TIMES JATIM, PACITAN – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto tengah menjadi buah bibir sana sini, termasuk di Pacitan.
Di satu sisi, program ini diharapkan dapat membantu mengatasi stunting, tetapi di sisi lain, ada sejumlah tantangan dalam implementasinya.
Bagaimana pandangan dunia akademis terhadap program ini?
Belum lama ini, kami mewawancarai Plt Ketua STKIP PGRI Pacitan, Saptanto Hari Wibawa, yang berbicara panjang lebar soal program tersebut dan peran perguruan tinggi dalam pemberantasan stunting.
"Program Ini Bagus, Tapi Perlu Evaluasi...."
Pak Saptanto, bagaimana pandangan Anda mengenai program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah saat ini?
Saya melihat program ini sebagai langkah maju dalam mengatasi masalah gizi di Indonesia, terutama untuk anak-anak sekolah. Meskipun diberikan di tingkat sekolah, ini tetap merupakan upaya memperbaiki kondisi gizi masyarakat. Tapi, tentu ada banyak hal yang masih perlu dievaluasi, terutama terkait pendanaan dan mekanisme pelaksanaannya.
Apa saja tantangan terbesar dalam implementasi program ini?
Salah satunya adalah soal pendanaan. Ada wacana bahwa dana akan diambil dari Baznas, tapi ini perlu kajian lebih dalam. Selain itu, ada kendala teknis seperti relawan tukang masak yang mengundurkan diri karena belum menerima honor. Artinya, program ini bagus, tapi dalam pelaksanaannya masih banyak hal yang harus dibenahi. Tidak ada yang instan, Mas. Semua butuh proses.
Apakah kampus Anda, STKIP PGRI Pacitan, sudah dilibatkan dalam kajian akademis program ini?
Sampai saat ini, belum. Tim ahli dari akademisi lokal Pacitan pun belum ada yang dilibatkan. Mungkin ke depannya kami bisa diajak untuk melakukan studi atau penelitian. Dari sudut pandang akademis, perguruan tinggi bisa memberikan saran dan masukan yang lebih objektif.
Apa peran yang seharusnya diambil perguruan tinggi dalam program pemberantasan stunting ini?
Menurut saya, perguruan tinggi tidak boleh pasif, harus jemput bola. Kita punya sumber daya, baik dosen maupun mahasiswa, yang bisa diterjunkan untuk riset dan pendampingan masyarakat.
Sosialisasi dari Kementerian Sosial juga menekankan pentingnya keterlibatan perguruan tinggi. Jadi, ini bukan sekadar opsional, tapi sudah menjadi keharusan.
Adakah langkah konkret dari STKIP PGRI Pacitan dalam mendukung program ini?
Saat ini, kami sedang merancang proposal agar kampus bisa lebih aktif berkontribusi. Kemarin saya sempat bertemu dengan Kepala Dinas Sosial di Surabaya, dan ini bisa menjadi peluang untuk menjalin koordinasi lebih erat dengan pemerintah pusat.
Seberapa penting keterlibatan perguruan tinggi dalam program ini?
Sangat penting. Jika kita hanya menunggu bola, kita bisa ketinggalan. Perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam memberikan kajian berbasis riset. Tanpa kajian akademis, program seperti ini bisa berjalan tanpa arah yang jelas.
Apakah ada hambatan dalam menjalin kerja sama dengan pemerintah pusat?
Tidak juga. Justru sekarang ini adalah peluang emas. Jaringan Pak Prabowo luas, dan orang-orangnya ada di banyak sektor. Kalau kita bisa membangun koordinasi yang baik, tentu program ini bisa lebih maksimal.
Apakah ada alumni STKIP PGRI Pacitan yang terlibat dalam program MBG ini?
Saya belum memonitor secara langsung, tapi secara kelembagaan belum ada laporan resmi. Seharusnya kita bisa membangun jaringan alumni yang lebih kuat agar bisa mendapatkan informasi semacam ini.
Jadi, apa langkah STKIP PGRI Pacitan ke depan dalam mendukung program ini?
Kami akan segera menyampaikan hasil diskusi dan kajian akademis ke pihak terkait. Jika diberikan kesempatan untuk terlibat lebih jauh, kami siap berkontribusi. Yang penting, semua harus berjalan sesuai regulasi dan berbasis riset ilmiah.
Terakhir, bagaimana harapan Anda terhadap program ini ke depan?
Saya berharap program ini terus dievaluasi dan disempurnakan. Jangan sampai hanya bagus di konsep, tapi sulit di lapangan. Pemerintah perlu mendengar masukan dari berbagai pihak, termasuk akademisi, agar program ini benar-benar efektif dalam mengatasi stunting.
Akhirnya, perguruan tinggi, sebagai pusat ilmu pengetahuan, diharapkan tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga berperan aktif dalam menyukseskan program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup generasi mendatang.
Demikian wawancara khusus dengan Plt Ketua STKIP PGRI Pacitan, Saptanto Hari Wibawa. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Plt Ketua STKIP PGRI Pacitan: MBG Bagus, tapi Banyak PR
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |