TIMES JATIM, BANYUWANGI – Sebagai upaya meminimalisir risiko dan korban kebencanaan. Mitigasi bencana di Kabupaten Banyuwangi terus ditingkatkan. Salah satunya dengan adanya dua Early Warning System (EWS) baru.
Dijelaskan oleh Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Danang Hartarto melalui Staf Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Anas Misbahul Munir, ada dua EWS yang tengah berdiri di Bumi Blambangan. Satu EWS untuk peringatan tsunami dan satu EWS lagi untuk pemberitahuan longsor.
EWS. (FOTO: Forum grup FPRB Banyuwangi)
“Kita didukung dua EWS dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, satu EWS untuk tsunami yang bertempat di Pantai Rajegwesi, Kecamatan Sarongan dan satu EWS untuk longsor yang ditempatkan di Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran,” kata Anas, Rabu (6/11/2024).
Anas, menerangkan jika untuk EWS tsunami yang berada di Pantai Rajegwesi sudah didirikan pada 5 November 2024, sedangkan untuk untuk EWS pemberitahuan longsor tengah proses didirikan.
“EWS baru untuk tsunami sudah selesai berdiri, sedangkan untuk EWS longsor sedang diproses, dan EWS longsor itu pertama di Banyuwangi,” tuturnya.
Sejauh ini, di Banyuwangi telah berdiri sembilan EWS Tsunami. Dengan berdirinya dua EWS baru tersebut, total sistem peringatan dini yang ada di kabupaten paling timur pulau Jawa, ada sepuluh unit EWS tsunami dan satu unit EWS longsor.
“Untuk mengetahui aktifnya sirine EWS, setiap bulan pada tanggal 26, pukul 10.00 WIB kita melakukan pembunyian, sebagai cara untuk mengecek kondisi EWS,” terang Anas.
Diketahui lokasi alarm peringatan tsunami tersebut dipasang di Kantor Kelurahan Kampung Mandar, Balai Desa Blimbingsari, Pantai Satelit Muncar, Pelabuhan Muncar, Masjid Baitul Amin Pancer, Balai Dusun Pantai Pancer, Pantai Grajagan dan Pantai Lampon, serta Pantai Rajegwesi.
Adanya dua alarm atau EWS baru tersebut diharapkan menjadi peringatan dini bagi masyarakat jika terjadi kebencanaan. Sehingga dapat meminimalisasi risiko gempa dan tsunami yang sewaktu-waktu terjadi di Banyuwangi, termasuk yang terbaru adalah bencana longsor.
“Didukung dengan teknologi, kita juga terus memberikan sosialisasi mitigasi bencana termasuk simulasi dan gladi evakuasi mandiri kepada masyarakat,” ujar Anas.
Perlu diketahui, Banyuwangi memiliki garis pantai sepanjang 175 Km sehingga dinilai berpotensi terjadi tsunami. Berdasarkan catatan sejarah, Banyuwangi pernah dilanda tsunami pada 2 Juni 1994.
Gempa bumi yang diikuti tsunami setinggi 13 meter menghantam pesisir selatan Banyuwangi. Peristiwa tersebut mengakibatkan 200 orang korban meninggal dunia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Dua EWS Baru Berdiri di Banyuwangi, Salah Satunya untuk Pemberitahuan Longsor
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |