TIMES JATIM, BANYUWANGI – Lahan kritis merupakan salah satu penyebab bencana banjir dan tanah longsor.
Pasalnya, air hujan dengan intensitas tinggi mengakibatkan tanah tidak dapat menyerap dengan baik.
Di Banyuwangi sendiri, terdapat lahan kritis dengan total seluas 23.929,29 Hektare (Ha).
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuwangi, menggencarkan penanaman bibit pohon di lahan kritis.
Data dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS-HL) Brantas Sampean, Sidoarjo, yang disampaikan DLH Banyuwangi, menunjukkan lahan kritis di Bumi Blambangan, terdapat lahan kritis seluas 16.080,82 Ha dan lahan sangat kritis sebesar 7.848,47 Ha.
"16.080,82 Ha lahan kritis di Banyuwangi, sedangkan lahan sangat kritis sebesar 7.848,47 Ha," kata Pelaksana Tugas (Plt) DLH Banyuwangi, Dwi Handayani, melalui Sub Koordinator Konservasi Lingkungan, Agus Setio Gunawan, Rabu (2/11/2022).
Dijelaskan Agus, lahan kritis adalah lahan yang mengalami penurunan produksi atau degradasi.
"Lahan kritis juga bisa ditanami, tapi kalau ditanami itu tidak menguntungkan karena produksinya sangat rendah," ungkapnya.
Salah satu faktor penyebab lahan kritis, dikarenakan keberadaan tanaman atau pepohonan sangat kurang.
Sehingga air hujan dengan curah tinggi langsung mengikis unsur tanah subur.
"Akibat Keberadaan tanaman kurang mengakibatkan pada saat hujan, air hujan tidak ada barier. Akhirnya mengikis top soil dan memunculkan pasir dan krikil yang membuat lahan menjadi kritis," ujarnya.
Untuk mengatasi hal itu, DLH melakukan penghijauan atau reboisasi di lahan yang masuk dalam kategori kritis.
"Kami melakukan penghijauan di lahan kritis. Karena tujuannya sebagai barier apabila musim penghujan. Agar tidak terjadi bencana longsor dan lainnya," cetusnya.
Menurutnya, melalui penanaman pohon dapat memperbaiki kondisi tanah dengan sendirinya.
Karena, daun yang jatuh dari pohon akan menjadi kompos.
Selain itu, lanjut Agus, dengan adanya pelapukan organik memunculkan micro organisme yang dapat menyuburkan tanah.
"micro organisme dari pelapukan daun sangat dibutuhkan tanah," cetusnya.
Sedangkan lahan sangat kritis, Agus, menuturkan, lahan yang mayoritas banyak bebatuan.
"Lahan sangat kritis yaitu lahan yang banyak batu-batu jadi tidak bisa ditanami. Walaupun kita melakukan penanaman tanaman rintisan harapan kita tipis sekali dan dinyatakan tidak bisa hidup " tuturnya.
Sesuai data dari BPDAS-HL Brantas Sampean, Sidoarjo, Agus menyampaikan, bahwa terdapat 2288,88 Ha lahan kritis dan 738,35 Ha lahan sangat kritis di Kecamatan licin, Banyuwangi.
“Kalau di Kecamatan Songgo, lahan kritis sebesar 2212,0 Ha dan 843,35 Ha lahan sangat kritis,” urainya.
Diberitakan sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Banyuwangi bersama pelaku investasi melakukan penanaman 4.309 pohon di wilayah hutan bagian barat Bumi Blambangan. Lebih tepatnya di Gantasan, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Senin (25/10/2022).
Dalam kegiatan yang bertajuk ‘Gerakan Menanam 2.784 Pohon’, bersama DLH Banyuwangi, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani Banyuwangi Barat, Cabang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur (Jatim), Wilayah Kabupaten Banyuwangi, PT. Perkebunan Lidjen dan masyarakat ini dipimpin langsung oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Banyuwangi, Dwi Yanto.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DLH Banyuwangi, Dwi Handayani, mengatakan, bahwa kawasan Gantasan merupakan salah satu lahan kritis yang berada dilereng Gunung Ijen.
Oleh sebab itu, Pihaknya bersama dengan instansi pemerintah, pelaku investasi dan masyarakat melakukan penanaman pohon.
“Dengan melihat bencana yang melanda kemarin, kami melakukan penanam secara masal bersama intansi terkait, pelaku investasi dan masyarakat,” katanya.
Handayani menyebut, hasil identifikasi salah satu penyebab bencana banjir dan longsor adanya lahan kritis di wilayah dataran tinggi.
Sehingga air hujan yang semestinya dapat terserap dengan baik tidak dapat menyerap ke tanah dan akhirnya menimbulkan bencana.
“Terdapat beberapa lahan kritis yang menyebabkan air hujan dengan intensitas tinggi tidak dapat terserap dengan baik,” ujarnya pada TIMES Indonesia.
Dijelaskan, Handayani, awal mula gerakan menanam pohon ini hanya sebanyak 2.748 pohon.
Karena ada tambahan dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani Banyuwangi Barat dan Cabang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur (Jatim), Wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Alhasil, hari ini pihaknya menanam 4.309 pohon.
“Kami menanam sebanyak 534 bibit pohon. Di antaranya, Pohon Jambu, Alpukat, Wuni, Mangga, Sukun, Jati dan Mahoni. Yang ditanam di kiri dan kanan jalan Kawasan Gantasan,” ujarnya. (*)
Pewarta | : Fazar Dimas Priyatna |
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |