TIMES JATIM, BANYUWANGI – Tak mudah untuk menjadi penari gandrung. Pasalnya, banyak syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi penari profesional.
Sejatinya menjadi seorang gandrung, tidak hanya harus luwes berlenggak lenggok saja. Banyak hal lain yang perlu dikuasai. Seperti menembang hingga yang terdalam yakni menanamkan pendirian berdasar filosofi bambu. Yang berbunyi meski menjulang tinggi, namun tetap merunduk. Setelah dianggap mampu, penari masih harus melakukan ritual terakhir yaitu meras gandrung.
Ritual meras gandrung merupakan upacara penanda bahwa seorang penari sudah dinyatakan lulus atau di wisuda sehingga siap melakukan pementasan tari gandrung didepan khalayak secara utuh.
Ritual meras gandrung digelar di area taman gandrung terakota yang terletak di Dusun Krajan, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu sore, (27/8/2022).
Ritual tersebut disaksikan langsung oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani beserta satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Prosesi pertunjukan meras Gandrung. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Suko, selaku pimpinan sanggar gandrung arum menyampaikan, saat ini banyak gandrung yang sudah pandai menari tetapi tidak mau melakukan peras gandrung.
"Karena sejatinya peras ini sendiri merupakan wisuda dan wujud sumpah," ujarnya.
Masih Suko, didalam peras sendiri, konon akan terjadi pergolakan jiwa yang bersifat tarik menarik antara aura positif dan negatif.
Didalam rangkaian peras juga terdapat perwujudan jaranan yang melambangkan sebuah pergolakan hati.
Sehingga bagi para penari gandrung yang sudah melewati prosesi peras secara otomatis akan lebih hati-hati dalam menari dan bersikap. Karena hal tersebut dianggap pertanggung jawaban dari prosesi kelulusan sebagai penari mumpuni.
"Soalnya saat penari diperas, mereka mengucapkan sumpah dan dipupuh," ungkapnya.
Ritual yang dibalut dengan pertunjukan itu memang agak sedikit membuat bulu kuduk berdiri, karena sepanjang ritual, para calon wisudawati itu melakukan tugasnya di balik sebuah kain putih sebelum akhirnya mereka resmi disahkan menjadi seorang gandrung sejati.
Tentunya, gandrung sejati bukan pandai menari saja, namun penari yang juga pandai menyanyikan gending gandrung yang terkenal dengan cengkoknya yang unik, sehingga tak semua orang bisa menguasainya.
Wisatawan mancanegara turun memeriahkan meras Gandrung. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Disediakan dua peras yang digunakan untuk sesaji dalam ritual ini, antara lain yaitu, sepasang pisang raja, kelapa, beras, gula jawa, telur, lan cok bakal.
Kelengkapan selanjutnya yaitu pupuh, rokok, kopi, lincak, menyan, kain putih, wanci kinangan, gentong siraman, jenang merah, dan nasi golong.
Manfaat tersirat dari prosesi peras adalah untuk mendoakan gandrung yang diwisuda serta sebagai sarana pelestarian kebudayan. Selain itu terdapat sisi pendidikan yang terkandung didalamnya.
Muhammad Yanuarto Bramuda, Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi mengatakan, berdasarkan data dua bulan terakhir, wisatawan mancanegara yang singgah ke banyuwangi mengalami peningkatan. Kedepan, prosesi sakral nan kental akan budaya ini akan disajikan secara rutin tiap minggunya.
"Agar dapat dinikmati oleh wisatawan dan tentu supaya menarik minat pengunjung datang ke Banyuwangi," katanya. (*)
Pewarta | : Fazar Dimas Priyatna |
Editor | : Irfan Anshori |