https://jatim.times.co.id/
Berita

Sudah Empat Hari Nelayan Banyuwangi Libur Berlayar Imbas Cuaca Buruk

Jumat, 14 Februari 2025 - 19:19
Sudah Empat Hari Nelayan Banyuwangi Libur Berlayar Imbas Cuaca Buruk Foto. Sebagian besar kapal nelayan yang sandar di Pelabuhan Kampung Mandar, Banyuwangi. (FOTO : Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Sudah empat hari ini para nelayan di Kabupaten Banyuwangi memilih untuk tidak melaut. Cuaca buruk ditambah hasil tangkapan yang turun, membuat mereka enggan mengambil risiko demi keselamatan.

Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gelombang di perairan Selat Bali dan Samudera Hindia bagian selatan mencapai 2,5 hingga 4 meter. 

Kondisi ini diperparah dengan kecepatan angin yang mencapai 85 kilometer per jam, membuat risiko pelayaran semakin besar.

“Sudah empat hari ini sandar tidak ada yang berlayar. Dari segi tangkapan, terakhir berlayar kemarin cuman dapat cumi-cumi itupun nggak sampai 1 kilogram,” kata Agus Pranomo, salah satu nelayan di Kampung Mandar, Banyuwangi, Jum’at (14/2/2025).

Agus sapaan akrab Agus Pranomo menceritakan, sebelumnya, dia dan para nelayan di Kampung Mandar terpaksa melaut lebih jauh untuk mencari ikan. Semenjak adanya cuaca buruk, membuatnya melaut lebih jauh hingga ke wilayah perairan Gondol, Singaraja, Kabupaten Buleleng.

“Kemarin ini juga sampai ke perairan Pandean, Situbondo, demi menghindari cuaca buruk,” cetus pria berusia 43 tahun itu.

Namun, meski sudah berusaha melaut lebih jauh, hasil tangkapan mereka tetap tidak stabil. Agus mengungkapkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, dia hanya berhasil mendapatkan cumi-cumi kurang dari 1 kilogram saat melaut. Padahal, biaya operasional untuk sekali melaut mencapai hampir Rp 1 juta.

“Terakhir melaut kemarin, saya cuma dapat cumi-cumi, itu pun nggak sampai 1 kg. Harga cumi sekarang Rp75 ribu per kilo, tapi kalau hasil tangkapannya segitu, ya sama saja rugi,” keluh Agus.

Senada dengan Agus, Farid Akbar, yang juga nelayan di Kampung Mandar, Banyuwangi, mengungkapan bahwa cuaca buruk ini sangat memengaruhi pendapatan mereka sehari-hari.

“Kalau cuaca seperti ini terus, kami benar-benar kesulitan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Biaya operasional melaut saja sudah tinggi, apalagi kalau hasil tangkapan sedikit, ya pulang dengan tangan kosong,” ujar Farid.

Farid menambahkan, selain risiko keselamatan yang meningkat akibat cuaca ekstrem, para nelayan juga harus berhadapan dengan ketidakpastian hasil tangkapan. 

“Kalau laut lagi bergejolak begini, mau tidak mau kami harus istirahat dulu. Tapi masalahnya, kalau tidak melaut, otomatis tidak ada penghasilan,” tuturnya.

Sementara itu, nelayan lainnya, Sumarto (53), mengungkapkan bahwa meskipun perairan Banyuwangi dilanda cuaca buruk, dia tetap nekat untuk berlayar demi memenuhi kebutuhan keluarga.

“Kalau saya prinsipnya Obah Disek (gerak terlebih dahulu). Misal nanti saat berlayar dilanda cuaca yang buruk, ya kita menepi. Kalau hasilnya tidak seberapa, ya gimana lagi itu sudah rejekinya toh saya sudah berusaha,” ungkap pria yang sering disapa Pak To itu.

Pak To mengakui bahwa risiko yang dihadapi saat melaut dalam kondisi cuaca seperti ini memang sangat besar. Dia juga mengungkapkan bahwa hasil tangkapan saat dia nekat melaut pun tidak seberapa. 

“Paling banter kemarin dapat Ikan Cendro dan Tongkol, itupun Cuma 35 Kilogram. Kalau dihitung-hitung, ya rugi. Tapi daripada di rumah tanpa penghasilan sama sekali, lebih baik coba nasib di laut,” paparnya.(*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.