TIMES JATIM, SURABAYA – Jembatan Gisik Kidul yang ambrol dua bulan lalu memang sudah mulai dibangun. Akses utama warga Desa Tambak Cemandi, Kecamatan Sedati, Sidoarjo belum ada progress pembangunan yang signifikan.
Di lokasi para pekerja sangat jarang terlihat, tidak konsisten, mereka lebih banyak libur daripada bergerak cepat menuntaskan Jembatan Gisik Kidul tersebut.
“Sehari kerja dua minggu libur, dua hari kerja libur lagi dua minggu, kami sampai swadaya bikin jembatan alternatif, tapi ikut dibongkar,” ucap salah satu warga, Rudianto Jumat (28/11/2025).
Jembatan ambrol tersebut berdampak besar terhadap perekonomian warga sekitar, terutama mereka yang berprofesi sebagai pengrajin cabut duri ikan. Penghasilan mereka seolah ikut terputus bersama jembatan.
Menurut Rudi, para pengrajin cabut duri biasanya diakhir pekan bisa menghasilkan antara Rp 200 sampai Rp 300 ribu. Karena sudah tidak warga yang berwisata lagi karena tidak ada akses masuk maka penghasilan mereka menurun drastis.
“Sejak jembatan ini ambrol, para pengrajin cabut duri paling banyak dapat Rp 50 ribu. Karena, wisatawan hilang sampai 70 hingga 80 persen,” ungkapnya.
Warga Kesulitan Air Bersih
Selain pendapatan turun drastis, warga disana juga kesulitan mendapatkan air bersih. Biasanya mereka membeli air dari peng gerobak keliling. Karena jembatan tersebut tak kunjung selesai maka penggerobak tidak bisa masuk.
“Buat mandi saja harus beli air Rp 50 ribu hingga Rp70 ribu per tangki, pendapatan sudah tidak ada karena cabut duri mati total,” kata Rudi.
Ketua RW 02 Tambak Cemandi, Thohir Nasir mengatakan, warga kini harus memutar jauh untuk aktivitas harian. Kondisi itu semakin memberatkan masyarakat.
“Akses terputus dan warga banyak mengeluh, gerobak air bersih juga tidak bisa lewat,” terangnya.
Sementara, Kepala Dinas PUBMSDA Sidoarjo, Dwi Eko Saptono menjelaskan, pihaknya bakal mempercepat penyelesaian proyek itu.
“Pekerjaan tetap berjalan dan akan kami percepat, kami memahami penghasilan warga, terutama pengrajin cabut duri, sangat terdampak,” jelasnya.
Dwi menuturkan proyek dikerjakan dengan sistem precast agar pemasangan lebih cepat. Namun ia khawatir jika pekerjaan molor hingga akhir Desember, akses warga makin tersendat.
“Kami memakai precast stone atau double U-box supaya prosesnya lebih cepat, kami juga memastikan material tetap tersedia agar pekerjaan tidak berhenti,” pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Jembatan Gisik Kidul Tak Kunjung Rampung, Ekonomi Warga Terpuruk
| Pewarta | : Syaiful Bahri |
| Editor | : Deasy Mayasari |