TIMES JATIM, BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi melalui Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Banyuwangi, bergerak cepat melakukan pengendalian hama tikus guna melindungi lahan pertanian dari serangan hama yang berpotensi merugikan petani.
Menilik data dari Dispertan Banyuwangi, hingga Mei 2025, luas serangan hama timus di Bumi Blambangan mencapai 111,75 hektare, dengan areal waspada seluas 955,50 hektare.
Menanggapi kondisi ini, Dispertan Banyuwangi bersama Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), dan Kelompok Tani (Poktan), gencar melakukan gerakan pengendalian hama tikus.
Teranyar, gerakan tersebut di geber di Dusun Mantren, Desa Kabat, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Senin (26/5/2025), di lahan sawah milik Poktan Lestari, dengan luas lahan 50 hektare.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan Dispertan Banyuwangi, Ida Larasati, mengatakan bahwa gerakan pengendalian ini menggunakan berbagai metode efektif untuk menekan perkembangan populasi dan serangan hama tikus.
Dispertan Banyuwangi bersama PPL, POPT, dan Poktan, saat memasang rumah burung hantu. (FOTO: Dispertan Banyuwangi for TIMES Indonesia)
“Metode yang kita gunakan adalah dengan penggunaan umpan beracun, pengemposan asap belerang, termasuk pemasangan rumah burung hantu sebagai predator alami, serta metode gropyokan,” kata Ida, sapaan akrabnya, Senin (26/5/2025).
Ida juga mengungkapkan bahwa upaya ini tidak hanya dilakukan sekali, melainkan secara berkala guna memastikan perlindungan maksimal terhadap lahan pertanian di Banyuwangi.
“Kami mengajak seluruh petani untuk tetap waspada dan aktif dalam pengendalian hama, sehingga produktivitas pertanian tetap terjaga dan kerugian dapat diminimalisir,” ajaknya.
Sebagai langkah pencegahan, lanjut Ida, Dispertan Banyuwangi juga aktif memberikan bimbingan teknis kepada petani, Poktan, dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) mengenai strategi pengendalian hama tikus yang efektif.
Selain itu, sistem peringatan dini atau early warning terus dikembangkan agar petugas lapangan dapat segera menyampaikan informasi kepada petani mengenai potensi serangan hama, sehingga tindakan atisipasi bisa dilakukan lebih cepat dan tepat.
“Semua upaya ini dilakukan baik secara swadaya maupun melalui program pemerintah guna memastikan bahwa seluruh lahan pertanian di Banyuwangi tetap produktif dan terhindar dari dampak kerugian akibat serangan hama tikus,” tutur Ida. (*)
Pewarta | : Muhamad Ikromil Aufa |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |