https://jatim.times.co.id/
Berita

Apresiasi Pengerukan Sungai Wendit, Abdul Qodir: Sungai Bersih Adalah Janji Kita pada Alam

Kamis, 14 Agustus 2025 - 17:58
Apresiasi Pengerukan Sungai Wendit, Abdul Qodir: Sungai Bersih Adalah Janji Kita pada Alam Abdul Qodir, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Malang.

TIMES JATIM, MALANG – Di antara gemericik air yang kembali terdengar mengalun, pelan namun pasti. Itulah suara Sungai Wendit yang merupakan nadi kehidupan yang selama lebih dari satu dekade terakhir berjuang di bawah beban endapan lumpur dan sampah yang kian menyesakkan.

Selama 12 tahun, wajah sungai itu berubah. Arusnya tak lagi lincah, dadanya sesak oleh tumpukan sedimen. Saat hujan turun, airnya meluap, memeluk tepiannya dengan kekuatan yang kadang membawa serta kerikil, tanah, dan bahkan potongan kayu. Bagi warga sekitar, Wendit tak lagi seperti dulu: bersih, jernih, dan menenangkan.

Namun, semua itu mulai bergeser. Pengerukan yang dilakukan oleh Perumda Tugu Tirta, di bawah arahan Direktur Utama Priyo “Bogang” Sudibyo, SE, S.Sos, MM, menjadi titik balik bagi sungai ini. 

Dengan alat berat, tenaga kerja, dan perencanaan matang, beban yang selama ini menghimpit dasar sungai diangkat sedikit demi sedikit. Lumpur-lumpur tua yang menyimpan cerita panjang aliran air itu kini berpindah dari dasarnya, memberi ruang baru bagi arus yang rindu berlari.

“Pengerukan ini bukan sekadar pekerjaan fisik, tapi juga sebuah janji,” kata Abdul Qodir, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Malang. “Janji kita kepada alam, bahwa kita takkan membiarkan nadinya tersumbat. Karena sungai yang mengalir jernih adalah puisi bagi bumi, dan pengerukan adalah bait yang menyelamatkan kehidupan.”

Abdul Qodir mengaku terkesan dengan langkah yang diambil Perumda Tugu Tirta. Baginya, di tengah hiruk pikuk pembangunan dan keterbatasan anggaran, komitmen terhadap lingkungan sering kali menjadi prioritas yang terpinggirkan. Namun, pengerukan Sungai Wendit ini justru membuktikan bahwa kepedulian terhadap alam bisa diwujudkan dengan tindakan nyata.

Menurutnya, air adalah sumber kehidupan yang tak bisa ditawar. Sungai bukan hanya jalur air, melainkan ekosistem yang menopang banyak makhluk hidup, mulai dari mikroorganisme, ikan, tumbuhan air, hingga manusia yang bergantung pada pasokannya. 

Saat sungai bersih dan mengalir lancar, manfaatnya meluas hingga ke sektor pertanian, perikanan, bahkan pariwisata.

“Kalau kita biarkan sungai kotor, itu sama saja kita merusak diri kita sendiri. Lingkungan yang sehat adalah fondasi kesejahteraan,” ujarnya, Kamis (14/8/2025).

Pengerukan ini juga disambut positif oleh warga sekitar Wendit. Bagi mereka, sungai yang lebih bersih dan mengalir lancar bukan hanya soal estetika, tetapi juga keamanan. Risiko banjir menurun, bau tak sedap berkurang, dan suasana sekitar menjadi lebih nyaman.

Tak sedikit warga yang teringat masa-masa ketika mereka masih kecil, bermain di tepian Wendit yang kala itu airnya jernih. “Dulu kami sering mandi di sini, bahkan minum langsung dari sungai,” kenang salah satu warga dengan senyum tipis. “Semoga setelah pengerukan ini, sungai bisa kembali seperti dulu.”

Langkah yang dilakukan Perumda Tugu Tirta ini, menurut Abdul Qodir, seharusnya menjadi inspirasi bagi seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat. Ia menekankan pentingnya kolaborasi, karena menjaga lingkungan tidak bisa dilakukan sendirian.

“Lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama. Saya berharap langkah Pak Dirut Priyo bisa memicu gerakan serupa di tempat lain. Tidak hanya untuk sungai besar, tapi juga saluran air kecil, embung, dan sumber-sumber mata air,” kata politisi yang dikenal vokal dalam isu lingkungan itu.

Bagi Abdul Qodir, membiarkan sungai tersumbat sama saja mengabaikan masa depan. Ia mengajak semua pihak untuk tidak sekadar menunggu pemerintah bekerja, tetapi juga mengambil peran aktif. Membersihkan sampah dari sungai, menanam pohon di bantaran, dan menghindari pembuangan limbah sembarangan adalah langkah kecil yang dampaknya bisa besar.

Pengerukan Sungai Wendit juga menjadi momentum penting dalam membangun kesadaran publik. Bukan hanya soal memulihkan fungsi aliran air, tetapi juga mengembalikan hubungan harmonis antara manusia dan alam. 

“Sungai bukan benda mati. Dia hidup, bernapas, dan punya peran penting dalam menjaga keseimbangan bumi. Kita harus menghormatinya,” tegasnya.

Kini, jika berdiri di tepian Wendit, pemandangan yang terlihat jauh berbeda dari beberapa bulan lalu. Air mengalir dengan suara yang lebih lantang, seolah berterima kasih kepada semua yang telah membantunya. Rumput di tepi tumbuh subur, burung-burung kembali singgah, dan warga mulai menjadikan sungai ini tempat bersantai di sore hari.

Bagi Abdul Qodir, pemandangan ini adalah hadiah. Bukan hanya untuk dirinya sebagai legislator yang peduli lingkungan, tetapi juga untuk seluruh warga Kabupaten Malang.

“Kita mungkin tidak bisa mengubah masa lalu sungai ini, tapi kita bisa memastikan masa depannya lebih baik,” katanya sambil menatap aliran yang bergerak menuju hilir.

Ia menutup pembicaraan dengan pesan yang sederhana namun dalam: “Air yang mengalir adalah kehidupan. Jika kita merawatnya, kita sedang merawat kehidupan itu sendiri.”

Sungai Wendit kini menjadi bukti bahwa saat manusia memilih peduli dan bertindak, alam akan merespons dengan kehidupan yang lebih indah. Dan di balik semua itu, ada pesan yang tak boleh dilupakan: sungai yang mengalir jernih memang benar-benar adalah puisi bagi bumi. (*)

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.