TIMES JATIM, MALANG – Korps PMII Putri (KOPRI) Cabang Kabupaten Malang menggelar kegiatan KOPRI Got Talent dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) KOPRI ke-58, Sabtu (27/12/2025), di Gedung Fatayat, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Kegiatan tersebut diikuti kader KOPRI dari sejumlah komisariat di Kabupaten Malang. Sejak awal acara, rangkaian kegiatan berlangsung dengan konsep kombinasi daring dan luring. Lomba orasi digelar secara daring, sementara lomba tari dilaksanakan secara luring di lokasi kegiatan.
Selain perlombaan, panitia juga menggelar prosesi pemotongan tumpeng sebagai bagian dari rangkaian peringatan Harlah KOPRI ke-58. Kegiatan ini menjadi penanda kebersamaan kader sekaligus bentuk syukur atas perjalanan organisasi.
Dita Eva Fitriani, Ketua KOPRI PC Kabupaten Malang, menegaskan bahwa KOPRI Got Talent tidak sekadar menjadi ajang perlombaan, melainkan ruang kaderisasi yang mendorong keberanian dan kreativitas kader perempuan.
“Kegiatan ini kami rancang sebagai ruang ekspresi kader KOPRI. Perempuan PMII tidak hanya dilatih untuk kritis dalam berpikir, tetapi juga berani mengekspresikan gagasan dan bakatnya secara positif,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa peringatan Harlah ke-58 menjadi momentum refleksi perjalanan organisasi sekaligus penguatan arah gerak KOPRI ke depan.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin menegaskan bahwa KOPRI hadir untuk menyiapkan kader perempuan yang berdaya, progresif, dan memiliki kesadaran intelektual serta sosial,” kata Dita.
Sementara itu, Azizah Zamzam, Mabincab PMII Kabupaten Malang, menilai kegiatan tersebut relevan dengan tantangan pergerakan perempuan hari ini yang semakin kompleks.
“Perjuangan perempuan hari ini bukan lagi soal simbolik atau seremonial, tetapi tentang penguatan pengetahuan dan keberanian berpikir. Di situlah daya perempuan dibangun,” ungkapnya.
Menurut Azizah, ruang-ruang kreatif seperti KOPRI Got Talent dapat menjadi medium pembelajaran yang efektif bagi kader perempuan dalam melatih nalar kritis dan kepekaan sosial.
“Kader perempuan harus dibiasakan untuk membaca, berdiskusi, dan menyampaikan gagasan. Tanpa itu, pergerakan akan kehilangan ruh intelektualnya,” pungkasnya.(*)
| Pewarta | : Hainor Rahman |
| Editor | : Hainorrahman |