TIMES JATIM, PACITAN – Meski berada jauh dari jalur nasional tidak membuat SMPN 2 Pringkuku Pacitan kehilangan daya saing. Sekolah yang terletak di Desa Glinggangan ini justru konsisten mencetak prestasi, terutama lewat pengembangan kegiatan ekstrakurikuler siswa.
Berlokasi sekitar 4,1 kilometer dari jalan utama kota dan berada di kawasan kaki Gunung Manggis, SMPN 2 Pringkuku tumbuh sebagai ruang belajar yang aktif dan produktif. Kepala sekolah Hisbullah menegaskan, stigma sebagai “sekolah pinggiran” tidak pernah menjadi alasan untuk berhenti berprestasi.
“Lokasi kami memang di wilayah pegunungan, tetapi soal kualitas dan prestasi, kami tetap bisa bersaing dengan sekolah-sekolah di pusat kota,” ujarnya, Sabtu (27/12/2025).
Tim bola voli SMPN 2 Pringkuku menjuarai ajang turnamen SPENDUKU. (FOTO: Eko Puji Astuti for TIMES Indonesia)
Penguatan potensi siswa menjadi fokus utama sekolah. Beragam kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan sebagai wadah pembentukan karakter sekaligus penggalian bakat non-akademik. Mulai dari Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ), seni lukis dan seni tari, hingga kepramukaan yang menanamkan kedisiplinan.
Namun, satu kegiatan paling menonjol dan menjadi identitas sekolah adalah ekstrakurikuler bola voli. Pembinaan dilakukan secara serius dan berkelanjutan, menjadikan voli bukan sekadar aktivitas olahraga, melainkan ikon prestasi SMPN 2 Pringkuku.
Hasilnya terlihat nyata. Sepanjang 2024 hingga 2025, tim bola voli SMPN 2 Pringkuku berhasil mengoleksi sejumlah gelar juara bergengsi, antara lain Juara 1 Liga SMEA 2025 yang diselenggarakan SMKN 2 Pacitan, serta Juara 1 SMAPUN CUP 2024 dan 2025 yang digelar SMAN Punung.
Keberhasilan mempertahankan gelar SMAPUN CUP selama dua tahun berturut-turut menjadi bukti konsistensi pembinaan atlet muda di sekolah ini. Prestasi tersebut sekaligus mematahkan anggapan bahwa sekolah di wilayah pegunungan sulit bersaing dengan sekolah-sekolah unggulan di pusat kota.
Berkat dukungan guru dan semangat juang siswa, SMPN 2 Pringkuku kini menegaskan diri bukan hanya sebagai sekolah di kaki gunung, tetapi sebagai rumah lahirnya para juara. (*)
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Faizal R Arief |