TIMES JATIM, KEDIRI – Jumlah kasus baru HIV/AIDS di Kota Kediri masih relatif tinggi setiap tahunnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kediri, ditemukan 194 kasus baru dalam rentang Januari–November 2025.
Dari jumlah tersebut, 25 orang telah berkembang menjadi AIDS, sedangkan sisanya masih berada dalam fase HIV.
Masih berdasarkan data Dinkes, rata-rata ditemukan 250 kasus baru setiap tahun. Pada tahun 2024, tercatat 250 temuan baru.
“Mereka yang terdiagnosis HIV sebagian besar masih tampak sehat, namun virus telah ada dalam tubuh mereka,” kata Kepala Bidang Program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Kediri, Hendik Supriyanto, Jumat (12/12/2025), melansir ANTARA.
Tercatat pula, dari 194 kasus baru HIV AIDS di Kota Kediri tahun ini, tidak semua pasien merupakan warga asli Kota Kediri. Hanya 45 orang yang ber-KTP Kota Kediri. Sisanya merupakan pendatang atau warga dari daerah sekitar.
Sebagai langkah penanganan dan pencegahan, Pemerintah Kota Kediri menggencarkan tes HIV/AIDS secara masif sebagai langkah strategis menekan penyebaran penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh tersebut.
Langkah tersebut dilakukan melalui layanan kesehatan dan kegiatan mobile VCT (Voluntary Counseling and Testing) yang menyasar berbagai kelompok berisiko.
Hendik Supriyanto mengungkapkan bahwa skrining dilakukan di seluruh lini, khususnya fasilitas kesehatan. Selain itu, pemeriksaan diperluas pada kelompok yang dianggap memiliki risiko tinggi penularan.
“Pemeriksaan tidak hanya untuk warga lokal, namun juga mereka yang berasal dari luar kota. Kami tetap melakukan tes HIV melalui layanan mobile VCT,” ujarnya.
Program pemeriksaan HIV itu turut menyasar sejumlah kelompok rentan, di antaranya: Individu yang sering berganti pasangan, ibu hamil, dan pekerja seks komersial (PSK).
Selain tes, Dinkes Kota Kediri secara intensif menjalankan program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta kampanye mengenai pentingnya konseling dan tes sukarela melalui VCT.
Hendik berharap edukasi yang terus digencarkan dapat mendorong lebih banyak warga melakukan pemeriksaan secara sukarela.
“Dengan deteksi dini, penanganan bisa dilakukan lebih cepat sehingga mencegah kondisi yang lebih berat,” ujarnya.
Bagi warga yang telah didiagnosis HIV/AIDS, rutin diberikan obat Antiretroviral (ARV) untuk menekan perkembangan virus agar tidak merusak sistem imun.
Selain itu, mereka juga mendapatkan pendampingan mental dan edukasi berkelanjutan agar tetap semangat menjalani hidup.
“Kami memantau kondisi mereka secara berkala dan memberikan dukungan psikis agar para ODHA tetap sehat dan produktif,” kata Hendik. (*)
| Pewarta | : Rochmat Shobirin |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |