TIMES JATIM, MALANG – Swasembada pangan kini bukan lagi sekadar cita-cita, tetapi target nyata yang harus segera diwujudkan Indonesia. Pesan itu disampaikan Dr. Niken Rani Wandansari, SP., M.Si. dalam orasi ilmiah pada Sidang Terbuka Senat Wisuda Sarjana Terapan Polbangtan Malang Tahun Akademik 2024/2025 yang digelar di Aula Sasana Giri Sabha Ir. H. Syamsudin Abbas, Rabu (20/8/2025).
Mengangkat tema “Pengelolaan Bahan Organik Tanah untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah dalam Mendukung Swasembada Pangan”, Dr. Niken menekankan bahwa tanah Indonesia sedang menghadapi tantangan serius. Kandungan bahan organik tanah terus menurun setiap tahun, yang bisa menyebabkan turunnya produktivitas pertanian, tingginya ketergantungan pada pupuk kimia, hingga rusaknya ekosistem.
Enam Strategi Revolusi Organik
Untuk menjawab persoalan tersebut, Dr. Niken menawarkan enam langkah strategis yakni Mengolah limbah lokal jadi kompos dari sisa tanaman, kotoran ternak, sampah pasar, hingga limbah tebu; Menjaga kualitas kompos sesuai standar agar manfaatnya optimal; Menutup lahan dengan tanaman penutup atau mulsa organik menjaga kesuburan tanah dan kelembapan; Monitoring bahan organik tanah lewat uji laboratorium dan teknologi sensor digital; Pelatihan petani agar lebih mandiri mengelola kesuburan tanah dengan memanfaatkan kearifan lokal; Dukungan kebijakan pemerintah berupa insentif, sertifikasi organik, serta penyediaan sarana produksi.
"Gerakan Revolusi Organik harus berbasis sumber daya lokal dan melibatkan petani, pemerintah, serta akademisi. Hanya dengan cara itu kita bisa membangun pertanian berkelanjutan untuk hari ini dan generasi mendatang," ujar Dr. Niken.
Sentuhan Teknologi Pertanian Modern
Selain strategi tersebut, Dr. Niken juga menyoroti pentingnya inovasi teknologi seperti biochar, biokompos, asam humat, fermentasi cepat, hingga smart farming untuk pemetaan kesuburan tanah. Inovasi ini, menurutnya, sejalan dengan program Kementerian Pertanian dalam meningkatkan produksi sekaligus mengoptimalkan lahan.
Pada kesempatan yang sama, Polbangtan Malang juga mengukuhkan 202 sarjana terapan dari tiga jurusan serta 14 mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang berasal dari Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Para lulusan ini tidak hanya menyelesaikan studi, tetapi juga sudah terjun dalam berbagai program Kementan seperti Perluasan Areal Tanam (PAT) dan penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK). Bahkan, 25 orang lulusan telah bekerja di berbagai perusahaan dan instansi sebelum wisuda digelar.
Acara wisuda berlangsung khidmat dengan dihadiri perwakilan Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan), jajaran senat Polbangtan Malang, Kepala UPT lingkup Kementan di Jawa Timur, kepala dinas pertanian dari berbagai daerah, pimpinan perusahaan mitra, serta keluarga besar Polbangtan Malang.
Melalui orasi ilmiah ini, Polbangtan Malang kembali menegaskan perannya sebagai lembaga pendidikan vokasi yang tidak hanya mencetak lulusan siap kerja, tetapi juga menghadirkan gagasan strategis untuk mendukung kemandirian pangan Indonesia melalui pengelolaan tanah yang berkelanjutan. (*)
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |