TIMES JATIM, KEDIRI – Lancar tancap pernah menjadi salah satu hiburan rakyat yang populer di masyarakat. Dengan perkembangan jaman, lancar tancap kembali dihadirkan di tengah masyarakat dengan sentuhan yang lebih modern dan memiliki makna yang lebih luas, tidak hanya sekedar hiburan.
Founder Kali Brantas Sinema (KALIBRASI) Bayu Pradityo mengungkapkan, kehadiran layar tancap di era modern bukan hanya nostalgia, tetapi juga ruang untuk membangun diskusi, mengenal sejarah, dan memperkuat identitas budaya.
Alasan itu salah satunya, yang mendorong KALIBRASI menghadirkan Layar Tancap Kilisuci, di amphiteater Gedung Kesenian Kabupaten Kediri. "Kami percaya bahwa film adalah medium yang kuat untuk menyatukan masyarakat, mengedukasi, serta menghidupkan kembali tradisi yang hampir terlupakan," ujar Bayu, Jumat, (14/02/2025) malam.
Ini adalah kali pertama pertunjukan semacam ini digelar di Kabupaten Kediri. Terbagi dalam 2 sesi, total ada 7 film yang diputar dalam Layar Tancap Kilisuci, mulai dari karya sineas lokal sampai internasional. Film-film tersebut antara lain Witing Tresno Jalaran Soko Kulino (Atika Khoirunnisa), Galih, A Smallroom and a Little Turnmoil (M Jati Pangayoman), Embun di Atas Tanah Gersang (Sheva Vavanic), Dance Above The Sky (Reno Muhamad), Telur Setengah Matang (Reni Apriliana).
"7 film itu dibagi dari 3 kategori, kategori yang pertama itu film aspirasi, yaitu untuk mengapresiasi film lokal, yang kedua adalah film nasional, dan yang ketiga adalah film internasional," tambahnya.
Para punggawa Kali Brantas Sinema (KALIBRASI) ( foto : dok KALIBRASI)
Dari ketujuh film tersebut, salah satu judul yang menarik perhatian adalah film Nate & John, sebuah karya dari Jumai Yusuf. Film ini, masuk dalam Consideration for Best Animated Short Oscar 2025. Film ini istimewa karena mengingat Piala Oscar merupakan salah satu penghargaan tertinggi dalam dunia perfilman. "Tidak mudah karena harus melewati beberapa festival, melewati berbagai macam festival dulu baru bisa masuk di dalam consideration Oscar," ujar Bayu lagi.
Bayu menambahkan selain film tersebut, juga ada film Tinah Buys Cigarette karya Gugun Arief, yang mendapatkan juara satu di Europe on Screen 2023 Short Film Pitching Project.
Dari layar Tancap Kilisuci ini diharapkan akan muncul event-event yang lebih besar lagi sekaligus memotivasi para sineas muda untuk terus berani berkarya.
"Kami berharap, Layar Tancap "Kilisuci" bisa menjadi pemantik untuk acara yang lebih besar ke depannya, serta menginspirasi lebih banyak komunitas dan generasi muda untuk terus menjaga dan mengembangkan warisan budaya Indonesia," ungkap Bayu.
Selain itu, Layar Tancap Kilisuci juga bisa menjadi sebuah pondasi awal untuk sebuah festival film berskala internasional di Kabupaten Kediri.
"Mimpi kami ingin membuat festival film internasional di Kediri. Dan ini awalan kami untuk membangun fondasi ke arah sana. Bagi sineas muda, event ini sebagai ruang apresiasi karya-karya mereka. Jadi tidak perlu minder atau tidak perlu takut untuk membuat karya," jelasnya.
Turut hadir dalam kesempatan itu Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) Imam Mubarok, perwakilan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, perwakilan Satpol PP Kabupaten Kediri, perwakilan BPK wilayah 11 Jawa Timur.
"Kami sangat mengapresiasi dukungan dari berbagai pihak, termasuk komunitas, media partner, dan individu yang peduli terhadap budaya lokal. Dengan semangat gotong royong dan kebersamaan menjadi energi utama kami untuk tetap menghadirkan program ini," pungkasnya. (*)
Pewarta | : Yobby Lonard Antama Putra |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |