TIMES JATIM, PACITAN – Cuaca ekstrem yang hampir dua pekan melanda wilayah Pacitan membuat ratusan nelayan di Pantai Wawaran, Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebonagung, memilih menepi. Ombak yang tak menentu membuat mereka berpikir ulang untuk turun ke laut.

“Kondisi laut sekarang benar-benar sulit ditebak. Mestinya musim hujan seperti ini banyak layur, tapi sudah lama tidak muncul. Kadang malah muncul ikan ronang, tidak tentu,” ujar Kepala Desa Sidomulyo, Mahrus, saat ditemui Sabtu (22/11/2025).

Situasi ini cukup memukul para nelayan yang tidak punya pekerjaan sampingan. Untuk tetap bertahan, sebagian memilih kembali ke sawah. Ada juga yang menderes kelapa untuk mengambil nira sebagai gantinya pendapatan harian.

“Masih mending warga kami punya alternatif pekerjaan selain menangkap ikan,” tambah Mahrus.

Selain hasil tangkapan yang tidak pasti, tinggi gelombang juga menjadi alasan utama nelayan enggan melaut. 

Ombak di Pantai Wawaran saat ini mencapai 2–3 meter. Kondisi itu dinilai terlalu berisiko untuk perahu-perahu kecil yang mereka gunakan.

Beberapa waktu lalu, kawasan tersebut bahkan sempat menelan korban jiwa. Menurut Mahrus, masalah klasik yang sering terjadi adalah rendahnya kesadaran keselamatan diri.

“Nelayan sangat jarang memakai pelampung, padahal setiap perahu sebenarnya sudah ada. Mereka merasa ribet, jadi cenderung abai,” ungkapnya.

Ia menegaskan, sebagian besar korban kecelakaan laut adalah mereka yang tidak menggunakan pelampung.

Saat ini, jumlah perahu nelayan di Pantai Wawaran diperkirakan mencapai 400–500 unit. Mahrus berharap cuaca segera kembali bersahabat agar aktivitas melaut bisa normal seperti biasa.

“Kami hanya bisa menunggu keadaan lebih aman,” tutupnya. (*)