TIMES JATIM, PACITAN – Berikut Khutbah Jumat TIMES Indonesia edisi 12 Desember 2025 yang bisa dijadikan referensi khatib.
KHUTBAH PERTAMA
الحمدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ الْإِنْسَانَ وَكَرَّمَهُ، وَسَخَّرَ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ، وَجَعَلَهُ خَلِيفَةً يَعْمُرُ الْأَرْضَ وَلَا يُفْسِدُهَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ.
Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia,
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan mematuhi seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketakwaan adalah bekal terbaik bagi kehidupan dunia dan akhirat, termasuk dalam upaya kita menjaga amanah Allah berupa lingkungan hidup.
Allah SWT berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
“Janganlah kalian membuat kerusakan di bumi setelah Allah memperbaikinya.” (QS. Al-A’raf: 56)
Ayat ini menegaskan bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar urusan teknis, tetapi perintah syariat. Kerusakan alam hari ini bukan sekadar fenomena alamiah, tetapi buah dari ulah manusia yang berlebihan: emisi karbon, pembakaran lahan, polusi plastik, pemborosan air, dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Islam memandang alam sebagai amanah. Kita diciptakan sebagai khalifah, bukan penguasa yang bebas berbuat semaunya. Allah berfirman:
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
“Aku jadikan manusia sebagai khalifah di bumi.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Khalifah berarti pemelihara, penjaga, bukan perusak. Maka menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah sosial (al-‘ibadah al-ijtima‘iyyah) yang berpahala.
Fikih Lingkungan sebagai Panduan Syariah
Dalam tradisi Ahlussunnah wal Jamaah, ulama telah mengembangkan fiqih lingkungan (الفِقْهُ الْبِيئِيّ). Ini bukan konsep baru—Rasulullah SAW sendiri telah memberi teladan:
1. Hemat air meski di sungai yang mengalir
Rasulullah SAW bersabda:
لَا تُسْرِفْ فِي الْمَاءِ وَلَوْ كُنْتَ عَلَى نَهَرٍ جَارٍ
“Jangan boros air, meskipun engkau berada di sungai yang mengalir.”
Hari ini, pemborosan air menyumbang kerusakan lingkungan. Maka hemat air adalah amal salih.
2. Larangan menyakiti makhluk hidup
Rasulullah SAW melarang mencabut pohon sembarangan, membunuh hewan tanpa alasan syar’i, dan merusak lahan. Semua ini adalah basis etika ekologis dalam Islam.
3. Perintah menanam pohon
Nabi SAW bersabda:
إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَلْيَغْرِسْهَا
“Jika kiamat terjadi dan di tanganmu ada bibit tanaman, maka tanamlah.”
Ini menunjukkan betapa Islam mengajarkan optimisme ekologis.
Para ulama sepakat bahwa menjaga lingkungan masuk dalam lima tujuan syariah:
Hifz al-Nafs (Menjaga jiwa) – lingkungan bersih menyelamatkan manusia.
Hifz al-‘Aql (Menjaga akal) – udara bersih mendukung kesehatan mental.
Hifz al-Nasl (Menjaga keturunan) – generasi masa depan butuh alam yang lestari.
Hifz al-Mal (Menjaga harta) – alam yang rusak menyebabkan kerugian ekonomi.
Hifz al-Din (Menjaga agama) – merusak alam berarti menentang ajaran Islam.
Dengan demikian, merawat alam adalah bagian dari ketaatan kepada Allah.
Fakta Krisis Iklim dan Relevansi Fiqih Lingkungan
Hari ini, Indonesia menghadapi:
– banjir di banyak daerah,
– kekeringan panjang,
– kebakaran hutan,
– pencemaran laut dan sungai,
– sampah plastik yang menumpuk,
– perubahan musim yang tidak menentu.
Semua ini adalah tanda bahwa bumi sedang “memprotes” manusia. Rasulullah SAW bersabda:
لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain.”
Maka segala bentuk aktivitas yang mencemari air, udara, tanah, atau merusak makhluk hidup termasuk perbuatan haram menurut kaidah ini.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Tantangan Fiqih Lingkungan saat ini:
Minimnya kesadaran umat Islam soal lingkungan.
Kurangnya pendidikan ekologis di masjid dan sekolah.
Perbedaan pandangan ulama tentang isu lingkungan modern.
Gaya hidup boros dan konsumtif.
Kebijakan ekonomi yang sering mengabaikan kelestarian alam.
Kurangnya keteladanan publik dalam menjaga kebersihan.
Minimnya fatwa lingkungan yang bersifat implementatif.
Padahal, Islam telah mengajarkan bahwa kotor adalah lawan dari iman:
الطَّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ
"Kebersihan adalah sebagian dari iman."
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Menjaga kebersihan rumah, masjid, dan lingkungan.
Mengurangi sampah plastik.
Menghemat air dan listrik.
Menanam pohon dan merawat tanaman.
Tidak membakar sampah.
Mendukung kebijakan ramah lingkungan.
Mengajarkan anak-anak adab menjaga alam.
Mengelola sampah dengan benar dalam rumah tangga.
Semua ini, meski sederhana, termasuk amal saleh yang besar pahalanya.
Jamaah rahimakumullah,
Marilah kita jadikan lingkungan sebagai medan ibadah, karena menjaga bumi berarti menjaga ciptaan Allah.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا، وَأَسْتَغْفِرَ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
الحمد لله رب العالمين، حمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه كما يحب ربنا ويرضى.
اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.
أُوصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَالتَّقْوَى رَأْسُ كُلِّ خَيْرٍ.
يَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ،
إِنَّ حِفْظَ الْبِيئَةِ مِنْ أَعْظَمِ الْوَاجِبَاتِ الَّتِي دَعَا إِلَيْهَا الْإِسْلَامُ، وَإِنَّ الْإِفْسَادَ فِي الْأَرْضِ مِنْ أَبْغَضِ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ تَعَالَى.
قَالَ اللهُ تَعَالَى:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
وَقَالَ:
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
يَا عِبَادَ اللهِ،
إِنَّ مَقَاصِدَ الشَّرِيعَةِ الْخَمْسَ تَقْتَضِي صَوْنَ البِيئَةِ، لِأَنَّهَا ضَرُورِيَّةٌ لِحِفْظِ الدِّينِ وَالنَّفْسِ وَالْعَقْلِ وَالنَّسْلِ وَالْمَالِ.
فَاحْفَظُوا نِعْمَةَ اللهِ، وَلَا تُسْرِفُوا فِي الْمَاءِ وَالطَّعَامِ، وَلَا تُلَوِّثُوا الْهَوَاءَ وَالْمِيَاهَ، وَكُونُوا رُحَمَاءَ بِكُلِّ الْمَخْلُوقَاتِ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلاَةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْهُم يَحْكُمُونَ بِمَا أَنْزَلْتَ.
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَالْفِتَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ الْحَافِظِينَ لِنِعَمِكَ، الشَّاكِرِينَ لِفَضْلِكَ، الْمُحَافِظِينَ عَلَى خَلْقِكَ.
عِبَادَ اللهِ،
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فاذكروا الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر.
Oleh Yusuf Arifai, Dosen Ma'had Aly Al-Tarmasi Pacitan (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Bambang H Irwanto |