangkat desa.
Tim Inafis Polres Pacitan melakukan olah tempat kejadian perkara memeriksa serpihan ledakan yang diduga dari bubuk mesiu. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Sekitar pukul 06.30 WIB, Kepala Dusun Suyanto menghubungi Polsek Tegalombo. Tim gabungan dari kepolisian, Unit Inafis Polres Pacitan, hingga BPBD bergerak cepat menuju lokasi. Mereka melakukan olah TKP, menyisir puing, dan mengumpulkan serpihan benda-benda yang bisa memberi petunjuk.
Temuan Awal Polisi: Ada Mesiu di Lemari
Kasatreskrim Polres Pacitan AKP Choirul Maskanan menjadi pihak pertama yang memberi kepastian awal. Setelah tim Inafis melakukan olah TKP, polisi menemukan material yang langsung mengarah pada dugaan awal.
Dugaan awal mengarah pada bahan peledak jenis bubuk mesiu yang umum dipakai untuk mercon kertas.
“Dugaan awal penyebabnya ya bubuk mercon itu. Kami temukan di dalam rumah,” ujarnya.
Bubuk itu tidak berserakan, tapi tersimpan rapi dalam sebuah toples plastik bertutup merah di lemari ruang tamu. Di sekitar lokasi ledakan, polisi juga menemukan selongsong kertas petasan dan serpihan material yang biasa digunakan untuk membuat mercon rakitan.
Namun, Choirul menegaskan pihaknya tidak ingin buru-buru menyimpulkan.
“Kami belum bisa menentukan apakah disebabkan karena mercon. Semua bahan yang ditemukan harus dilabfor, dan kami koordinasi dengan Brimob,” tambahnya.
Polisi juga menegaskan bahwa rumah tersebut bukan tempat produksi petasan. “Itu rumah pribadi. Pemilik bukan pembuat atau penjual mesiu,” kata Choirul.
Jejak Pembelian Mesiu: Dari Shopee, COD, dan Menyamar Jadi 'Pupuk Klengkeng'
Bagian paling menarik dari penyelidikan ini muncul ketika polisi memeriksa Shiddiq Syarofuddin Muarif (27), salah satu korban luka sekaligus saksi kunci. Dari penuturan Shiddiq, polisi mendapat gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana bubuk mesiu itu bisa ada di rumah tersebut.
Ia mengaku membeli 1 kilogram bubuk mesiu secara online lewat Shopee, sekitar Ramadan 2025. Transaksi dilakukan melalui metode COD, dan paket itu dikirim dengan label penyamaran: pupuk boster klengkeng. Harganya Rp250 ribu.
Isinya disimpan dalam toples plastik, sebagian dipakai untuk membuat mercon kertas bersama teman-temannya, sisanya sekitar setengah kilo ditaruh di rumah.
Bagaimana mereka tahu cara membuat mercon?
Shiddiq mengaku belajar dari Channel YouTube bernama “Tutorial Kampung”. Di deskripsi video, ada tautan ke toko online penyedia bubuk mesiu. Mereka tinggal klik, bayar, dan barang datang tanpa pemeriksaan apa pun.
Bahkan pembelian itu dilakukan secara patungan oleh tujuh orang, mereka adalah Bibit, Priyo Susilo, Budi, almarhum Teguh, Anto, dan Bagus, masing-masing urunan Rp30 ribu.
Shiddiq menegaskan bahwa saat ledakan terjadi, ia masih tidur. Ia tidak sedang meracik mercon apa pun.
Korban Luka-Luka
Ledakan itu melukai lima orang:
1. Sutini (60) — patah tulang bahu kanan, sesak napas; dirujuk ke RSUD Ponorogo.
2. Shiddiq (27) — muntah darah dan sesak; dirawat di Puskesmas Gemaharjo.
3. Arba Syarifuddin Muarif (21) — luka lebam di punggung.
4. Cantika Noviana Ristasari (18) — sesak napas; dirujuk ke RSUD Ponorogo, kini sudah pulang.
5. Endro Dwi Nur Widianto (35) — sesak napas; dirujuk ke RSUD Ponorogo, sudah diperbolehkan pulang.
Kerugian material ditaksir Rp80 juta.
Suasana Pasca-Ledakan: Rumah Rata Tanah dan Warga Ketakutan
Kepala Desa Tahunan Baru, Mujianto, menggambarkan situasi pasca-ledakan sebagai “seperti zona bencana kecil”.
“Begitu meledak, tiga rumah langsung hancur. Empat warga luka-luka dibawa ke Puskesmas Gemaharjo,” ujarnya.
Video amatir berdurasi 1 menit 35 detik yang beredar di grup WhatsApp memperlihatkan kondisi rumah yang hancur total. Potongan kayu berserakan, atap melengkung, dan sejumlah barang rumah tangga tidak lagi bisa dikenali bentuknya.
Hingga siang hari, aparat gabungan masih menyisir lokasi untuk memastikan tidak ada bahan berbahaya yang tertinggal, terutama serpihan dari bubuk mesiu yang mungkin masih aktif.
Bahaya “Mesiu Online”: Celah Regulasi yang Mulai Makan Korban?
Kasus ini membuka kembali fakta yang selama ini tidak banyak dibahas. Ada bahan baku petasan, termasuk mesiu, bisa dibeli secara bebas di marketplace besar.
Meski secara hukum perdagangan bahan peledak dibatasi ketat, pelaku sering menamainya dengan istilah lain seperti pupuk, booster tanaman, bubuk kerajinan agar lolos pemeriksaan algoritma marketplace maupun kurir.
Pengiriman COD membuat situasinya makin sulit dikendalikan. Kurir tidak tahu apa isi paket. Pembeli pun menerima barang tanpa verifikasi apa pun.
Konten tutorial di YouTube juga menjadi “sekolah gelap” yang membimbing banyak anak muda membuat petasan rakitan tanpa pengawasan.
Ledakan di Pacitan ini mungkin hanya satu contoh dari banyak potensi bahaya yang sebenarnya mengintai.
Polisi Keluarkan Imbauan Menjelang Nataru
Menjelang Natal dan Tahun Baru, ketika tradisi bermain petasan meningkat, polisi memberikan peringatan keras.
“Jangan sekali-kali membuat mercon, apalagi membeli mesiu yang tidak jelas daya ledaknya. Kami sosialisasi lewat media, radio, semuanya,” tegas AKP Choirul.
Polisi kini mengamankan berbagai barang bukti, termasuk potongan selongsong petasan dan sisa-sisa bubuk mesiu sekaligus memastikan penyelidikan terus berjalan dan hasil labfor akan menjadi dasar kesimpulan akhir. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |