https://jatim.times.co.id/
Berita

Ekonomi Indonesia 2025 Tak Terlalu Terpengaruh Tensi Geopolitik dan Pilpres AS 

Rabu, 06 November 2024 - 19:41
Ekonomi Indonesia 2025 Tak Terlalu Terpengaruh Tensi Geopolitik dan Pilpres AS  Diskusi bertema Sinergi Berkesinambungan untuk Menjaga Stabilitas dalam Menghadapi Tantangan Global Tahun 2025 di Arunaya Surabaya, Rabu (6/11/2024). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, SURABAYA – Ketidakpastian situasi global kembali meningkat sejalan tensi geopolitik di Timur Tengah yang kembali memanas dan Pilpres Amerika Serikat.

Namun, perekonomian Indonesia mampu bertahan dan tumbuh solid 4,95 persen hingga triwulan III 2024 year on year (YoY). Diperkirakan angka ini semakin menguat pada 2024 akhir dalam rentang proyeksi 4,7 persen hingga 5,5 persen YoY. 

"Pertumbuhan ini terutama didorong oleh solidnya permintaan domestik dan ekspor," terang Direktur Bank Indonesia Kantor Wilayah Jawa Timur, Eko Nugroho saat paparan bersama lintas lembaga keuangan di Surabaya, Rabu (6/11/2024).

Menghadapi-Tantangan-Global-Tahun-2025-v2.jpgSlide paparan dalam diskusi Sinergi Berkesinambungan untuk Menjaga Stabilitas dalam Menghadapi Tantangan Global Tahun 2025 di Arunaya Surabaya, Rabu (6/11/2024). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

Namun demikian, ia memastikan pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan maupun penawaran.

Ia menyebut, tingkat IHK (Indeks Harga Konsumen) Nasional 2024 diperkirakan masih tetap terjaga dalam rentang sasaran 2,5 - (+-) 1 persen. Perkembangan terkini pada Oktober 2024, inflasi IHK nasional berada di tingkat 1,1 persen. 

"Ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih sekitar 1,84 persen. Dan perlambatan laju inflasi nasional ini didorong oleh penurunan laju inflasi komoditas pangan, sejalan dengan membaiknya kinerja produksi didukung juga oleh cuaca yang lebih baik dibandingkan sebelumnya," jelasnya. 

Eko mengatakan, adanya upaya ekstra pengendalian inflasi baik melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) ataupun upaya lainnya dapat menekan laju inflasi.

Berdasarkan perkembangan tersebut, Bank Indonesia yakin inflasi tetap terkendali dalam sasarannya hingga akhir tahun 2024.

Di sisi lain, inflasi di Amerika diperkirakan akan semakin mendekati sasaran inflasi jangka menengah sekitar 2 persen. Beberapa bank sentral lain juga telah menurunkan suku bunga.

"Berbagai perkembangan ini, mendorong aliran modal masuk asing ke berbagai negara termasuk Indonesia, walaupun relatif kecil kalau dibandingkan China, namun in flow ini cukup berarti dalam menjaga stabilitas kita," tandasnya. 

Sedangkan terkait nilai tukar rupiah dengan dolar, meskipun terdepresiasi, namun relatif rendah dibandingkan mata uang lain seperti Peso Filipina, Dolar Taiwan atau Won Korea.

Pada 15 Oktober 2024 kemarin, nilai tukar rupiah rata-rata mendepresiasi hanya sekitar 1,17 persen dibandingkan posisi Desember 2023.

"Capaian ini lebih baik dibandingkan dengan Peso yang mencapai 4,2 persen, Dolar Taiwan srkitar 4 persen ataupun Won Korea yang mendepresiasi lebih dari 5 persen," ujarnya. 

Ke depan, ia memperkirakan rupiah akan tetapi stabil terutama didukung investasi imbal hasil dalam rupiah juga rendahnya inflasi serta prospek ekonomi yang relatif terjaga. 

Sebagai respon atas eskalasi global, Rapat Dewan Gubernur BI juga telah menetapkan BI Rate tetap sebesar 6 persen.

"Kita fokus terhadap kebijakan yang dilakukan antara lain penguatan strategi operasi moneter pro market untuk menarik berlanjutnya aliran modal asing untuk mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan efektivitas transimisi kebijakan moneter," katanya.

Yaitu dengan menjaga struktur suku bunga di pasar rupiah untuk daya tarik imbal hasil bagi corporate asing yang masuk ke pasar domestik. Selanjutnya adalah mengoptimalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) dan Suku Valas Bank Indonesia (SVBI).

Sedangkan menyikapi Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang tengah berlangsung, pihaknya melihat peluang kemenangan Donald Trump dalam jajak sementara ini.

"Seandainya saja kalau Trump menang, kita sudah punya sedikit gambaran karena Trump pernah memimpin Amerika sebelum Joe Biden," ujarnya.

Namun, ia tak memungkiri sepak terjang Trump saat ini agak berbeda dibandingkan Trump yang dulu-bersteru dengan FED Reserve. Ia justru sedikit menangkap sinyal positif.

"Karena pada saat yang sama (dulu, red), FED menaikkan suku bunga gila-gilaan yang tinggi. Nah, sekarang FED dalam posisi mulai menurunkan, artinya melonggarkan ekonomi, which is in line dengan policy Trump yang tetap mendorong growth," katanya.

Termasuk potensi perang tarif dengan negara-negara di belakangnya, namun setidaknya mengurangi tekanan ekonomi. Trump dinilai lebih melunak dibanding dahulu dalam memberlakukan potensi penurunan tarif bagi negara-negara di Asia. 

"Peluangnya buat Indonesia itu bisa menarik investasi lebih banyak," tandasnya.

Sementara secara khusus terkait ekspor Jatim ke Amerika, ia berharap tidak terlalu berdampak jika Trump terpilih.

"Karena so far, kita tidak terkena impact langsung dari petang tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump," ucapnya.

Sigit Danangjoyo, Kepala Kanwil DJP I-Kepala Kanwil Kemenkeu Provinsi Jatim turut memaparkan, bahwa di tengah volatilitas pasar keuangan, tekanan capital outflow akibat pelemahan nilai tukar, penurunan suku bunga The Federal Reserve dan tensi geopolitik global yang menyebabkan ketidakpastian perekonomian, pasar modal nyatanya masih menunjukkan perkembangan baik.

"Sampai Agustus 2024, jumlah Single Investor Identification (SID) Saham meningkat menjadi 787.955 SID atau tumbuh 20,02 persen (YoY)," ungkapnya.

Sedangkan SID Surat Berharga Negara (SBN) meningkat menjadi 153.877 SID atau tumbuh 20,49 persen (YoY) dan SID Reksadana meningkat menjadi 1.630.223 SID atau tumbuh 13,85 persen (YoY).

"Pada Agustus 2024, nilai transaksi saham di Jatim sebesar Rp23,94 triliun atau menurun 8,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ujarnya.

Yunita Lindasari, Kepala OJK Jatim pada kesempatan yang sama menuturkan, untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional di tengah situasi global, OJK memastikan bahwa industri jasa keuangan dan lembaga jasa keuangan harus bersinergi sangat kuat agar tetap beroperasi dengan baik. 

"Kita akan terus memastikan LJK (Lembaga Jasa Keuangan, red) kita, kuat secara fundamental maupun pengecekan dan juga audit atau pengawasan. Jika ada tanda-tanda terpengaruh, kita juga bisa perketat lagi," kata Yunita.

"Mungkin yang sedikit terpengaruh adalah pasar modal kita karena berkiblat pada keadaan di Amerika," sambungnya seraya memastikan analisa pengaruh Trump kepada efek pasar global juga telah dipetakan. 

Pada kesempatan yang sama, Yunita juga menyampaikan paparan kinerja OJK Jatim. Tercatat hingga September 2024 kemarin, kinerja intermediasi Jatim masih melanjutkan pertumbuhan yang solid. Kredit tumbuh sebesar 7,66 persen (YoY) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6,10 persen (YoY). 

Permodalan dinilai kuat dengan CAR sebesar 30,27 persen dan risiko kredit termitigasi dengan rasio NPL sebesar 3,04 persen. Begitu pula, rasio likuiditas yang diukur dengan AL/DPK dan AL/NCD terjaga di atas threshold.

Di Jatim, jumlah emiten IPO semakin tumbuh menjadi 53 emiten pada September 2024. Angka ini naik 51,43 persen dari tahun 2019. Dengan total dana terhimpun Rp130,74 triliun atau tumbuh 153,21 persen dari tahun 2019 yang saat itu sebesar Rp5,43 triliun.

Bambang Samsul Hidayat, Kepala Kantor Perwakilan LPS II, pihaknya telah membangun Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

"Komite ini bertujuan menyelenggarakan pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan untuk melaksanakan kepentingan dan ketahanan negara di bidang perekonomian," ungkapnya.

KSSK bertugas melakukan koordinasi dalam rangka pemantauan dan pemeliharaan stabilitas sistem keuangan, melakukan penanganan krisis sistem keuangan, dan melakukan koordinasi penanganan permasalahan bank sistemik baik dalam kondisi stabilitas sistem keuangan normal maupun kondisi krisis sistem keuangan.

Sebagai informasi, pembahasan mengenai ekonomi Indonesia di tengah tantangan global ini mengusung tema "Sinergi Berkesinambungan untuk Menjaga Stabilitas dalam Menghadapi Tantangan Global Tahun 2025”. Diselenggarakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Kementerian Keuangan dalam menjaga dtabilitas sistem keuangan dan perbankan khususnya di Wilayah Provinsi Jawa Timur. (*)

Pewarta : Lely Yuana
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.